08 January 2014

Movie Review: The Secret Life of Walter Mitty (2013)


"Life is about courage and going into the unknown."

Melamun merupakan salah satu dari sekian banyak hal mengasyikkan yang eksis dimuka bumi ini, ia bersifat personal serta penuh kebebasan tanpa aturan dimana kita dapat menyusun, membentuk, ataupun membangun apa yang kita inginkan dengan keterlibatan mimpi dan fantasi. Lantas bagaimana jika lamunan itu menembus batas logika dan menjadi nyata? The Secret Life of Walter Mitty, visual eye candy with flat stories.   

Walter Mitty (Ben Stiller), seorang pria yang bekerja di divisi negative asset pada sebuah majalah bernama Life, sedang berupaya untuk mengenal lebih dekat salah satu rekan kerjanya Cheryl Melhoff (Kristen Wiig). Namun sayangnya Walter adalah tipe dari seorang pemimpi yang celakanya tidak punya sikap berani mengambil aksi, bahkan langkah pertama yang ia lakukan adalah mencoba memberikan kedipan (wink) pada akun eHarmony milik Cheryl, dan celakanya itu juga gagal, dan menjadi awal mula nasib malang yang menghampiri Walter.  

Life mengalami perubahan struktur kepemimpinan, diambil alih oleh Ted Hendrick (Adam Scott) yang ternyata ingin merubah Life menjadi media digital, yang juga memberikan dampak pada pekerjaan Walter yang terancam di eleminasi. Tidak cukup sampai disitu, cover edisi terkahir telah diputuskan akan menggunakan foto yang dikirim oleh satu fotografer terkenal, Sean O'Connell (Sean Penn). Namun foto tersebut hilang, yang kemudian memaksa Walter untuk mencari Sean.


Adaptasi kembali dari karya James Thurber dengan judul serupa yang sudah berumur lebih dari tujuh dekade ini pada awalnya bahkan mendapatkan predikat sebagai salah satu petarung di ajang penghargaan perfilman, semua bermula dari trailer yang ia lemparkan dengan berisikan sajian singkat yang kala itu berhasil menjanjikan sebuah hiburan visual yang bukan hanya impresif namun mengundang rasa penasaran. Trailer tersebut tidak menipu, The Secret Life of Walter Mitty berhasil menyajikan sebuah fantasi gerak cepat dan bebas yang diselimuti dengan kualitas teknis yang mumpuni.

Petualangan antar benua dari Greenland, Islandia, hingga Afghanistan itu dibentuk dalam sentuhan pemandangan indah yang memanjakan mata, sukses menghadirkan tema utama terkait lamunan kedalam bentuk sebuah arena bagi para penontonnya untuk ikut berfantasi bersama Walter Mitty, bergerak cekatan bersama sinematografi yang apik, editing mumpuni dengan style yang memikat sanggup membangun setiap view bersih yang ia miliki menjadi sebuah objek observasi pendukung yang menggambarkan betapa indahnya kehidupan diluar sana.

Ya, itu belum menghitung score dengan nafas indie yang membantu proses pencarian dari petualangan yang dihadapi Walter, berpotensi besar untuk semakin mempertebal kenikmatan dari aliran cerita yang sejak awal hingga akhir sepertinya memang sengaja dikemas oleh Ben Stiller dengan cara santai untuk menemani imajinasi visual yang mengesankan. Namun sayangnya semua kelebihan yang ia miliki di sektor visual justru berbanding terbalik dengan cerita yang film ini tampilkan. Sederhananya, The Secret Life of Walter Mitty sudah lemah dari pondasi awal.

The Secret Life of Walter Mitty merupakan film yang bertumpu pada perkembangan dan pertumbuhan karakter utama, tapi celakanya sejak awal Ben Stiller tidak mampu membangun kedalaman emosi karakter yang kuat dari cerita yang disusun oleh Steve Conrad itu. Stiller berupaya menciptakan sebuah perjalanan berisikan nafas meditasi namun justru memilih untuk terus bermain pada tema luas. Hasilnya, bagi para penonton yang dapat dengan mudah keluar dari jebakan hipnotis visual, kisah yang film ini tawarkan akan terasa kehilangan kekuatan dari fokusnya, masuk kedalam aksi menunggu yang  cukup menjemukan, tanpa dinamika cerita yang hidup.

Pengalih perhatian, hal tersebut sangat kental sekali terasa di sektor cerita. Kekacauan pada aksi melarikan diri dari tekanan kehidupan ini kerap kali mencoba melakukan tambal sulam dengan menggunakan lelucon yang mayoritas kurang mumpuni. Disini jelas terlihat bagaimana Ben Stiller terjebak dalam ambisi besarnya, kemasan menjadi kurang padat, rasa percaya diri yang ia miliki sayangnya harus berkombinasi bersama kurangnya kemampuan dalam mengendalikan cerita, tidak ada irama yang menarik, daya tarik bahkan juga pesan yang ia usung mulai melemah setelah ledakan awal itu perlahan menghilang.


Overall, The Secret Life of Walter Mitty adalah film yang kurang memuaskan. Pada akhirnya The Secret Life of Walter Mitty hanya terasa sebatas sebuah hiburan visual dari seseorang yang mencoba belajar untuk menghargai kehidupan dan dunia di sekelilingnya, karena dari sektor cerita ia tidak punya kualitas yang sama baiknya, tidak ada inspirasi ataupun motivasi yang mumpuni dari upaya kombinasi antara dunia nyata yang monoton dengan dunia fantasi yang mengasyikkan.



2 comments :

  1. can't believe it just got 5,5.
    man, it has a great jokes about beard and dumbledore. at least you have to give a point for that.
    Lol.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Imo sih kurang menarik irama dari petualangannya, joke yang aku ingat malah hanya gag dari The curious case of Benjamin Button, selebihnya biasa. :)

      Delete