10 September 2014

Movie Review: The November Man (2014)


"Cause after you passed through, nothing lived."

Coba perhatikan poster diatas, ia punya seorang pria dengan perawakan tangguh seolah siap beraksi tanpa ampun untuk menghabisi lawan-lawannya, pria lain yang tampak sedang berlari dengan kecepatan tinggi seperti singa mengejar mangsanya, dan wanita berpakaian seksi yang mungkin saja akan terasa menggoda jika hanya diliat sepintas. Film ini mengubah hal-hal menarik yang menjanjikan tadi menuju arah yang berbeda, The November Man, an ex James Bond with an ex Bond Girl run around Belgrade.

Peter Devereaux (Pierce Brosnan), seorang agent CIA, sesunguhnya telah memilih untuk pensiun dan menikmati hari tuanya dalam kehidupan yang tenang dan damai. Tapi teman lamanya yang bernama Hanley (Bill Smitrovich) datang menghampiri Devereaux untuk meminta pertolongannya, dimana ia ingin agar Devereaux mendapatkan informasi terkait seorang politikus bernama Fedrov (Lazar Ristovski). Tapi celakanya ternyata permintaan Hanley tidak sesederhana itu, ada hal rumit lainnya yang telah tersusun dibelakangnya.

Hal tersebut yang mengejutkan Devereaux, dimana selain harus melindungi wanita bernama Mila Filapova (Olga Kurylenko) yang menjadi salah satu informan mereka, ia juga harus berhadapan kembali dengan pria yang dimasa lalu memiliki dendam padanya, agent CIA bernama David Mason (Luke Bracey). Tidak cukup sampai disitu, karena musibah yang menimpa Natalia Ulanova (Mediha Musliovic) semakin membakar amarah pria paruh baya itu, terlebih dengan ancaman pada keselamatan orang yang ia sayangi.


Sempat muncul rasa ragu ketika hendak mulai berbagi cerita tentang kualitas yang dimiliki film ini, sumbernya adalah apakah ia layak untuk dijabarkan secara mendalam, karena faktanya ditangan Roger Donaldson kisah yang ditulis oleh Michael Finch dan Karl Gajdusek tidak pernah berhasil membawa penontonnya untuk berpetualang jauh lebih dalam. Dangkal, ia tidak pernah berhenti untuk terlihat sibuk dan rumit dengan memutar-mutar anda di kota Belgrade dari menggunakan mobil, motor, kereta api, hingga aksi berjalan kaki, namun mereka semua dihadirkan dengan daya tarik atau pesona yang bisa dibilang sangat miskin, dan itu sebuah bencana karena sejak awal mereka ingin agar dapat menjadi kemasan yang kompleks dan tangguh.

Ya, ini seperti menyaksikan hiburan dimana yang anda dapatkan adalah dibentuk ulangnya berbagai metode dari sebuah thriller gerak cepat dengan cara yang kurang menyenangkan. Potensi untuk menjadi sebuah thriller mata-mata yang ketat dan menegangkan seperti menjauh dari penonton seiring semakin jauhnya ia dari garis start, dan itu mengecewakan ketika anda sudah tahu bahwa ada mantan James Bond di dalamnya, yang bahkan tidak dapat membantu menjaga pesona film yang terbangun tanpa sebuah pergerakan cerita yang cekatan, film yang kurang berhasil memanfaatkan momentum, film yang sibuk menjadikan kisah yang ia punya untuk mempermainkan penonton, film yang perlahan tenggelam dalam dialog yang kusam.


Bukan mengharapkan ia untuk dapat tampil dengan penceritaan yang pintar, cerita bodoh dan kemudian tampilkan mereka dalam dinamika yang menyenangkan bahkan sudah cukup ampuh untuk membuat penonton tersenyum bahagia, dan hal terakhir itu yang tidak dimiliki oleh film ini. Perputaran plot penuh modus yang tampil monoton itu menjadi alasannya, thrill yang ia miliki sangat lemah, begitu pula dengan perpindahan cerita yang terasa sangat canggung dan kurang mengalir dengan baik, Roger Donaldson bahkan mendapatkan boomerang ketika ia hendak menciptakan kisah yang rumit namun lebih sering tampak bingung sendiri pada cara ia mengurai cerita.

Tapi sesungguhnya The November Man merupakan film yang unik, kita punya American yang mengincar Russian, kita punya satu lagi American yang diutus oleh American lainnya untuk menyelidiki Russian yang sama, tapi ternyata American yang kedua punya masalah dengan American yang pertama, dan celakanya American kedua tadi terjebak dengan non-American lainnya, sosok yang ternyata sedang diminta tolong oleh American yang lain lagi. Nah, terkesan menarik, namun ketika lika-liku itu disandingkan dalam komposisi yang tipis dan sering terputus-putus, ia yang seharusnya terlihat tangguh dan seksi dalam cerita yang bergerak cepat hanya terasa menjadi petualangan nostalgia bagi Pierce Brosnan pada pekerjaan lamanya dengan meminjam sejenak ibu kota Serbia sebagai arenanya.


Overall, The November Man adalah film yang kurang memuaskan. Miskin pesona, miskin sensasi, dua hal taboo dari sebuah film thriller itu dimiliki oleh kisah yang berupaya terlalu keras untuk dapat tampil kompleks dan mengesankan ini, mungkin berhasil menjadi tampak rajin dalam gerak mondar-mandir, meskipun faktanya ia tidak memberikan sebuah petualangan yang mampu bergerak dengan signifikan, stuck. Ini seperti nasi yang bisa saja terasa enak, namun akibat dimasak secara berlebihan hingga akhirnya berubah menjadi bubur. Lembek.





0 komentar :

Post a Comment