25 May 2020

Movie Review: Why Don’t You Just Die? (Papa, Sdokhni) (2019)


“Now it's definitely time to die.”

Kehidupan yang kini semakin keras juga menjadi materi yang semakin menarik untuk diolah menjadi sebuah konten, dan film ini salah satu dari mereka yang mencoba untuk mengeksplorasi isu tersebut. Namun menariknya pendekatan yang digunakan oleh Sutradara di debut film layar lebar-nya ini berhasil membuat isu tadi jadi terasa segar, berlatarkan negara Rusia ia hadirkan sebuah kisah amoral yang memadukan thriller dan drama bersama dengan begitu banyak “tawa unik” di dalamnya. ‘Why Don't You Just Die!’ : when you copied Quentin Tarantino and make a good torture porn.

Dengan wajahnya yang dipenuhi dengan rasa ragu pria bernama Matvey (Aleksandr Kuznetsov) berdiri di depan pintu sebuah apartemen dan tampak sedang berusaha mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mengetuk pintu tersebut. Setelah mengucapkan kata “evil can not touch me!” akhirnya pintu tersebut ia ketuk dan kemudian dibuka oleh Andrei (Vitalie Khaev), pria bertubuh besar dan berprofesi sebagai seorang detektif di kepolisian. Andrei adalah pria yang Matvey cari.

Andrei mempersilahkan Matvey masuk setelah pria muda tersebut mengatakan bahwa dia adalah teman dari Olya (Evgeniya Kregzhde), anak perempuan Andrei. Di apartement tersebut juga ada Tasha (Elena Shevchenko), Ibu dari Olya yang kemudian menawarkan minuman kepada Matvey yang kemudian dipersilahkan duduk oleh Andrei. Celakanya ketika ia hendak duduk sebuah bunyi terdengar dari lantai, sebuah palu jatuh dari saku belakang celana Matvey, benda yang rencananya akan ia gunakan untuk menyelesaikan tugasnya di apartement tersebut.
Cara ia menampilkan isu utama tentang society yang semakin keras memang tidak terlalu mencolok namun ‘Why Don’t You Just Die?’ terhitung berhasil menjadi sebuah penggambaran lainnya dari isu tersebut tadi. Individualisme yang semakin tinggi, hukum yang bisa dibeli dengan uang, hingga nilai kemanusiaan yang terasa semakin tidak memiliki taji lagi berhasil ditampilkan dengan baik di sini. Yang menarik adalah hal-hal tersebut tadi tidak menjadi sesuatu yang benar-benar “membebani” cerita dengan menjadi sorotan utama, mereka justru ditempatkan sebagai side dish bagi menu utama yaitu sebuah kekacuan moral di dalam sebuah apartement.

‘Why Don’t You Just Die?’ adalah penggambaran yang manis tentang kekacauan moral manusia sekarang ini yang semakin merajalela, dan itu dikemas oleh Kirill Sokolov dengan berbagai humor yang menyenangkan. Kirill Sokolov tampaknya mencoba untuk membawa penonton menyaksikan berbagai isu di awal tadi dengan cara menertawakan “kebodohan” yang dimiliki oleh masing-masing karakter. Berbagai elemen yang ia gunakan akan mengingatkan penonton pada nama Quentin Tarantino di mana di sini Kirill Sokolov juga mencoba lebih menekan violence dengan berdampingan bersama black humor walaupun di sini Kirill Sokolov terasa sedikit lebih liar dan absurd.
Sedikit spoiler kecil film ini mayoritas diisi dengan perkelahian yang kemudian akan bertemu perkelahian lainnya, dan hal tersebut hadir dalam bentuk aksi kejar dan tangkap yang akan mengingatkan kamu pada Tom and Jerry. Konfrontasi memegang peran penting di sini terutama pada interaksi verbal antara Andrei dan Matvey namun tetap spotlight diarahkan oleh Kirill Sokolov ke berbagai adegan action yang berhasil terasa menghibur berkat presentasinya yang unik itu, berisikan berbagai kekejaman dengan staging klasik yang seolah menolak untuk tampil implisit dan kemudian memilih untuk tampil total menjadi sebuah torture porn.

Kirill Sokolov menyelipkan berbagai flashback yang terasa padat dan berfungsi baik ke dalam cerita namun tetap mempertahankan apartement dengan situasi yang semakin memanas itu untuk tetap menjadi panggung utama yang kokoh. Arena bermain yang dapat dikatakan “terbatas” tersebut menariknya lagi tidak menghalangi Kirill Sokolov untuk mengekspresikan cerita yang ia usung, justru hal tersebut membuat ia dapat menampilkan berbagai trick and tweak yang manis, seperti slow motion yang menemani berbagai dirty comedies. Camerawork juga mencuri perhatian, mencoba tidak bermain aman namun juga tidak menciptakan kesan berlebihan yang terasa mengganggu.
Ya, ‘Why Don’t You Just Die!’ terasa menyenangkan diikuti karena cerita terus bergerak secara dinamis. Di sini Kirill Sokolov cerdik dalam bercerita, plot utama bergerak di satu garis lurus namun di sampingnya hadir berbagai kejadian yang satu per satu hadir membuat plot utama tadi terasa menjadi semakin rumit dan juga gemuk. Tidak ketinggalan beberapa kejutan yang oke turut ia hadirkan di dalamnya, dan meskipun terus bergerak bolak-balik namun tensi cerita tidak terasa kendor. Itu pencapaian yang oke karena harus diakui pula bahwa materi di dalam cerita sendiri pada dasarnya mayoritas berisikan hal-hal yang punya kadar “konyol” yang tidak kecil.

Dan dibalik keberhasilan Kirill Sokolov mengeksekusi cerita kinerja akting dari para pemeran turut punya andil dari keberhasilan ‘Why Don’t You Just Die!’ tampil menghibur. Cast bekerja sebagai sebuah tim di sini meskipun cerita memperkenalkan Matvey sebagai sosok sentral cerita. Matvey sendiri diperankan dengan baik oleh Aleksandr Kuznetsov sedangkan sebagai kompetitor utama Andrei berhasil dibentuk menjadi seorang pria kotor oleh Vitalie Khaev. Pemeran lain seperti Elena Shevchenko, Evgeniya Kregzhde, dan Michael Gor punya porsi yang tidak terlalu besar namun tetap mampu membuat karakter mereka berperan penting membuat kekacauan ini menjadi bersinar.
Overall, ‘Why Don’t You Just Die!’ adalah film yang memuaskan. Kirill Sokolov berhasil dalam menciptakan sebuah kemasan yang konsisten sejak awal hingga akhir, mencuri perhatian sejak awal dan terus berkembang menjadi sebuah kekacauan yang lebih rumit dan besar dengan tone santai namun dengan kualitas excitement cerita yang terjaga. Tidak heran meskipun berisikan berbagai kekerasan yang "mengerikan" dan black comedy yang terkadang terasa absurd namun ‘Why Don’t You Just Die!’ juga mampu untuk terus terasa exciting dan fun itu berkat teknik storytelling and filmmaking yang cerdik dari seorang Kirill Sokolov. Such a good torture porn. Segmented.












1 comment :