12 September 2012

Movie Review: Resident Evil: Retribution (2012)



Satu kata yang tepat untuk menggambarkan nasib franchise yang telah eksis selama satu dekade ini adalah: kacau. Sejak diangkat ke layar lebar di tahun 2002 lalu, apa yang Paul W.S. Anderson berikan semakin mengecewakan. Anderson beruntung dia masih memiliki Milla Jovovich, yang masih setia dengan karakter Alice, meskipun saya yakin Milla pun menyadari bahwa franchise yang ia mainkan ini perlahan mulai kehilangan daya tariknya. Yap, buat apa meninggalkan franchise yang selalu berhasil meraih keuntungan tiga kali lipat dari biaya produksinya ini.

Jujur saja Resident Evil: Afterlife saya tonton lewat DVD, dimana adegan ketika Alice terjun dari gedung menggunakan tali masih membekas di ingatan saya. Yha, setidaknya dibalik ceritanya yang sangat kurang, masih ada beberapa momen yang menarik bagi saya. Namun hal tersebut tidak saya temui di film ini. Lalu mengapa saya masih mau menghabiskan waktu saya untuk film yang sudah jelas tidak akan memberikan kepuasan kepada saya? Jawabnya adalah lebih ke rasa penasaran saya. Lagi pula, nominasi untuk PnM Award tahun depan, untuk kategori film terburuk (atau film paling mengecewakan) masih belum cukup. Hahaha. Lagipula anda tidak akan tahu film itu jelek sebelum anda menontonnya, kecuali untuk Twilight Saga.

Mr. Anderson sebenarnya menyajikan cerita yang cukup menarik. Setelah melarikan diri ke Arcadia di Afterlife, Alice (Milla Jovovich) kembali jatuh ke dalam kontrol Umbrella Corporation, dan dikurung disatu ruangan dengan hanya ditutupi dua helai kain dibagian depan dan belakang. Yep, Anderson sepertinya masih sadar bahwa hanya Jovovich-lah daya tarik film ini. Berkat bantuan Ada Wong (Bingbing Li), Alice berhasil keluar dari ruangan tersebut, dan kabur dari wilayah Umbrella Corp. Misi Alice dan Wong berikutnya tidak mudah, karena kini mereka berada di wilayah simulasi menyerupai kota New York, Tokyo, dan Moskow. Simulasi ini diciptakan oleh Umbrella Corp untuk menguji coba virus yang mereka ciptakan. Disisi lain, telah bergerak lima pria yang dipimpin oleh Leon (Johann Urb). Misi mereka adalah untuk menyelamatkan Alice, dan menghancurkan markas Umbrella Corp yang berada dibawah air itu.


Rumit? Tidak. Menarik? Sedikit. Namun yang menjadi tragedi adalah bagaimana semua itu dieksekusi dengan sangat buruk oleh Paul W.S. Anderson. Berawal dari ketika Alice secara mengejutkan berubah menjadi blonde diawal film, dan memiliki seorang anak perempuan bernama Becky (Aryana Engineer), diserang zombie, mencoba kabur bersama Rain (Michelle Rodriguez), dan terjebak diruang milik Umbrella Corp. Itu menarik bagi saya. Ditambah dengan Jill Valentine (Sienna Guillory), yang telah dicuci otaknya oleh Umbrella Corp, menjadikan impresi awal yang saya dapatkan cukup baik.

Awal dari kehancuran film ini adalah ketika Alice masuk ke wilayah simulasi. Setelah Albert Wesker (Shawn Roberts) menjelaskan semuanya, dan kehadiran Ratu Merah, aksi melarikan diri Alice seolah kehilangan kontrol, benar-benar kehilangan kontrol. Memang secara visual Paul W.S. Anderson menjadikan petualangan Alice tampak menarik, layaknya sebuah game, dimana Alice dan Ada Wong berada disatu wilayah simulasi, kemudian beralih menuju aksi Leon dan pasukannya menghadapi serangan monster. Namun, daya tarik yang saya dapatkan diawal, secara mengejutkan hilang. Cerita mulai terperangkap, berputar-putar, tanpa memberikan ketegangan sama sekali, menjadikan tensi film terjun bebas. Harap-harap cemas akan kemunculan zombie secara mengejutkan? Ah, tidak berhasil. Terus diinjeksi aksi pertarungan, dengan kehadiran musuh-musuh yang semakin aneh, dan dibalut dengan special efek 3D yang tidak terkesan elite, perlahan anda akan merasa bosan. Saya bahkan berharap ketika mereka berhasil menjalankan misi awalnya, film akan berakhir. Dan ternyata tidak, masih ada ending, yang akan semakin mempertebal rasa kecewa anda.

Tidak ada momen yang mengesankan bagi saya selepas bagian pembuka. Kehadiran Ratu Merah yang secara periodik memberikan instruksi, tidak berhasil menciptakan nuansa hitam yang setidaknya dapat menjadikan anda ikut tegang dengan eksistensi tokoh-tokoh protagonis didalam cerita. Begitu pula dengan Leon dan teman-temannya. Tugas mereka awalnya adalah menciptakan kondisi dimana anda ikut merasakan cemas dengan waktu yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Dan itu gagal. Begitupula dengan Jill Valentine yang seolah tenggelam dibawah kehadiran Ada Wong. Bingbing Li sedikit memberikan daya tarik melalui fisiknya. Meskipun porsi dalam cerita yang sangat sedikit ia dapat, Bingbing Li menjadikan sosok Ada Wong berhasil mencuri atensi ketika ia hadir. Mungkin Michelle Rodriguez yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, terutama dibagian akhir, ketika adegan pertarungan jarak dekat.


Overall, Resident Evil: Retribution menghadirkan tontonan yang sangat jauh dari kata memuaskan. Cerita utama yang tidak memiliki power yang kuat, menjadikan film menjadi berantakan ketika Paul W.S. Anderson mulai kehilangan kontrol. Tampaknya Mr. Anderson seolah telah terperangkap disatu zona aman, yang tidak memberikan celah bagi dia untuk keluar, sehingga apa yang dia berikan belum berubah. Adegan aksi yang monoton, cerita yang berantakan selepas bagian pembuka, humor yang berada ditempat yang salah, naskah yang cetek sehingga karakter tidak bisa dibangun dengan baik, karakter antagonis yang sama sekali tidak menarik, menjadi bukti kegagalan yang Anderson ciptakan. Untuk film selanjutnya, Anderson sepertinya harus mencari partner, baik dalam menulis naskah, dan mungkin mengendalikan film ini. Yap, anda tidak akan menemukan sebuah akhir cerita di film ini. Petualangan Alice di film ini hanyalah tentang bagaimana ia kabur, dan berakhir gantung di level yang buruk, sangat buruk jika harus dibandingkan dengan ending franchise lainnya. Seperti yang saya sebutkan diawal, secara logika keputusan Mr. Anderson memang tepat. Buat apa membunuh franchise yang masih dapat memberikan anda keuntungan tiga kali lipat dari biaya produksi. Setidaknya misi awal saya sukses, dan film ini resmi mengisi nominasi PnM Award tahun depan. 

Score: 3/10

0 komentar :

Post a Comment