17 April 2020

Movie Review: Trolls World Tour (2020)


“All our differences, that make the world a richer place.”

Jika saya membuat daftar film-film paling mengejutkan di empat bulan pertama tahun 2020 yang menyedihkan ini maka jukebox musical animation yang satu ini pasti akan menjadi salah satu film yang menjadi bagian di dalam daftar tersebut. Kembali hadir sejak pertama kali menyapa penonton di tahun 2016 yang lalu dengan "Can't Stop the Feeling!" yang terasa memorable, kelanjutan kisah Poppy, Branch, dan teman-temannya itu kembali mencoba menggunakan formula sama yang pada dasarnya telah sukses mencuri atensi banyak penonton. Apakah kembali berhasil? Trolls World Tour: elevate the troll universe.

Dunia the Pop Trolls tampak dipenuhi dengan kebahagiaan, Cooper (Ron Funches) dan Biggie (James Corden) menari gembira, Guy Diamond (Kunal Nayyar) bahkan baru saja melahirkan seorang anak yang ia beri nama Tiny Diamond (Kenan Thompson). Branch (Justin Timberlake) juga masih sama, ia masih kesulitan untuk mengungkapkan perasaan suka pada Queen Poppy (Anna Kendrick). Namun suatu ketika the Pop Trolls dikejutkan dengan kemunculan sebuah surat, sebuah undangan dari pemimpin the Rock Trolls, Queen Barb (Rachel Bloom) kepada seluruh Trolls untuk menghadiri pesta yang mencoba menyatukan semua music mereka.

Poppy dan teman-temannya terkejut mendapati fakta bahwa ada suku Trolls lain selain the Pop Trolls. Trolls ternyata dahulu terpisahkan menjadi enam suku dengan berbagai genre musik yang berbeda, yaitu Pop, Funk, Classical, Techno, Country, dan Rock. Fakta tersebut yang kemudian membuat Poppy merasa tertarik dan memutuskan untuk pergi membantu Barb mengundang para Trolls lainnya. Celakanya hal tersebut justru membawa Poppy dan teman-temannya masuk ke dalam bahaya, ke dalam sebuah rencana terselubung yang telah disusun untuk merebut kekuasaan atas semua Trolls.  
Jika dibandingkan dengan apa yang ditampilkan oleh film pertamanya dahulu ‘Trolls World Tour’ jelas dapat dikategorikan berhasil membawa kisah para Trolls tersebut berkembang menjadi semakin baik dan semakin menarik. ‘Trolls’ sendiri kala itu berhasil menjadi kejutan berkat kemampuan dari soundtrack yang ia punya untuk membawa penonton ikut bergoyang bersama para karakter. Justin Timberlake kembali memegang komando di sektor soundtrack film ini dan hasilnya masih sama, berbagai lagu yang kali ini berkembang dengan mencoba bermain di berbagai genre tersebut kembali mengulangi kesuksesan pendahulunya dengan berhasil menjadi nyawa utama ‘Trolls World Tour’.

Ceritanya sendiri masih menggunakan template yang sama dengan struktur narasi di film pertamanya, namun yang membuat daya tarik dari dunia para Trolls menarik di sini adalah tim penulis yang terdiri dari lima orang itu berhasil menciptakan sebuah dunia baru yang lebih besar. Dampaknya sangat besar, warna yang dimiliki cerita menjadi sangat beragam, penonton kemudian dibawa oleh Sutradara Walt Dohrn berpindah dari satu genre ke genre yang lain lewat upaya yang coba dilakukan oleh Queen Poppy. Dari petikan senar gitar kemudian berpindah ke classic, variasi musik membuat cerita tidak terasa tidak monoton, kita bahkan punya K-Pop Gang (Red Velvet) serta Yodeling yang hadir lewat Hickory (Sam Rockwell).
Musical roots tetap dipertahankan dengan baik di sini dan menguntungkan bagi Walt Dohrn karena ia telah menjadi bagian dari film pertama. Walt Dohrn paham formula apa yang bekerja dengan sangat baik di film pertama, kombinasi dari berbagai beats energik yang membuat penonton ikut berdansa serta visual dengan warna-warna cerah dan mencolok. Oh, jangan lupa, sedikit taburan glitter di dalamnya. Di sini dua hal tadi tampil dengan kualitas yang oke. Meskipun tidak memiliki lagu hits yang besar layaknya “Can’t Stop The Feeling” namun ‘Trolls World Tour’ tetap menawarkan berbagai lagu-lagu catchy yang oke, penggunaan beberapa lagu yang populer seperti Wannabe, Who Let the Dogs Out, Russian Roulette, Mi Gente, Party Rock Anthem, dan Gangnam Style juga terasa baik.

Yang menarik adalah di tengah “kebisingan” yang menyenangkan itu di sisi lain ‘Trolls World Tour’ juga terhitung cukup berhasil menghantarkan point penting atas berbagai isu terutama terkait sikap menerima dan merangkul perbedaan yang tercipta di dunia pada Trolls. Tidak pernah terasa didorong untuk menjadi bintang di panggung utama, justru berbagai isu tadi ditampilkan sebagai bagian pendukung pada injeksi dari berbagai momen musical yang lucu dan energik. Semakin menarik karena ketika ia berakhir point penting tadi justru yang terasa paling memorable dari ‘Trolls World Tour’, sebuah pencapaian yang bagus karena treatment seperti itu yang justru memudahkan isu atau pesan tadi untuk diterima dan dipahami penonton anak-anak.
Dan itu merupakan sebuah pencapaian yang sangat penting bagi film ini. Sedari awal ‘Trolls World Tour’ tidak sedikitpun mencoba tampil pretensius, ia tampil eksplisit di mana isu tentang perbedaan terus ditekankan lewat kombinasi berbagai genre musik. Energik memang namun ‘Trolls World Tour’ bisa menjadi sebuah jukebox musical yang terasa tidak memorable seandainya isu dan pesan tadi tidak dikemas dengan baik. Walt Dohrn berhasil menghindari itu, ia tampilkan dengan baik bersama dengan sajian visual yang kembali terasa kontras dan energik, banyak membantu mengunci atensi penonton sehingga tidak terlalu mempermasalahkan hadirnya berbagai lelucon yang tidak semuanya tampak lucu, bagi penonton dewasa tentu saja.

Meskipun begitu hal tersebut tidak terasa mengganggu karena di sisi lain karakter-karakter di dalam cerita memiliki pesona dan semangat yang menyenangkan untuk diikuti. Cerita yang oke memiliki peran di sini sehingga upaya dari berbagai karakter terutama usaha yang coba dilakukan oleh Poppy berhasil membuat penonton seolah merasa terlibat di dalamnya. Hal tersebut juga berkat voice work yang terasa solid dari para aktor, Anna Kendrick dan Justin Timberlake kembali berhasil memberikan nyawa menarik bagi karakter Poppy dan Branch, sedangkan James Corden kembali berhasil membuat Biggie terasa unik dan lucu. Sebagai anggota baru suara yang diberikan oleh Rachel Bloom untuk karakter Queen Barb juga terasa oke sebagai wanita muda dengan ambisi yang liar.
Overall, ‘Trolls World Tour’ adalah film yang memuaskan. Ini adalah sebuah kejutan buat saya di tahun ini, mengingat bagaimana film pertamanya dahulu dibentuk tidak ada ekspektasi yang terlalu besar bagi film ini, dan menariknya penilaian tersebut justru dijawab dengan sebuah jukebox musical yang terasa menyenangkan. Dengan visual mumpuni yang masih mencerminkan kualitas dari DreamWorks Animation, Walt Dohrn dan tim berhasil membawa the troll universe itu untuk berkembang menjadi lebih baik lagi, mereka kini lebih besar, lebih berwarna, dan tentu saja menjadi lebih menarik. Ah, what a troll.









1 comment :

  1. You have to be able to listen to other voices. Because you can’t harmonize alone. :)

    ReplyDelete