16 August 2021

Movie Review: Waiting for Rain (2021)

“I'll wait for you because I like you.” 

Menemukan cinta dan kebahagiaan bisa mudah, bisa susah, namun tidak selalu rumit. Terlebih bagi mereka yang percaya dengan kata takdir, bahwa setiap manusia telah diciptakan berpasangan dan yang mereka butuhkan untuk itu adalah terus berharap dan tentu saja tidak berhenti berusaha. Lewat aksi saling surat menyurat hal tersebut ditampilkan oleh film untuk mengingatkan penonton pada satu hal yang kerap kita lupakan di dalam tiap hal yang terjadi di dalam hidup kita, yakni proses menunggu, bagian yang mungkin tidak dirayakan luar biasa seperti hasil akhir meskipun justru memiliki peran besar dari tercapainya hasil akhir tersebut tadi. ‘Waiting for Rain (Rain and Your Story)’ : because believing in fate brings spark to your life.


Setiap kali memulai semester baru mahasiswa bernama Park Young-ho (Kang Ha-neul) selalu maju dan mengambil kesempatan yang diberikan oleh dosennya, yakni sejumlah uang bagi mahasiswa pertama yang mengundurkan diri dari kelasnya. Pria yang gemar membuat payung untuk anjing serta membantu sang ayah di leather workshop keluarga mereka itu memang seperti tidak memiliki tujuan dalam hidup yang ia jalani, tidak heran Park Young-hwan (Lim Ju-hwan), kakaknya, kesal dengan Young-ho. Hal serupa juga dialami oleh Gong So-hee (Chun Woo-hee) yang di masa penghujung usia 20 miliknya bekerja di toko buku usang milik ibunya.

So-hee juga secara rutin merawat kakak perempuannya, Gong So-yeon (Lee Seol) yang sakit dan menjalani hidupnya dengan terbatas. So-yeon sendiri ternyata merupakan wanita yang punya bagian di dalam masa lalu Young-ho, ia adalah sosok yang dengan baik hati membantu Young-ho ketika ia gagal di dalam sebuah lomba lari. Impresi itu terus dikenang oleh Young-ho hingga suatu ketika dia menemukan jalan untuk dapat kembali berkomunikasi dengan So-yeon. Mereka saling bertukar surat dengan sebuah janji unik, bahwa mereka akan saling bertemu di tanggal 31 Desember hanya jika di hari tersebut turun hujan.

Tidak sampai lima menit durasi film berjalan sebenarnya penonton sudah bertemu dengan satu hal penting yang kemudian akan berkembang menjadi sebuah romansa yang manis dan lembut, sebuah pernyataan dari karakter utama pria kita bahwa ini adalah sebuah film tentang menunggu. Konotasinya memang terasa sangat global dan arti sesungguhnya dari hujan itu sendiri baru akan muncul sekitar penghujung babak kedua cerita, tapi hal tersebut berhasil menjadi sebuah kunci yang mengikat hasil akhir film ini sendiri. Serta membuat impresi dan aftertaste yang saya rasakan jadi terasa manis setelah berputar-putar dengan narasi yang santai.


Terkadang terlalu santai malah, memisahkan dua karakter utama di dua kota berbeda lalu memberikan mereka ruang yang terbatas untuk berinteraksi satu sama lain merupakan sebuah pisah bermata dua. Tidak sulit untuk langsung klik dengan konsep yang coba diusung oleh Screenwriter Yoo Seong-hyub begitupula eksekusi yang ditata dengan baik oleh Sutradara Jo Jin-mo, menyaksikan dua orang dari masa lalu yang masih terus menggantung harap dan percaya pada yang namanya takdir. Earn your keep or die trying, aksi saling surat menyurat menjadi jalan bagi narasi untuk membangun kisah cinta di antara dua karakter utama, tapi ada yang menarik di sana.

Ada beberapa setting yang lantas membuat surat menjadi satu-satunya jalan bagi kisah cinta itu untuk mengembangkan proses menunggu tersebut tadi. Harus diakui tersebut berhasil membuat saya excited, penasaran menginginkan kedua karakter agar mencoba bergerak membangun koneksi yang lebih jauh lagi dan menantikan momen pertemuan itu. Tapi di sisi lainnya terbatasnya ruang gerak bagi karakter untuk berinteraksi satu sama, yang sebenarnya juga telah ditunjukkan oleh satu scene di mana mereka saling miss, membuat jalannya narasi jadi terasa kurang fokus jika dilihat secara global. Apalagi ada karakter Soo-jin, jika berbicara kuantitas dia punya screen time yang tidak kalah telak dengan karakter utama wanita kita.


Tapi tidak demikian jika kamu kembali memutar ke belakang proses dan perjuangan yang dilakukan oleh karakter terhadap keputusan yang ia ambil dan yakini tersebut. Kehadiran Soo-jin justru menguatkan kisah cinta utama, membuat Young-ho sadar bahwa wanita yang dahulu ia kenal di bangku sekolah justru merupakan sosok yang gives him comfort. A sunny day isn't always a good day, and a rainy day isn't always a bad day, di satu momen Young-ho bahkan bertanya mana yang lebih penting antara talenta atau usaha, penggambaran terhadap sikapnya yang percaya takdir, sesuatu yang justru brings spark to his life. Hal-hal semacam itu yang membuat saya tidak berhenti tersenyum ketika mengikuti cerita berkembang perlahan.

Karena di balik kisah cinta yang tampak kurang mengigit itu justru tersimpan isu dan pesan yang simple namun tajam, baik itu tentang hidup maupun tentang cinta itu sendiri. Dari hope, fate, effort, and hardship, because nothing is ever easy, semua ditata dengan baik lewat narasi yang menggunakan pen pal sebagai jalan utamanya. Slow paced memang dengan cerita berkembang secara lambat, tapi tidak ada momen di mana narasi kehilangan pesonanya, justru penonton ia buat perlahan hanyut di dalam irama bercerita film yang bergerak secara lembut itu. Pencapaian yang tidak lepas dari kemampuan Jo Jin-mo membuat cerita dan karakternya menjadi sesuatu yang menarik untuk diikuti dan diamati.


Ditemani visual yang cantik dengan vibe yang lembut dan hangat, cinematography yang didampingi dengan tone yang menghibur mata, ‘Waiting for Rain’ punya rasa percaya diri yang tinggi ketika berjalan perlahan menuju garis akhir yang memiliki sebuah kejutan besar, sesuatu yang berhasil mengeskalasi isu, pesan, dan nilai film secara keseluruhan. Plot twist tersebut tidak akan bekerja dengan sangat baik jika sejak awal penonton tidak terpaku dengan pesona karakter, diperankan dengan baik oleh masing-masing aktor seperti Kang Ha-neul dan Chun Woo-hee. Kang So-ra jelas berhasil menjadi scene stealer, sedangkan Lim Ju-hwan dan Lee Seol tampil efektif.

Overall, ‘Waiting for Rain’ adalah film yang memuaskan. Meskipun sebuah romance namun yang disajikan Jo Jin-mo dan Yoo Seong-hyub mungkin tidak mudah untuk dinikmati oleh banyak penonton, karena cara bermain yang lebih menitik beratkan pada proses ketimbang hasil akhir, sesuatu yang mereka tinggalkan terbuka dengan menggunakan sebuah plot twist manis di bagian akhir. Isu dan pesan yang diusung sendiri mencapat sasaran dengan baik, dari harapan, takdir, hingga usaha, mereka ditampilkan secara implisit dan berkesan, ada punch yang oke di sana dan membuat film ini justru terasa sangat berkesan. Segmented.






1 comment :

  1. “You have to wait until hope arrives. If not, go after it, you idiots.”

    ReplyDelete