22 December 2016

Review: Christine (2016)


"If it bleeds, it leads."

Dengan bantuan teknologi yang semakin canggih kamu kini dapat dengan mudah melihat berbagai aksi kejam dan tidak berperikemanusian yang dilakukan oleh manusia ke sesamanya manusia, rasa peduli dan saling menghargai serta saling menyayangi tidak lagi dijunjung tinggi lalu kemudian menjadi “buta” oleh praktik adu domba dan dengan bangga mencoba menyakiti sesamanya, baik secara eksplisit maupun secara implisit. Tapi sebenarnya hal tersebut sudah eksis sejak dulu kala, hal yang coba ditampilkan oleh film ini, Christine. Perpaduan ledakan implisit lewat depresi dan psikologis serta ledakan eksplisit lewat aksi “gila” pada sebuah siaran langsung televisi, it’s an intriguing and engaging drama-horror. 

Christine Chubbuck (Rebecca Hall) merupakan sosok yang paling unggul di newsroom tempat ia bekerja, selalu menaruh perhatian pada cerita terkait human-interest tapi sayangnya dinilai oleh pimpinannya kurang mampu menghasilkan “karya” yang dapat dijual dengan mudah. Christine tetap mencoba teguh pada pendiriannya dan tidak terpengaruh hal komersial tersebut tapi celakanya itu pula yang membuat Christine perlahan merasa tertekan dan depresi. Christine kalah dalam perjuangannya melawan tekanan tersebut dan menciptakan sebuah kejutan besar di industri televisi dalam sebuah siaran langsung. 


Sebuah film yang berjenis di mana penonton sudah tahu apa yang akan terjadi pada karakter utamanya karena berdasarkan dari sebuah kisah nyata selalu memiliki tantangan yang menarik, tidak hanya dari filmmaker saja tapi juga dari kita para penontonnya. Tidak heran ‘Christine’ akan terasa aneh buat penontonnya karena dengan tahu apa yang akan terjadi pada Christine otomatis fokus penonton akan tertuju pada berbagai pertanyaan seperti apa dan mengapa kejadian tersebut dapat terjadi. Hal tersebut yang menjadi fokus utama sutradara Antonio Campos dan screenwriter Craig Shilowich di sini, mereka dengan baik mencoba menceritakan perjalanan “berat” yang harus dilalui oleh Christine hingga pada akhirnya ia menghadirkan sebuah kejutan besar kepada pemirsa televisi di USA kala itu. 


Hal penting dari film dengan tipe struktur seperti ini adalah seberapa mampu ia membuat penonton tertarik untuk mengamati “proses” yang dilalui oleh karakter utama. Tidak outstanding memang tapi apa yang Campos sajikan di sini merupakan sebuah studi karakter yang terasa intriguing to watch, kamu bertemu dengan wanita yang tampak kuat, lalu dia masuk ke dalam gangguan psikologis hingga pada akhirnya membuat kejutan besar dengan sebuah “ledakan” di siaran langsung televisi. Christine merupakan subjek yang menarik, beberapa humor memang berhasil Campos bentuk di samping Christine tapi sejak awal hingga akhir kamu akan merasakan rasa cemas dan rasa takut yang Christine hadapi. Mereka seperti sebuah gelas yang diisi air secara perlahan hingga akhirnya tumpah di bagian penghujung. 


Isi cerita mayoritas berisikan tekanan psikologis tapi Campos mencoba untuk menggambarkan Christine sebagai wanita yang tenang dalam menghadapi masalah di bagian lalu perlahan mulai menjadi panas. Atmosfir cerita sendiri harus diakui terasa dingin sehingga jika kamu merupakan penonton yang tahu apa yang akan terjadi pada Christine di bagian akhir “proses” tadi akan terasa seperti sebuah horror bagi kehidupan seorang manusia. Alasan mengapa apa yang film ini tampilkan di sini terasa intriguing adalah karena apa yang Christine hadapi begitu mudah untuk kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari, not just a thousand but a million or maybe a billion peoples are living with major depression in this world. Situasi powerless yang Christine hadapi itu berhasil digambarkan dengan baik oleh Campos dengan di sisi lain juga menunjukkan bahaya dari depresi. 


Ketika pertama kali mengetahui kisah nyata yang Christine Chubbuck ciptakan respon saya saat itu adalah menilai bahwa dia wanita yang “kickass” karena berani melakukan kejutan besar seperti ini, ‘Christine’ berhasil mengubah penilaian saya tadi. Tanpa sentimentality yang berlebihan dan secara efektif berhasil meraih simpati serta empati dari penonton Campos berhasil menyajikan sebuah studi karakter tentang depresi dan troubled mind yang tampil manis dengan cara yang efektif, character-driven yang terasa intriguing dan engaging terlebih dengan performa akting yang terasa sangat mesmerizing and riveting dari Rebecca Hall. Segmented.











0 komentar :

Post a Comment