23 March 2013

Movie Review: Olympus Has Fallen (2013)

 

Anda tentu sudah tahu bagaimana gencarnya salah satu negara di semenanjung Korea, yang melakukan riset dan menyatakan bahwa mereka telah menyiapkan senjata nuklir sebagai benteng utama mereka. Kita juga tahu bahwa Amerika Serikat adalah negara adidaya, negara yang seolah menjadi pemimpin dunia, dan berdampak pada jumlah musuh mereka yang juga tidak sedikit. Nah, pernahkah anda membayangkan pusat pemerintahan USA jatuh dengan semua pertahanan canggih yang ia miliki? White house, the most protected building in the world has fallen.

Berawal dari kunjungan Perdana Menteri Korea Selatan yang beserta rombongan menuju gedung putih untuk bertemu dengan Presiden Benjamin Asher (Aaron Eckhart). Saat diskusi sedang berlangsung, sebuah pesawat dengan kode USAF AC-130 melakukan penyerangan terhadap gedung putih. Ya, hal tersebut tentu saja sudah diantisipasi oleh pasukan pengaman presiden, yang langsung membawa presiden, menteri pertahanan Ruth McMillan (Melissa Leo), beserta perdana menteri Korea Selatan dan rombongannya, menuju sebuah ruang bawah tanah yang memiliki fasilitas lengkap untuk mengontrol negara tersebut dalam keadaan darurat.

Tidak sesederhana itu, karena setelah serangan udara, sebuah kelompok melakukan serangan darat secara gerilya. Ternyata semua telah direncanakan, dimana mereka bahkan telah punya pion yang telah berhasil menyandera presiden. Kang Yeonsak (Rick Yune), teroris yang menyamar menjadi anggota rombongan. Tujuan mereka adalah meminta USA menarik pasukannya dari semenanjung Korea, yang menjadikan Korea Selatan kehilangan sekutunya, kemudian meledakkan semua bunker penyimpan nuklir milik USA. Kendali langsung di ambil alih juru bicara presiden, Allan Trumbull (Morgan Freeman), yang justru memberikan kepercayaan kepada Mike Banning (Gerard Butler), mantan agent yang pernah terlibat insiden yang menewaskan first lady 18 bulan lalu, satu-satunya yang berhasil lolos dari semua berondongan peluru milik kelompok teroris.


Menarik, dan sangat berani, sebuah penggambaran awal yang secara garis besar mampu menjadikan saya menaikkan ekspektasi awal saya pada film ini. Anda akan disuguhi sebuah adegan penyerangan yang sangat menarik diawal film, langsung mampu membentuk kondisi mencekam dari cerita, tanpa memberikan ruang yang begitu besar pada setiap adegan yang menjadi bagiannya. Ya, Creighton Rothenberger dan Katrin Benedikt berhasil memberikan cerita yang menarik di awal film, yang kemudian sukses dibentuk dengan teknik penggambaran yang padat dan efektif oleh Antoine Fuqua.

Namun sangat disayangkan, daya tarik utama film ini justru hanya terletak pada bagian awal saja, adegan dimana gedung putih yang punya sistem pertahanan super ketat itu harus menerima kenyataan porak poranda diserang penyusup lewat darat dan juga udara. Itu adalah adegan yang mampu membuat saya terdiam membisu. Saya langsung berpikir bagaimana kalau yang sedang saya saksikan ini benar-benar menjadi kenyataan, negara yang gencar membangun senjata nuklirnya dengan leluasa mengambil alih pusat pemerintahan negara adidaya. Ya, itu sangat mengerikan, dan perang dunia ketiga langsung berputar di pikiran saya.

Setelah semua kenikmatan itu berlalu, apa yang film ini miliki hanyalah sebuah proses, berisikan negosiasi, perundingan, serta ancaman dari ledakan bunker yang mereka beri nama Cerberus itu. Ya, yang tersisa hanya penantian, dimana Banning menjadi tokoh utamanya. Sebuah proses yang menuntut anda untuk sabar menanti sebenarnya bukanlah sesuatu yang menjengkelkan, jika ia tetap mampu menjaga agar tensi cerita tidak jatuh sehingga rasa penasaran anda tetap berada di level yang sama dengan sebelum ia hadir. Contohnya mungkin seperti Argo, atau bahkan mungkin Lincoln, yang lebih berat lagi karena dipenuhi dengan dialog berat. Dapat dengan mudah menebak akhir dari kedua film tersebut, sisanya hanyalah proses menunggu, namun mereka sukses menjaga fokus dari penontonnya.


Hal tersebut yang sama sekali tidak dimiliki oleh Olympus Has Fallen. Setelah monument Washington itu hancur, ketika presiden sudah disandera dan setiap langkah pasukan tentara Amerika dapat membawa bencana, film ini langsung masuk kedalam jalur yang membawa mereka menuju destinasi yang sesuai dengan judulnya, fallen, kehancuran. Semua tensi tinggi diawal sirna ketika anda mulai menunggu dan menunggu tanpa disuguhi adegan menarik akibat, kembali berjalan lambat sehingga mulai terasa datar.

Ah, bagaimana bisa USA jatuh semudah itu, padahal mereka punya sistem keamanan yang kuat, bukankah itu terlihat konyol dan bodoh? Mungkin imajinasi saya terkesan berlebihan, namun hal utama yang menjadikan sebuah film thriller menjadi sangat nikmat adalah sensasi dari tekanan yang ia berikan saat anda menonton, yang anda rasakan ketika adegan itu tampil, bukan setelah ia hilang dan mulai menelaah dengan akal logika pikiran anda. Ya, memang ada beberapa faktor yang menjadikan adegan itu tampak konyol setelah dicoba untuk ditelaah, namun sensasinya tak akan mudah terlupakan. Sayangnya itu hanya diawal, dan kehilangan momentum karena di teruskan dengan bagian yang kurang tepat.

Siapa yang terbaik di film ini? Mungkin Butler, at least dia mampu menjalankan tugasnya diakhir sebagai pahlawan. Tapi jika ditilik dari sisi karakter, mereka semua berada di level yang sama, sama hebatnya di awal film, dan sama-sama berhasil menyajikan tontonan yang melelahkan di paruh kedua. Tidak adanya variasi dari cara penceritaan di paruh kedua menenggelamkan daya tarik semua karakter, ya semua, termasuk Kang Yeonsak, yang diawal cukup menjanjikan. Ya, ini pula yang mungkin menjadi alasan kenapa Argo, dan mungkin Zero Dark Thirty mendapatkan banyak pujian, karena menciptakan cerita thriller yang memiliki daya tarik serta tensi yang sama baiknya di seluruh bagian cerita itu bukan pekerjaan mudah.


Overall, Olympus Has Fallen adalah film yang kurang memuaskan. Meledak diawal, namun seolah setia dengan judulnya, ia justru jatuh di paruh kedua. Sensasi menyenangkan itu hanya sesaat, karena setelah itu cerita berjalan datar. Namun saya yakin film ini akan mendapatkan review yang bervariasi, karena semua tergantung dari bagaimana anda melangkah dari adegan pembuka itu, terperangkap oleh bagian pembuka dan terus merasa penasaran hingga akhir, atau justru tidak terlena dan merasakan ada perubahan signifikan yang membawa film ini menjadi tidak menarik.


0 komentar :

Post a Comment