29 May 2012

Movie Review: Take This Waltz (2011)



Margot (Michelle Williams), seorang penulis yang berteman dengan depresi dalam kesehariannya. Margot merupakan istri dari Lou (Seth Rogen), penulis buku kuliner tentang ayam. Mereka telah bersama selama lima tahun. Namun, ketika pulang dari tugasnya diluar Montreal, Margot seolah membuka tirai dari zona nyamannya. Margot bertemu Daniel (Lukas Kirby), pria yang tinggal sangat dekat dengan rumah mereka, yang berhasil memberi Margot perhatian yang tidak ia dapat dari Lou. Margot goyah, dan ia memilih cintanya.

Sejak saat itu Margot seolah merasakan sesuatu, mungkin gairah yang berbeda dari Daniel, yang ternyata berprofesi sebagai pelukis. Daniel sendiri merasa kurang percaya diri untuk menunjukkan hasil karyanya. Ini menjadikan Daniel bekerja sebagai penarik becak, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tidak adanya rasa curiga dari Lou, yang menganggap Daniel sebagai tetangga biasa, membuat Daniel dan Margot mulai sering jalan bersama. Ini menjadikan hubungan mereka semakin akrab, dan semakin dalamnya rasa yang tercipta. Daniel mencintai Margot, begitu pula sebaliknya.


Margot mulai bimbang. Ia masih mencintai Lou, namun hati nuraninya berkata lain. Sikap Lou yang berubah, semakin cuek, tidak romantis, menciptakan hubungan yang semakin tidak terasa “hidup”. Merasa cintanya di gantung, Daniel memutuskan untuk pindah, dan meninggalkan sebuah pesan kecil untuk Margot, yaitu janji mereka di tahun 2040. Sadar, Margot akhirnya memutuskan pilihannya.

Film ini disutradari dan ditulis oleh Sarah Polley. Sarah Polley adalah sosok dibalik kesuksesan Away from Her meraih dua nominasi Oscar ditahun 2008. Saya belum menonton Away from Her. :) Tapi dengan mengacu pada Take This Waltz saja, saya langsung mengagumi sosok wanita 32 tahun ini. Racikan Polley pada film ini sangat baik. Polley berhasil mengekplorasi premis awal yang sangat sederhana, new things get old. Setiap detail yang ia tampilkan memiliki keterkaitan yang sangat kuat satu dengan yang lain. Dari air dingin ke kepala Margot, becak milik Daniel, kelas bela diri di kolam renang, sampai sosok Geraldine (Sarah Silverman) yang ia ciptakan, semua menjadikan alur film ini sangat mengalir.

Naskah yang Polley ciptakan juga baik. Dari humor ketika Margot dan Lou bangun tidur, melihat mata menggunakan mulut, terasa pas dan tidak berlebihan. Begitupula dialog diluar humor, seperti disaat Daniel menggoda Margot ketika mereka hang-out, pidato yang Geraldine berikan sebelum pesta, sampai dialog Lou ketika ia menyadari apa yang telah terjadi, sukses membantu para pemeran membangun karakternya masing-masing.


Tiga pemeran utama bermain sangat baik. Michelle Williams, sekali lagi membuktikan kualitasnya sebagai artis langganan nominasi Oscar dua tahun terakhir bukan hanya sebuah kebetulan. Apa yang saya suka dari Williams kembali terulang di film ini, kualitas akting yang natural. Kemampuan Williams menyatukan emosi dan cerita sangat baik, menjadikan Margot yang selalu khawatir dalam setiap pemikirannya tampak sangat hidup. Williams sangat kreatif dalam membangun karakter yang ia mainkan. Seth Rogen, membuktikan untuk menjadi lucu pun bisa dengan menjadi sosok cuek dan masa bodoh. Permainan dialog yang diberikan kepada Rogen, dibantu dengan ekspresi yang ia tampilkan, berhasil menyuntikkan humor yang sekali lagi saya bilang pas, tidak berlebihan. Dan Lukas Kirby, bermain baik, namun tidak menonjol, karena setiap adegan yang ia mainkan mayoritas selalu dibarengi dengan kehadiran Willams.

Nilai minus dari film ini adalah kurangnya porsi untuk Sarah Silverman. Untuk adegan yang sedikit saja, dia berhasil menjadikan Geraldine menjadi salah satu karakter favorit saya di film ini. Jika Sarah diberikan beberapa adegan lagi, mungkin akan memiliki dampak yang cukup signifikan untuk film ini. Kemudian durasi yang saya rasa cukup panjang untuk premis yang sederhana. Ending juga menurut saya berada di posisi yang salah. Ketika Margot sudah mengambil keputusan, disitulah puncaknya. Memang ada pesan yang ingin disampaikan oleh Polley di bagian akhir film. Namun ending yang diciptakan justru menjadikan tensi cerita yang sudah berada di puncak, turun kembali.


Overall, film ini baik, diluar ekspektasi awal saya. Premis sederhana, dieksekusi dengan sangat baik oleh Sarah Polley. Pemilihan cast yang sangat tepat juga membantu menjadikan film ini menarik untuk ditonton. Humor yang lucu, akting berani memberikan nafas pada cerita utama, yang sederhana dan sangat jujur. Dan, banyak pelajaran yang saya petik dari Take This Waltz, seperti ada saat dimana kita jenuh dengan kehidupan kita, yaitu ketika hal-hal baru termakan oleh waktu dan menjadikannya tidak segar, dan cenderung membosankan. Setiap keputusan yang anda ambil juga memiliki konsekuensi yang sama besarnya. Untuk itu cerdas dalam mengambil keputusan sangat penting, karena anda tidak dapat kembali ke masa lalu.

Score: 7,8/10

0 komentar :

Post a Comment