15 September 2013

Movie Review: The Bling Ring (2013)


"If you can’t be famous, be infamous."
Selebriti adalah pubic figure. Kalimat itu mungkin sudah familiar di telinga ketika, bagaimana dengan segala kemudahan yang mereka peroleh menjadikan sosok-sosok terkenal tersebut menjadi sorotan dan idola masyarakat, tanpa mengenal batasan dari golongan hingga usia. Yeah, mereka menjadikan banyak orang bermimpi untuk dapat menjadi seperti mereka. The Bling Ring coba menggambarkan dampak dari sikap hedonisme yang tumbuh secara berlebihan, Sofia Coppola masih dengan sentuhan warna Lost in Translation, dunia kriminal penuh mimpi, obsesi, dan ambisi, yang sayangnya tidak sepenuhnya menyenangkan.

Berawal dari Marc Hall (Israel Broussard), seorang siswa pindahan yang menemukan kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya, Indian Hills High School, California. Namun ternyata Marc punya karakter yang mampu menarik perhatian Rebecca Ahn (Katie Chang), wanita muda yang punya obsesi sangat besar di bidang fashion, dan sangat menggilai Lindsay Lohan. Dalam waktu singkat mereka berubah menjadi sangat akrab, menghadiri satu pesta bersama-sama, tapi juga menjadi awal dari sesuatu mengejutkan.

Dengan santai Rebecca mencuri benda-benda dari mobil yang terparkir di halaman depan lokasi pesta. Hal tersebut ternyata berkembang menjadi besar, berawal dari “belanja” skala kecil di rumah salah satu orang yang Marc kenal, kemudian masuk ke rumah Paris Hilton, kegiatan itu mulai menjadi kebiasaan menjurus kegemaran bagi Marc dan Rebecca. Semakin sulit untuk meredam obsesi tersebut terlebih dengan bergabungnya Chloe (Claire Julien), serta Nicki Moore (Emma Watson) dan adik angkatnya Sam (Taissa Farmiga), yang selama ini selalu bosan mendengarkan ceramah dari ibu mereka Laurie Moore (Leslie Mann).


Apa sebenarnya yang menjadikan film The Bling Ring menjadi menarik? Terlalu naïf memang jika tidak mengikut sertakan nama Sofia Coppola di dalam daftar alasan, termasuk didalamnya si penyihir pintar dan cantik yang beranjak dewasa, Emma Watson. Namun bagi saya yang menarik justru kisah nyata dari sosok lima anak muda yang selama 10 bulan pada tahun 2008 dan 2009 berhasil menyusup masuk dan shopping dengan bebas dan sesuka hati didalam rumah-rumah selebritis ternama Hollywood, dari Lindsay Lohan, Megan Fox, Orlando Bloom, Rachel Bilson, hingga Audrina Partridge, kemudian menghilang tanpa jejak, aksi yang diperkirakan menghasilkan barang curian bernilai $3 juta dollar tersebut.

Yap, The Bling Ring itu sendiri yang menjadi daya tarik utama, dari cara melakukan aksi layaknya Robin Hood, apa yang mereka lakukan didalam rumah para selebritis tadi, hingga contoh dari sebuah obsesi berlebihan yang dapat memicu tindakan kriminal. Dibagian ini Sofia Coppola berhasil melakukan pekerjaan yang manis (tidak cantik), dia berhasil membentuk cerita yang dapat dengan mudah menjadi dunia lain dari fakta yang terjadi saat ini, kaum muda yang terobsesi ingin menjadi seperti idola mereka karena segala kenikmatan yang idola mereka itu peroleh, menggabungkan obsesi dengan budaya konsumerisme, mencampur kecerdikan bersama kebodohan dan sedikit ketegangan (permainan pistol oleh Farmiga itu asyik), dibalut bersama aksi-aksi yang menunjukkan jiwa bebas, dan anehnya itu menyenangkan untuk disaksikan.

Benar, The Bling Ring adalah sebuah proses pengamatan yang cukup menghibur, berisikan banyak pekerjaan kamera yang cantik (single shot ketika merampok rumah Audrina Patridge itu terasa memikat), dipadukan dengan sedikit sentuhan dokumenter, permainan narkoba, pesta penuh suka dan tawa, kehidupan glamor, berhasil digambarkan dengan baik. Ya, tidak ada yang salah dalam hal teknis, namun kembali lagi ke pertanyaan awal, apa yang menjadikan film ini menarik bagi anda? Jika jawabnya sama seperti apa yang saya harapkan, maka bersiaplah untuk sedikit kecewa, karena warna Lost in Translation ternyata belum luntur dari seorang Sofia Coppola, yang celakanya kurang begitu matching dengan tema yang dimiliki film ini.


Pergerakan dan perpindahan antar cerita yang cepat, karakter yang minim pengembangan, cerita yang tidak mau digali terlalu dalam, pada akhirnya hanya menciptakan ruang cerita yang sempit. Anda tahu mereka bersenang-senang, namun tidak ada kesempatan untuk mencoba memahami karakter lebih dekat, anda tidak diberitahu apa yang terjadi dibalik aksi tersebut, terlebih pada apa motivasi utama mereka, yang perlahan ikut bergeser pada apa yang ingin Coppola sampaikan di film ini? Benar, anda memang tidak akan merasakan kehadiran momen membosankan yang menyiksa, namun dibalik semua kesenangan yang ia tampilkan pertanyaan itu terus hadir, terus berputar bersama proses penantian, mengganggu, dan ketika tidak ada jawaban hasilnya adalah kekecewaan.

Tidak begitu mempersoalkan dengan karakter yang dibentuk dengan klise, beberapa hal konyol yang terlalu bodoh untuk menjadi bodoh (rumah jutaan dollar tanpa alarm? lupa mengunci pintu? kunci pintu dibawah keset kaki?), namun apa yang hendak Sofia Coppola sampaikan lewat film ini? Apakah sindiran pada kehidupan modern, apakah untuk mengajarkan anak-anak bahwa pola hidup The Bling Ring itu salah, atau justru menjadi peringatan pada bahaya dari budaya untuk menjadi tenar? Semua terasa nanggung, kerap kali mengulang hal yang kurang bermakna, begitupula dengan beberapa scene kurang bermanfaat yang diberi durasi cukup besar. Yap, untuk menjadi Caper film ia terasa nanggung, drama juga mentok, begitupula untuk menjadi sebuah sajian komedi.

Karakter yang dibatasi pengembangannya menyebabkan tidak ada satu aktor dari divisi akting yang mampu tampil dominan. Katie Chang memang tampil kuat, namun ia tidak berhasil menjadi menarik akibat informasi terbatas yang diberikan pada karakternya. Begitupula dengan Israel Broussard yang seharusnya bertugas sebagai pusat cerita justru tampil kalah menarik dibandingkan pemeran pembantu yang "mahal", Emma Watson. Yap, Watson beberapa kali sempat mencuri perhatian, namun kontribusi minim yang ia miliki menjadikan kehadirannya lebih terasa sebagai sosok yang digunakan sebagai penambah daya tarik film.


Overall, The Bling Ring adalah film yang cukup memuaskan. Sofia Coppola sepertinya ingin membentuk film ini menjadi Lost in Translation versi glamour dengan basic fashion, yang sayangnya justru menjadi blunder. Semakin sering anda menyaksikan Lost in Translation, semakin anda mencintainya, dan itu tidak terjadi pada The Bling Ring. Untuk menjadi sebuah film mainstream menyenangkan ia sulit, untuk menjadi sebuah studi observasi dengan tema hedonisme ia juga sulit. Ini terlalu biasa untuk standar seorang Sofia Coppola.












4 comments :

  1. udah nonton *ikutan ngeces lihat barang2nya :)
    ini dari kisah nyata kan??agak aneh juga sih....gampang bgt keluar masuk rumah seleb tanpa ketangkep*berkali2 pula :)
    min recommend film comedy yg bagus dan bener2 lucu dong hehehe :)

    ReplyDelete
  2. @katy secret: Benar, berdasarkan kisah nyata.

    Wah, kalau benar-benar lucu agak sulit sih karena selera orang kan berbeda. Tapi kalau komedi yang ringan dan mudah untuk membuat tertawa mungkin bisa coba (ingat sepintas dan random nih, mungkin mayoritas udah kamu tonton, hehe): The Big Lebowski, The 40 Year Old Virgin, Little Miss Sunshine, Borat, Juno, KnockedUp, Kick-Ass, Superbad, Forgetting Sarah Marshall, The Hangover, Scott Pilgrim, Bridesmaids, dan tahun lalu Ted, 21 Jump Street, ama Barfi. Favorit saya sih kombinasi Simon Pegg-Nick Frost, dari Shaun Of The Dead, Hot Fuzz, sampai Paul. Yang terbaru itu We're the Millers, dan This is the End, reviewnya mungkin minggu ini keluar. :)

    ReplyDelete
  3. kombinasi simon pegg-nick frost blom pernah nonton sama sekali :( *CUSS DL
    klo film asia yg bagus apa ya??*byk nanya :)HEHEHE

    ReplyDelete
  4. @katy secret: Asia lebih ke romance-comedy kali ya, dan mayoritas Korea. I'm a Cyborg, But That's OK, Speedy Scandal, Windstruck, My Girlfriend Is an Agent, Baby and Me, dan pastinya My Sassy Girl. Spellbound juga oke. Diluar itu mungkin Lost in Thailand. Comedy lho ya. :)

    ReplyDelete