09 September 2020

Movie Review: Greyhound (2020)


“Aye, aye, sir. Captain has the conn.”

Film ini memiliki durasi yang terhitung cukup kecil untuk ukuran film bertemakan peperangan dan mengangkat kisah perjuangan di medan perang, dari prolog hingga berakhir di epilog secara kasar berada di kisaran 80 menit. Padahal ceritanya sendiri tidak sederhana, ini adalah tentang pertempuran paling lama di saat Perang Dunia II, yaitu Pertempuran Atlantik, menaruh fokus pada perjalanan 37 buah kapal menuju Liverpool di dalam sebuah konvoi (convoy HX-25) yang dipimpin sebuah kapal dengan radio call sign: Greyhound. Hasilnya? Menarik. ‘Greyhound’: a “wise as a serpent, harmless as a dove” war film.

Saat Pertempuran Atlantik sedang berlangsung dan menciptakan pertarungan sengit di Perang Dunia II, Blok Sekutu memutuskan untuk mengirimkan bantuan kepada anggotanya yang sedang berada di medan pertempuran. Convoy HX-25 dibentuk dan mengemban misi membawa supply yang dibutuhkan oleh para anggota Blok Sekutu dan tujuan utama mereka adalah Liverpool. Kapal berjumlah 37 buah tersebut akan dikawal oleh empat buah kapal yaitu, HMCS Dodge asal Kanada dengan call sign Dicky, ORP Viktor asal Polandia dengan call sign Eagle, dan HMS James asal Inggris dengan call sign Harry.

Mereka bergerak di bawah komando kapal Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Keeling, call sign Greyhound, dan dipimpin oleh Commander Ernest Krause (Tom Hanks). Ernest Krause bertugas untuk memastikan semua kapal aman terutama ketika konvoi memasuki The Black Pit, area di mana mereka tidak mendapatkan perlindungan dari udara dan harus berhadapan dengan U-boats atau kapal selam milik Jerman dan sekutunya. Menariknya meskipun telah senior baik dalam hal usia dan juga pangkat, tugas mengawal Convoy HX-25 ternyata menjadi pengalaman pertama Ernest Krause untuk menjadi komandan di medan perang.
‘Greyhound’ jelas akan menjadi salah satu war film yang paling berkesan mungkin dalam satu dekade terakhir ini, bukan karena “kemewahan” yang ia jual melainkan karena cara Sutradara Aaron Schneider bersama dengan timnya membentuk sebuah perjuangan heroik yang sangat efektif. Kisah perjuangan di medan peperangan yang mengambil dasar dari novel berjudul “The Good Shepherd” karya C. S. Forester ini sedari awal sudah bermain dengan cara yang tepat, cara yang jujur saja paling saya sukai jika digunakan oleh sebuah war film. Di awal penonton langsung diberitahu garis besar masalah yang akan coba diceritakan sehingga kita tidak ditempatkan pada posisi meraba-raba atau mencoba mengamati terlalu jauh cerita.

Aaron Schneider menciptakan batasan yang jelas sejak awal sehingga tercipta ruang bermain yang terasa “clear” bagi karakter dan konflik. Tidak heran ketika setting telah terbentuk dramatisasi yang kemudian hadir terasa padat dan menyenangkan untuk diikuti. Medan pertempuran sendiri sangat luas yaitu samudera Atlantik tapi dengan menggunakan kamera yang terus bergerak penuh “kegelisahan” menaarik lalu kita dibawa oleh Aaron Schneider untuk terkurung bersama Commander Ernest Krause dan pasukannya di dalam Greyhound. Fokus utama benar-benar diarahkan pada apa yang terjadi di dalam Greyhound dengan sesekali diselingi gambaran yang lebih luas pada kekacauan yang terjadi di samudera Atlantik itu.
Tidak heran jika cengkeraman yang dihasilkan oleh ‘Greyhound’ terasa kuat karena di dalam ruang bermain yang tidak terlalu luas itu memang narasi terus dipacu untuk bergerak cepat dengan diselimuti thrill yang dipompa secara konsisten. Aaron Schneider cerdik dalam memainkan tempo cerita, ia tidak melulu menekan pedal gas namun sesekali mengayun irama dengan beberapa adegan yang sedikit lebih soft. Tapi yang menarik adalah penonton tidak menemukan banyak waktu di mana mereka dapat merasa tenang terlalu lama bersama karakter, karena selalu ada kejutan yang hadir setelah itu. Pola gas dan rem secara berkala seperti ini tidak mudah, dan menariknya Aaron Schneider lakukan dengan baik.

Narasi terasa dinamis dan itu hadir dalam konsistensi yang mumpuni, pencapaian yang juga tidak lepas dari kualitas script garapan Tom Hanks. Ada cukup banyak kapal yang berlayar di dalam konvoi, samudera yang menjadi medan perang juga jauh lebih luas, sedangkan musuh yang siap menghadang para tentara sekutu juga dapat menjadi objek menarik untuk dieksploitasi, namun Tom Hanks menolak untuk memoles oleh semua. Ia dengan berani menaruh fokus pada Greyhound, fokus utamanya adalah menangkap perjuangan yang terjadi di dalam Greyhound lengkap dengan berbagai standard operating procedure di bidang militer, dari Commander Ernest Krause sebagai ujung tombak hingga keterlibatan dari anak buahnya yang merupakan messenger.
Ya, script yang ditulis oleh Tom Hanks terasa lincah dan cepat namun tetap terasa kokoh pula dalam proses pengembangan cerita. Fokus utama penonton akan terarah pada sosok Ernest Krause, atensi kita terkunci padanya, tapi di sekitarnya juga eksis berbagai karakter lain yang juga diberi kesempatan untuk bersinar oleh Tom Hanks dan Aaron Schneider. Dari gerakan sederhana seperti ekspresi wajah dan tatapan hingga ketika kepanikan yang bersifat kumulatif itu telah mencapai titik puncaknya, para pasukan Ernest Krause berkontribusi dengan baik dalam membuat alur cerita terus menerus konsisten dibumbui dengan thrill dan excitement. Mereka memberikan nyawa terhadap cerita yang dipoles dengan elemen teknis yang juga terasa oke.

Penggunaan visual efek jelas menjadi salah satu point menarik dari ‘Greyhound’ dan kualitasnya terasa baik terutama dalam kemampuannya menciptakan suasana perang yang intens di tengah lautan lepas itu. Dari aksi tembak yang disusul ledakan hingga munculnya berbagai crash yang memompa adrenalin, kualitas yang diberikan visual efek terasa sangat crispy, sama seperti kinerja akting dari seorang Tom Hanks. Lagi dan lagi Tom Hanks membuktikan kepiawaiannya dalam menangani sosok heroic seperti ini, terus memborbardir penonton dengan membawa mereka hanyut di dalam pertempuran emosi dan fisik yang ia rasakan dengan cara yang sangat subtle. Pemeran pendukung yang sukses mencuri atensi cukup besar adalah Karl Glusman (Love) yang berperan sebagai Red Eppstein.
Overall, ‘Greyhound’ adalah film yang memuaskan. Bergerak lincah dan memompa adrenalin penonton secara konsisten dan efektif, Aaron Schneider bersama dengan Tom Hanks berhasil menyajikan sebuah war film yang sukses meninggalkan kesan positif yang kuat. Tidak hanya karena kesuksesan mereka dalam memborbardir penonton dengan thrill yang menyenangkan sepanjang cerita bergulir namun juga berkat pendekatan yang efektif dalam menggambarkan pertempuran intens yang terjadi di samudera Atlantik itu, dan menuntun penonton pada momen manis ketika muncul lambaian tangan serta ketika sinar matahari menerobos masuk ke dalam kabin milik Ernest Krause.











1 comment :