07 September 2014

Movie Review: Wetlands (Feuchtgebiete) (2013)


"Can you poop on my stomach?"

Ketika selesai menyaksikan film ini ada sebuah perasaan di mana saya seolah menemukan sebuah koin tanpa pemilik di sebuah arena bermain, iseng mencoba memasukkan koin tersebut kedalam jackpot machine dan berakhir dengan tiga gambar yang identik. Seperti hadiah menyenangkan yang datang tanpa diduga, sebuah hiburan yang disaksikan tanpa sebuah ekspektasi yang tinggi namun ketika berakhir ia berhasil membuat penonton seolah dihajar habis-habisan karena telah meremehkannya. Wetlands (Feuchtgebiete), a sweet wtf coming-of-age with crazy nymphomaniac girl. Oh, pizza. Oh, pizza. (Warning: review contains strong language and image).

Helen Memel (Carla Juri) merupakan wanita berjiwa bebas yang meskipun terus memegang teguh ucapan sang ibu (Meret Becker) untuk tidak percaya pada siapapun, disisi lain tetap tidak peduli dengan salah satu aturan main yang telah ia terima sejak kecil. Helen diajarkan agar selalu menjaga kebersihan celana dalamnya, karena menurut ibunya alat kelamin wanita lebih mudah terserang penyakit ketimbang milik para pria. Namun sikap nakal yang berasal dari kisah kelam perceraian sang ibu dengan ayahnya (Axel Milberg) menyebabkan respon yang diberikan Helen justru bertolak belakang dari upaya higienis tadi.

Helen mencoba melakukan eksperimen menggunakan area di sekitar vagina miliknya dengan sebuah toilet super kotor sebagai objeknya, sebuah ekspresi seksual yang sesungguhnya telah sering ia lakukan bersama temannya Corinna (Marlen Kruse). Namun suatu waktu ketika hendak membersihkan tubuhnya menggunakan alat cukur Helen secara tidak sengaja melukai benda berharga miliknya itu, kecelakaan yang mengakibatkan ia harus berdiam diri di rumah sakit. Celakanya sikap aktif miliknya masih hadir, kali ini melalui sex talk tentang berbagai aksi gila lain yang pernah ia lakukan.


Berlandaskan dari novel dengan judul yang sama karya Charlotte Roche, David Wnendt berhasil menjadikan petualangan yang ia tulis ulang bersama Claus Falkenberg ini terasa seperti sebuah pukulan telak pada Lars von Trier, bagaimana ketika tema nymphomaniac itu berhasil ia kemas dengan sama provokatif dan beraninya namun tetap mampu mencapai sasaran yang ingin mereka capai sembari memberikan hiburan yang menyenangkan. Tidak perlu kelewat serius, tidak perlu memasukkan berbagai perumpamaan yang terasa rumit, berikan seorang gadis gila yang seolah membenci dunia dimana ia berada, masukkan pula ia kedalam posisi off untuk kemudian ditemani dengan berbagai cerita terkait cerita seks yang pernah ia lakukan.

Ya, secara garis besar strukturnya memang sama, namun teknik bercerita yang memberikan hasil berbeda. Awalnya ini akan terasa seperti kemasan murahan yang semata-mata hanya ingin mengumbar tubuh seorang gadis untuk memutar-mutar fantasi penontonnya, hal yang terakhir itu memang terjadi tapi secara mengejutkan disertai dengan sebuah narasi yang terasa berisi dalam gerak liar dan ketat yang konsisiten. Ia berubah, dari yang awalnya tampak hanya berkaitan dengan porno, toilet, dan anal, secara perlahan Wetlands tampil sebagai penggambaran dari tragedi hidup seorang wanita yang tumbuh jauh dari kebahagiaan. Ini yang menyenangkan, ketika anda merasakan ada sebuah perubahan arah yang perlahan juga mengubah penilaiannya anda padanya.


Wetlands seperti sebuah film tentang manusia yang tampil tanpa rasa takut menggunakan betapa buruknya manusia itu untuk menunjukkan nilai kemanusiaan itu. Berani, transisi yang ia hadirkan mungkin beberapa terasa lemah, tapi dengan pendekatan jujur tentang seks yang terasa dinamis itu David Wnendt berhasil mengolah berbagai pertanyaan-pertanyaan sederhana namun sangat menarik untuk membawa tokoh anti-hero kita ini terus bergerak maju, terkadang ia bantu dengan beberapa grafis dan visual yang sanggup klik dengan baik berkat editing yang sangat mumpuni, dan secara konsisten disertai presisi yang manis tidak pernah berhenti untuk memberikan berbagai kejutan yang sanggup membuat penontonnya terdiam tanpa kata.

Tidak berlebihan memang kalimat besar yang tertera pada poster diatas itu, ini salah satu film yang mampu membuat saya berkata wtf lebih dari satu kali, bukan hanya di bagian akhir namun hadir di berbagai titik cerita. Kebebasan tanpa tanggung jawab yang dikemas dengan brutal dan imajinatif dengan permainan past present yang klik bersama sikap ignorant disertai sentuhan semangat punk, bersama narasi yang mumpuni Wetlands akan mengajak anda menertawakan kebodohan karakter tapi disisi lain tanpa disadari ikut pula menaruh empati dan simpati pada masalah yang ia alami, merasa dekat dengan karakter karena meskipun terkesan bertele-tele tapi permasalahan Helen dengan berbagai hal menjijikkan yang ia lakukan itu mampu dikemas dengan manusiawi.


Itu alasan mengapa Wetlands terasa impresif sebagai sebuah film coming-of-age, ketika kita diberikan sebuah kisah yang mampu membuat kita tertawa lepas tapi disisi lain ada pula hal-hal tentang kehidupan remaja menuju dewasa yang ia hadirkan dengan implisit namun juga sama menariknya. Seorang gadis dengan kelakuan yang tampak seperti bencana berjalan beriringan bersama seorang gadis yang luar biasa dalam menghadapi tekanan dalam hidupnya, ia punya momen lucu, namun ia juga punya rasa perih dalam cerita, ia mampu menggelitik anda dengan berbagai obsesi yang mengejutkan namun ia juga mampu membuat anda terdiam sunyi ketika momen serius mencuri sejenak panggung utama, mereka dikemas dalam dinamika yang offbeat namun mampu menjaga daya tarik untuk terus stabil hingga akhir.

Namun dibalik teknik bercerita yang berani dan cenderung sedikit eksperimental itu, alur cerita yang sepintas terlihat seperti mengalami tabrakan sana-sini meskipun tetap mampu menjabarkan tiap detail masalah dengan baik, hingga pergerakan kamera yang juga tidak kalah beraninya, Wetlands berhasil tampil kuat karena Carla Juri. Carla Juri menjadikan Helen seperti seorang kriminal dan putri malang yang harus diselamatkan secara bersamaan, ia mampu menjadikan tahapan yang dijalani Helen tampil kuat, dari pengenalan dimana kita membencinya, kekonyolan yang mulai menjadikan kita tertarik padanya, hingga trauma dan tragedi yang membuat kita menginginkan sesuatu yang baik menghampirinya. Salah satu aktris dengan kinerja paling menarik tahun ini.


Overall, Wetlands (Feuchtgebiete) adalah film yang memuaskan. Wetlands adalah kisah tentang nymphomaniac yang dikemas dengan efektif dan tajam, melemparkan secara playful dan liar berbagai hal menarik terkait kehidupan dengan cara bersenang-senang bersama hal-hal buruk yang hadir di dalam kehidupan itu, menggambarkan obsesi tanpa harus kesulitan dalam menyertakan sebuah makna berisi yang mumpuni didalamnya, sebuah coming-of-age yang santai, berani, dan tidak canggung serta dikemas secara bertahap dengan sebuah klimaks diakhir cerita. Oh, pizza.





0 komentar :

Post a Comment