19 July 2013

Movie Review: Boomerang Family (2013)


Mungkin ini terkesan sedikit personal, dimana ketika menyaksikan ibu saya melepas putera-puteranya untuk pergi melanjutkan studi di luar kota, hal tersebut sudah cukup menjadikan saya sadar bahwa salah satu hal terberat dan mungkin paling di takuti oleh semua orang tua adalah ketika mereka harus merelakan anak mereka pergi untuk mewujudkan mimpinya. Lain halnya dengan Boomerang Family, layaknya boomerang dimana seorang ibu yang dengan senang hati menerima kembali tiga anaknya yang gagal, yang ikut membawa masalah, rahasia, dan kekacauan mereka masing-masing.

In-Mo (Park Hae-Il), pria berusia 40 tahun, memutuskan kembali ke rumah ibunya karena tidak mampu lagi menyewa tempat tinggal. Beban berat akibat pekerjaannya sebagai sutradara yang tak kunjung menemukan titik cerah akibat film debutnya yang gagal, ditambah permasalahan dengan istrinya yang terlibat perselingkuhan, menjadikan kepulangan itu sebagai misi lain dari In-Mo untuk menemukan kembali semangat hidupnya. Celakanya itu tidak semudah yang ia bayangkan, karena disana telah menunggu dua sosok lain dengan masalah berbeda.

Han-Mo (Yoon Je-Moon), abangnya In-Mo, ternyata telah lama tinggal bersama ibu mereka (Youn Yuh-Jung) akibat tidak menemukan pekerjaan. Tidak seperti In-mo yang mengemban pendidikan kuliah, Han belajar tentang hidup di dalam penjara yang menjadikannya dengan tegas menolak kehadiran In-Mo, tanpa sadar bahwa mereka sedang berada dalam kondisi yang sama. Kekacauan itu bertambah dengan kehadiran Mi-Yun (Gong Hyo-Jin), adik perempuan mereka yang cukup sukses namun gagal dalam kehidupan rumah tangganya, membawa serta anak perempuannya, Min-Kyung (Jin Ji-Hee).


Ini tentu diluar kebiasaan normal, namun hal pertama yang dengan mudah menjadikan film ini tampak menarik adalah judul yang mereka pilih. Cerita yang diangkat dari novel Aging Family karya Cheon Myung-Gwan, serta disusun ulang oleh Kim Hae-Gon dan Kim Jae-Hwan ini dengan cepat mampu menggambarkan kondisi yang akan penontonnya dapatkan, tiga anak yang memutuskan kembali kerumah orang tuanya, layaknya boomerang. Hal tersebut semakin dibantu dengan keputusan Song Hae-Sung yang pintar dalam membagi porsi cerita ketika mereka sedang dibangun, dengan sebuah keputusan tepat menjadikan masalah In-Mo sebagai tolak ukur utama, dan konflik kedua adiknya (serta ibunya) sebagai pemanis yang efektif.

Boomerang Family sukses besar dalam menggambarkan kondisi sebuah keluarga disfungsional, dengan menggunakan kehancuran yang saling bertemu dan bertarung dalam sebuah rumah kecil. Sebuah langkah efektif dilakukan Song Hae-Sung dengan menggunakan materi-materi yang sederhana, ketidakdewasaan yang selalu akan muncul ketika anda bertemu dengan saudara kandung, saling ejek dan pukul dengan slapstick joke-joke standar seperti kentut (meskipun tidak sampai setengah diantara mereka yang bekerja dengan baik), hingga duduk dan makan bersama. Interaksi keluarga ini yang menjadikan film ini semakin mampu menggambarkan misi utama mereka, arti dari sebuah keluarga, diisi dengan hal-hal aneh seperti sensitifitas atas masalah masing-masing, hingga hal-hal konyol.

Namun disini kelemahan utama Boomerang Family, ia terlalu asyik membangun konflik lain dan menjadikan materi utamanya tidak berkembang. Ketika semua elemen manis di awal telah terbentuk, anda justru akan ikut merasakan apa yang karakter alami, terjebak dalam masalah tanpa menjadikan konflik tersebut mengalami perkembangan kearah positif. Ini seperti berputar-putar dengan berbagai masalah, stuck di banyak bagian yang ditunjukkan dengan mencoba menghadirkan beberapa konflik baru yang terasa dipaksakan, dan diselesaikan dengan singkat dan terkesan seadanya diakhir cerita. Hal tersebut menjadikan seperti ada yang tertinggal di bagian tengah cerita, sesuatu yang seharusnya menjadi penghubung awal dan akhir. Tidak ada sebuah benang merah yang menarik meskipun terjalin cukup baik.


Banyak materi yang coba ditawarkan Boomerang Family, yang sayangnya justru memberikan dampak seperti judul yang ia miliki, menghancurkan diri sendiri. Film ini mencoba mengekplorasi banyak masalah, namun celakanya tidak dibantu dengan sebuah script yang mumpuni. Alur ceritanya selepas bagian pembuka terasa lemah, terlebih dengan ketidak seriusan yang ditunjukkan Song Hae-Sung dalam mengemas tiap materi skala besar yang ia miliki. Ini mengecewakan karena ia seperti mencoba mengangkat konflik-konflik tadi dengan serius, namun yang terjadi hanyalah eksekusi setengah hati. Contoh sederhananya adalah rasa bingung dan kurang total yang ia berikan di sebuah adegan melodrama, yang sayangnya tidak menjadikan itu tampak dramatis namun justru tampak lucu, menjadikan anda tidak tahu apakah harus tertawa atau menaruh simpati pada karakter.

Boomerang Family sepertinya tidak seringan kemasan luar yang ia tampilkan, karena ternyata mengemban banyak pelajaran berharga tentang peran serta betapa pentingnya keluarga, dan itu sebenarnya berhasil di gambarkan dengan baik di beberapa bagian cerita. Sayangnya semua materi tadi tidak diberikan nyawa yang kuat, karakter dalam cerita seperti boneka dengan banyak misi yang berbeda, menjadikan Boomerang Family kurang berhasil menghantarkan satu unsur yang sebenarnya sangat wajib dimiliki oleh sebuah family movie, permainan emosional. Chemistry cukup baik yang dibangun para aktor tidak cukup membantu karena mereka tidak digali lebih dalam, hanya menjalankan tugas tanpa diberikan ruang bermain yang luas.


Overall, Boomerang Family adalah film yang cukup memuaskan. Jika hanya menilik pesan utama dari sebuah film dengan tema keluarga, film ini adalah sebuah kemasan yang apik. Namun itu hanya sebatas “ini A, dan ini B, mereka penting,” materi mentah yang sebenarnya dapat anda ketahui dari text book dan juga internet, karena diluar itu Boomerang Family adalah sebuah film keluarga tanpa nyawa, dan kurang berhasil membentuk materi mentah tadi menjadi sebuah hidangan drama keluarga yang menarik, dan berkesan.



0 komentar :

Post a Comment