05 January 2019

Movie Review: A Star Is Born (2018)


“I just wanted to take another look at you.”

Setiap orang yang kita temui dalam kehidupan hadir tentu dengan alasan yang berbeda-beda. Ada yang hadir untuk menguji diri kita, ada pula yang hadir hanya untuk memanfaatkan kita, ada dari mereka yang hadir untuk mengajarimu, dan ada pula yang datang untuk mencintaimu. Mana di antara mereka yang paling penting bagi kehidupan kita? Adalah mereka yang hadir untuk membuatmu menjadi "the best version of yourself." Your best self. A Star is Born: an affecting love story.

Jackson Maine (Bradley Cooper) merupakan seorang penyanyi country yang terkenal, namun sayangnya aksi panggung memukau yang selalu berhasil ia tampilkan merupakan hasil dari perjuangannya ketika bertarung dengan kecanduan terhadap alkohol dan juga narkoba. Sikapnya yang kerap cenderung merusak dirinya sendiri itu yang selalu membuat manager dan saudaranya Bobby Maine (Sam Elliott) pusing serta kewalahan. Alhasil Jackson semakin “rapuh,” tidak hanya kejiwaannya saja namun juga tubuhnya, ditandai dengan penyakit tinnitus yang semakin lama semakin parah.

Suatu ketika setelah konsernya di California Jackson mendadak meminta supirnya untuk berhenti di sebuah drag bar. Di tengah keramaian para pria muncul seorang wanita menyanyikan La Vie en rose, suara dan aura wanita itu berhasil mencuri perhatian Jackson dan membuatnya terpesona. Namanya Ally (Lady Gaga), seorang waitress yang kemudian ditawari oleh Jackson untuk datang ke pertunjukkannya selanjutnya. Celakanya kehadiran Ally di konser tersebut tidak hanya sekedar menjadi penonton, ia ditarik oleh Jackson dari backstage naik ke atas panggung untuk bernyanyi bersamanya.


Lalu yang terjadi selajutnya? Klasik sebenarnya, dua karakter utama yang memiliki koneksi di dunia musik itu kemudian bersatu menjadi pasangan kekasih yang mabuk asmara. Tampak sederhana memang namun dengan konflik di dalam cerita yang tidak begitu rumit dari segi sebab dan akibat justru love story semacam ini justru terasa tricky. Ambil contoh film yang juga dibintangi oleh Bradley Cooper, Silver Linings Playbook, kisah tentang dua individu yang sedang “sakit” dan kemudian bertemu untuk saling “menyembuhkan” satu sama lain. Di sana cinta menjadi obat utama untuk mengatasi berbagai masalah di antara dua karakter utama.

Hal tersebut sumber dari kejutan di film ini, bagaimana kisah yang klasik dan sederhana tersebut berhasil ditampilkan oleh ‘A Star is Born’ dalam bentuk sebuah sajian yang segar dan menawan. Ada dua konflik utama di sini, seorang rising star yang keluar dari insecurity yang menyelimutinya selama ini dan di sisi lain seorang bintang terkenal yang harus berhadapan dengan “setan” yang terus mengganggunya. Dua elemen yang berbeda ini berkombinasi menjadi satu, bagaimana hasil dari sebuah upaya kerja keras dan ditemani keberuntungan serta apa yang akan terjadi jika seseorang melepas dua hal tersebut.


Hal-hal tadi berhasil menjadi sebuah presentasi yang menawan di tangan Bradley Cooper pada debut perdananya sebagai sutradara, di mana ia juga menjadi penulis naskah bersama Will Fetters dan Eric Roth. Di sini Cooper mendapat hasil yang memuaskan dari keputusannya yang seolah sejak awal tidak ingin membuat cerita klasik itu untuk tampil flashy. Cooper fokus pada upaya menceritakan cerita, sebuah love story sebagai mesin penggerak lalu tempatkan mereka pada posisi yang selalu tepat, sebuah interpretasi yang memilih untuk intim bersama fokus pada karakter dan menjaga agar kisah klasik tersebut tidak jatuh menjadi sebuah melodrama murahan.

Cooper piawai mempermainkan alur cerita, ia tahu kapan harus menampilkan dua karakter utama untuk perform di atas panggung, meminta kamera untuk membawa penonton agar merasa dekat dengan karakter dan merasakan emosi yang kental dari setiap baris lirik. Yang menarik adalah juga hadir gravity yang sama ketika kita dibawa masuk ke elemen drama, elemen yang dijaga oleh Cooper agar tidak perlu terlalu showy tapi justru seiring berjalannya durasi terus membawa berbagai polemik seperti cinta dan luka itu untuk semakin terasa authentic, build-up yang tidak “cerewet” namun terus memberi berbagai punch emosi yang berkualitas.


Itu yang membuat ‘A Star is Born’ terasa menawan, membawa penonton ke dalam sebuah “journey” yang thoughtful namun dipenuhi dengan gairah cinta dan juga musik. Ya, unik, itu belum menghitung bagaimana ketika mereka hadir setiap kepingan dari hal-hal tadi terasa intim dan juga genuine. Bahkan musik. Musik di film ini terasa besar dan powerful, lirik punya power yang besar untuk mempermudah emosi di dalam cerita untuk transfer atau berpindah ke penonton. Memorable songs seperti "Shallow" dipenuhi dengan chemistry yang nyata dari dua karakter utama, lalu ada "I'll Never Love Again" yang berhasil menjadi sebuah “selimut” emosi yang terasa memukau.

Berbicara emosi kinerja penampilan dari cast juga tidak kalah penting. Berstatus superstar sejak awal Jackson tidak pernah terasa mengintimidasi, berkat Bradley Cooper apa yang terjadi di dalam hidup Jackson begitu mudah untuk dirasakan penonton. Dan di sini Lady Gaga tidak sekedar melakukan pekerjaannya sebagai penyanyi, ia memberikan “kedalaman” yang oke bagi sosok wanita rentan pada diri Ally. Chemistry di antara keduanya juga juga solid dan impresif, sama seperti kinerja dari supporting cast lain seperti Sam Elliott dan juga Andrew Dice Clay yang berperan sebagai Lorenzo Campana, ayah Ally.


Overall, ‘A Star is Born’ adalah film yang sangat memuaskan. Didukung dengan kinerja akting yang memikat, script yang padat dan proporsional, soundtrack yang dahsyat, cinematography yang indah, Bradley Cooper berhasil memberikan penonton sebuah amazing journey dengan menggunakan kisah klasik serta tujuan utama yang juga sederhana, yaitu menceritakan cerita dengan love story sebagai mesin penggerak utama. Bergerak penuh energi namun juga intim dan thoughtful di lain sisi, selalu ada rasa “asli” di dalam ‘A Star is Born’ hingga final act yang menawan itu, sebuah cerita cinta yang tampil efektif dan tepat sasaran. Cooper menggunakan dua belas note, dan tidak ada nada yang terdengar meleset di sini. It's an affecting tragic love story.









0 komentar :

Post a Comment