19 July 2021

Movie Review: Moving On (2020)

“Happy birthday, Grandpa.”

Paska kesuksesan film ‘Parasite’ meraih predikat film terbaik di ajang Oscars 2020 banyak mata kemudian tertuju pada film apa yang akan dipilih Korea Selatan untuk menjadi wakil mereka selanjutnya kategori “Best International Feature Film” Oscars. Political thriller ‘The Man Standing Next’ dipilih oleh KOFIC tapi yang menarik adalah di shortlist mereka ada film ini, sebuah film yang menjadi debut penyutradaraan bagi Sutradara wanita bernama Yoon Dan-bi dan juga merupakan sebuah graduation project untuk lulus dari Dankook University. ‘Moving On’ : low-key drama with sweet sensibility.


Remaja wanita bernama Ok-Joo (Choi Jung-woon) memandangi dinding rumahnya untuk terakhir kali sebelum dipanggil oleh sang Ayah, Byeong-ki (Yang Heung-joo) untuk segera menuju ke mobil mereka. Bersama adik laki-lakinya yang bernama Dong-joo (Park Seung-joon) menggunakan mobil yang bagasinya penuh dengan kotak sepatu itu mereka kemudian berangkat menuju rumah Kakek (Kim Sang-dong). Di sana Ok-joo dan Dong-joo diturunkan oleh Byeong-ki yang kemudian langsung pergi menuju ke rumah sakit untuk menjemput sang Ayah.

Sang Kakek adalah seorang yang pendiam dan hal itu membuat Ok-joo merasa ada jarak di antara mereka, beda halnya dengan Dong-joo yang perawakannya memang cheeky. Adik Byeong-ki, Mi-jeong (Park Hyun-young) juga datang mengunjungi sang Ayah yang ternyata kondisi kesehatannya sedang tidak baik. Mi-jeong memutuskan untuk ikut tinggal di rumah sang Ayah. Mi-jeong ternyata sudah bercerai, sedangkan Byeong-ki kesulitan dalam pekerjaan yang ia jalani.

Sutradara sekaligus Screenwriter Yoon Dan-bi langsung memberi penonton sebuah opening scene yang akan membuatmu berasumsi bahwa karakter remaja wanita kita itu meninggalkan rumah lamanya untuk menuju tempat tinggal yang baru. Faktanya memang demikian tapi ada twist kecil di sana yang kemudian menjadi pintu masuk bagi berbagai kejutan lainnya. Semua dirangkai perlahan oleh Dan-bi, kental sekali vibe dan feel indie di sini tapi ia persenjatai dengan kualitas emosi mumpuni. Saya tidak hanya langsung dibuat merasa seperti dekat dengan Ok-joo dan adiknya yang cheeky itu tapi juga langsung tertarik di dalam konflik lain di dalam cerita.


Konflik atau masalah itu sebenarnya sederhana tapi pengemasannya yang implisit justru membuatnya seperti tidak mencoba “membakar” emosi penontonnya. Isu yang coba diangkat Yoon Dan-bi di sini sebenarnya sangat ringan, sama seperti judul bahasa inggris yang digunakan di sini karakter yang sedang berhadapan dengan masalah itu mencoba untuk melangkah maju dan berpisah dengan masalah tersebut tadi. Tipikal problema hidup banyak orang sebenarnya, karakter yang perlahan terbentuk duduk berdampingan dengan permasalahan ekonomi yang sedang melanda Ok-joo berserta keluarganya, dibentuk halus dan mendorong kesan “asam” di posisi terdepan.

Di satu titik cerita penonton memang dibawa oleh Yoon Dan-bi menyaksikan bagaimana keluarga yang kembali berkumpul bersama itu tertawa penuh rasa gembira, namun tidak tahu mengapa sejak awal justru kesan bitter yang semakin terasa mencolok di sini. Terlebih ketika muncul kejutan lewat rencana yang disusun oleh Ayah dan juga Bibi-nya Ok-Joo, mengarahkan lampu sorot kepada sang Kakek kamu dibawa melihat bagaimana menyedihkannya kata “rumah” yang seharusnya memiliki image yang hangat itu. Yoon Dan-bi dengan berani membuat karakter Kakek tidak banyak bicara, tapi justru ia menjadi jangkar bagi perbandingan miris dengan kedua anaknya.


Sebagai pendamping moving on, dan itu menjadi pesona film ini. Ada dinamika masalah di dalam keluarga yang tampak normal itu, tidak butuh investigasi yang terlalu mendalam karena memang dikemas secara minimalis sejak awal hingga akhir. Ya, menariknya semua “dimainkan” oleh Dan-bi secara low-key, baik cerita dan juga karakter dibentuk secara simple, memberi cukup banyak ruang bagi penonton untuk merasa “tenggelam” di dalam gejolak emosi tiap karakter. Di babak kedua mode cerita berubah menjadi sedikit lebih dramatis tapi tetap ditangani oleh Yoon Dan-bi dengan baik terutama dengan sensifitas yang cantik, charming and also moving.

Nah, hal terakhir tadi yang selalu melekat erat saat menyaksikan 'Moving On’ yakni bagaimana dari feel, tone, pendekatan, metode, hingga eksposisi yang diterapkan sangat kental pengaruh dari Hirokazu Kore-eda, memiliki sensibilitas manis untuk menstimulasi emosi penontonnya. ‘Moving On’ memang tampak soft dari luar tapi justru ia berhasil menyajikan berbagai isu dari terkait makna cinta, keluarga, hingga yang cakupannya lebih luas seperti kaum oportunis akibat tuntutan kerasnya society dengan sangat kuat dan jelas. Di balik itu semua Ok-joo ditempatkan sebagai mata menyaksikan “kejamnya” dunia, di dalam dirinya ditaruh harapan.


Tidak heran jika momen di kamar tidur di bagian akhir itu berhasil membuat tangis meledak, karena ada perlawanan dari Ok-joo yang menolak untuk melupakan nilai-nilai penting di dalam hidup, termasuk nilai penting keluarga. Meskipun di sisi lain ia tidak bisa berbuat banyak, Ok-joo powerless dan terpaksa harus berdamai dengan realita yang sulit dan tumbuh bersama a not so happy memories. Gejolak emosi yang ditampilkan dengan sangat baik oleh Choi Jung-woon, tanpa ledakan besar Ok-joo ia buat menjadi sosok yang menangis dan memberontak dalam diam. Empat pemeran lain juga tampil oke terutama Park Seung-joon yang tampil cheeky secara natural.

Overall, ‘Moving On (Nammaeui Yeoreumbam)’ adalah film yang memuaskan. Lewat Ok-joo di sini penonton diajak mengamati realita menyedihkan yang eksis di dunia, dan dari sudut pandang seorang remaja kamu juga akan diwakili dengan perasaan tidak suka terhadap realita tersebut. Dibentuk oleh Yoon Dan-bi secara low-key and with a beautiful sensibility, musim panas itu tidak hanya memberi rasa tersiksa lewat sinar mentari yang panas saja tapi juga realita menyakitkan yang ditemui Ok-joo juga eksis di dalam keluarganya, yang memaksanya untuk bertumbuh, untuk moving on. Percayalah, menangis ketika sedang makan itu sangat menyakitkan. Segmented.








1 comment :

  1. "The way i see it, guys who are responsible, and trustworthy, and take care of their family, they are the best."

    ReplyDelete