07 January 2014

Movie Review: American Hustle (2013)


"People are always conning each other to get what they wanted."

Banyak jalan untuk mencapai kebahagiaan, yang harus dilakukan hanyalah dengan mengambil sikap berani kemudian dilengkapi bersama strategi mumpuni. Ya, berani gagal, berani mengambil resiko, termasuk didalamnya berani untuk berubah dan keluar dari zona nyaman yang kita miliki. Hal tersebut coba diceritakan oleh American Hustle, caper movie in sexy and stylish way.  

Irving Rosenfeld (Christian Bale), pria hampir botak yang kelebihan berat badan, dan Sydney Prosser (Amy Adams), wanita cantik yang gemar mendapatkan udara segar di tubuh bagian depannya, merupakan pasangan kekasih yang tidak biasa. Bukan karena status Irving yang masih menjadi suami dari Rosalyn Rosenfeld (Jennifer Lawrence), namun karena pekerjaan yang mereka lakukan untuk berusaha bertahan hidup, mengambil secara illegal uang dari klien mereka dengan cara penipuan. Aksi tersebut yang kemudian membawa mereka kedalam kendali seorang agen FBI bernama Richie Di Maso (Bradley Cooper).

Richie berhasil menjebak Irving dan Sydney, namun bukannya memberikan hukuman pidana Richie justru memanfaatkan kemampuan yang dimiliki Irving dan Sydney untuk membantunya menciptakan jebakan bagi sasaran yang selama ini ia incar, anggota kongres bernama Carmine Polito (Jeremy Renner), yang juga merupakan walikota Camden, New Jersey. Namun kerjasama untuk mengungkapkan kasus korupsi yang melibatkan hotel, kasino, mafia, dan sheikh itu ternyata tidak sederhana.  


American Hustle adalah sebuah kemasan yang mencoba menawarkan kompleksitas dengan cara yang aneh. Ya, aneh, bagaimana ketika sebuah skandal epik dan kontroversial dari aksi kejahatan yang sempat mengguncang dunia itu kemudian dibalut bersama sentuhan drama dan komedi yang dipenuhi dengan kesenangan. Ini  seperti masuk kedalam sebuah ruangan gelap yang dipenuhi beberapa lampu kecil namun terang yang memanjakan mata, penuh dengan permainan cerita yang efektif lewat pertunjukkan memikat dari para karakter, petualangan cekatan yang bergerak mulus dalam upaya mencoba menggambarkan aksi saling menjatuhkan hanya untuk berusaha bertahan hidup yang dikemas dengan sabar dan rapi.

Sesungguhnya apa yang ditawarkan oleh David O. Russell pada kisah yang ia tulis ulang bersama Eric Warren Singer berdasarkan operasi ABSCAM yang dilakukan FBI pada akhir 70-an lalu ini sangat sederhana, survival story trick. Studi karakter tentang karakter yang terjebak dan tidak mampu lagi bertumbuh itu ditemani dengan permainan mafia sederhana, kisah cinta dalam lingkup luas, bisnis palsu, membantu fokus utama yang terletak pada upaya merubah diri untuk membangun kembali kehidupan mereka, ditemani aksi penyamaran menggunakan tatanan rambut yang rumit, aksen palsu, serta kostum-kostum berlebihan dalam narasi longgar dan keruh.

Ya, bukan hanya longgar dan keruh sebenarnya, namun narasi juga terasa kasar. Kisah caper yang dibantu dengan korupsi, ambisi, hingga ketamakan ini bergerak mondar-mandir untuk mengurai permasalahan yang telah ia tetapkan sejak awal, pertarungan plot yang kemudian bergerak gelisah dan sedikit bertele-tele bersama beberapa kilas balik dipenuhi dengan teka-teki yang uniknya dibangun dalam struktur yang cerdik. Benar, cerdik, American Hustle terasa liar namun tetap terkendali, ada kepanikan dalam ketenangan, ada nafas elegan yang berhasil David O. Russell suntikkan dalam formula konvensional yang ia terapkan, semua dibentuk dengan fokus yang kokoh.


Hasilnya, walaupun punya momen yang terasa datar American Hustle selalu selamat berkat kinerja dari kecerdikan tadi, dimana keputusan David O. Russell yang sepertinya jauh lebih tertarik dalam membentuk karakter ketimbang mengembangkan plot menghasilkan dampak positif paling besar. Ia tidak mencoba menghadirkan permainan emosi yang mendalam, namun berusaha membentuk sebuah struktur kokoh yang terus tersembunyi dibalik aksi pengungkapan perlahan menemani kritik sosial tentang humanisme itu, kurang ketat memang namun stuktur dan plot yang bergerak santai itu dibangun dalam disiplin yang mengagumkan.

Unik, David O. Russell mampu membangun tema sederhana itu menjadi sebuah kompleksitas yang secara stabil terus menarik atensi penontonnya. Terpaku, sangat mengasyikkan ketika menyaksikan dialog-dialog cerdas terus hadir dalam lapisan kesesatan yang tidak pernah kehilangan sentuhan eksentrik itu, memang sulit untuk merasakan apa yang karakter rasakan namun selalu ada rasa penasaran kemana ia akan berjalan. Ya, hal tersebut berkat konsistensi daya tarik yang hadir dalam dinamika cerita yang sebenarnya kurang powerfull tapi terus hidup berkat sentuhan Russell dalam menghadirkan ambiguitas dalam loyalitas yang berkombinasi bersama penggunaan musik 70-an yang efektif.

Lantas apa kekuatan utama American Hustle dari kombinasi plus dan minus diatas? Performa memikat dari divisi akting. Christian Bale berhasil berubah dari Batman menjadi pria botak yang percaya diri namun tersiksa dalam dilema percintaan. Amy Adams mampu tampil seksi dan berbahaya dalam kompleksitas dan sikap sensitif yang dimiliki oleh Sydney. Bradley Cooper berhasil menampilkan hasrat dari Richie, serta menjadikan interaksinya bersama Louis C.K. terus menarik perhatian. Jennifer Lawrence mampu mencuri perhatian ketika ia tampil, menyatukan sisi nakal dan rentan dengan sangat baik. Jeremy Renner cukup mampu menghadirkan gambaran dari hubungan pejabat pemerintahan bersama korupsi. Sedangkan Michael Peña dan Robert De Niro menjadi pemanis yang efektif.


Overall, American Hustle adalah film yang memuaskan. American Hustle dengan cara yang cerdik dan cerdas sukses menghadirkan petualangan dramedy penuh kompleksitas cinta yang fokus pada pergerakan karakter, kokoh, dan terus berjalan dengan menyenangkan menggunakan sebuah tema umum yang sederhana tentang melakukan hal-hal yang kita suka dalam upaya untuk bertahan hidup dilengkapi performa berkualitas dari divisi akting. Studi karakter yang mengasyikkan.


2 comments :

  1. besides boobies everywhere,
    this movie is brilliant!
    nice tempo, great problematique, and beautiful ending that give a wide smile to the audience.
    :D

    and, i know Batman will win this battle against The Hawkeye!
    But i dont understand why Batman choose Lois Lane instead off Katniss?
    lol

    ReplyDelete
    Replies
    1. Simple, because in here J-Law ≠ Katniss, she’s Mystique. :)

      Delete