29 December 2016

Review: Live by Night (2016)


"We’re all going to hell."

Jika kamu masih ingat salah satu topik menarik di antara moviegoers pada tiga tahun yang lalu mengandung sutradara film ini di dalamnya, yaitu Ben Affleck. Saat itu Ben terpilih untuk memerankan Batman pada rencana besar DC membangun universe mereka dan kemudian hadir pertanyaan apakah Ben layak untuk memerankan tokoh ikonik tersebut. Tapi hal lain yang juga tidak kalah menarik adalah dengan terpilihnya dia sebagai Batman lalu bagaimana dengan kiprah karir Ben Affleck yang kala itu sedang mekar sebagai sutradara mengingat setahun sebelumnya ia memproduksi Argo. Now he’s back with ‘Live by Night’, but, yeah, he’s back.

Joe Coughlin (Affleck) dahulunya merupakan seorang pria baik namun dari status good man tersebut ia kemudian masuk ke dalam bisnis kriminal. Dari bar dan permainan poker Joe merupakan seorang perampok bersenjata tapi menariknya masih memegang prinsip moral untuk tidak membunuh siapapun. Joe tidak merasa ia merupakan seorang gangster sehingga menolak bergabung dengan Italian mob dan juga Irish mob. Dari sana hadir berbagai masalah besar bagi Joe termasuk yang terkait dengan wanita bernama Emma Gould (Sienna Miller).  


Sebenarnya sinopsis di atas tapi masih sebagian kecil dari apa yang terjadi di dalam cerita yang diadaptasi oleh Ben Affleck dari novel Live by Night karya Dennis Lehane, dari pembunuhan kemudian aksi penyelematan polisi, kematian kemudian penjara, berbagai materi yang identik dengan film bertemakan crime hadir di sini untuk menciptakan sebuah kisah yang tidak hanya rumit tapi juga terasa unik. Mengapa unik? Karena di sini selaku man in control Ben Affleck tampak berusaha untuk kembali mengulangi pencapaian yang ia raih di ‘Argo’ empat tahun lalu, menjadi sebuah sajian yang compelling dengan suspense dan thrill yang memikat. Apakah itu berhasil tercapai? Berawal dengan kesan chessy yang terasa cukup kental harus diakui bagian awal film ini punya potensi untuk mengarah ke sana terutama pada cara Ben Affleck membentuk setup bagi konflik dan karakter dengan gangster genre sebagai arena


Live by Night merupakan sebuah kisah yang cukup kompleks sehingga harus diakui terdapat banyak “benang” di dalam cerita, tidak heran di awal kamu akan merasa tertarik pada karakter dan konflik. Apa yang akan terjadi selanjutnya, pertanyaan itu berhasil dikemas dengan baik oleh Ben Affleck di bagian itu apalagi di sini tokoh protagonist kita berada di sisi yang “salah” di dalam cerita. Ben juga mencoba membuat materi agar tampak “intelligent” setelah menjejalkan berbagai karakter dengan latar belakang dan subplot, dari race misalnya terdapat berbagai materi terkait society di dalamnya. Ben Affleck mencoba membuat Live by Night untuk secara perlahan memancarkan kesan menyeramkan tapi di sisi lain tidak mengurangi kesan over-the-top yang sepertinya menjadi main arsenal yang ia gunakan di sini. Itu semua berhasil membuat Live by Night tampak menjanjikan hingga ketika ia berubah menjadi sebuah crime film yang, well, terasa quitefragile”. 


Semuanya tampak menjanjikan di Live by Night dan tidak pernah terasa monoton tapi pada akhirnya kamu sadar bahwa berbagai “potongan” yang film ini hadirkan tidak berhasil menyatu menjadi sebuah kesatuan yang terasa padat dan solid. Tiba-tiba gangster genre yang tampak manis di awal itu berubah menjadi terasa quite forced, berbagai koneksi yang terasa lacking juga membuat penonton merasa sulit untuk terus tertarik dan berinvestasi pada petualangan yang Joe jalani. Sebagai karakter utama Joe tampak menjanjikan di awal cerita tapi semakin jauh durasi berjalan semakin berkurang pula pesona yang ia punya. Berbicara tentang durasi hal tersebut juga merupakan salah satu masalah yang film ini punya bersama koneksi dengan screenplay. Punya waktu sebesar 129 menit film ini justru masih terasa terlalu “sempit” untuk materi yang ia punya bermain-main di dalamnya. 


Jika Live by Night punya durasi dua kali lipat dari yang ia punya di sini mungkin penonton akan bertemu dengan ”sensasi” yang lebih oke di bagian akhir. Screenplay yang Ben Affleck tulis terasa terlalu sesak untuk ditampilkan di dalam layar lebar dengan durasi dua jam, terlalu banyak hal yang terjadi di dalamnya cerita yang film ini punya akan jauh lebih menarik jika dibentuk sebagai sebuah TV movie series dengan beberapa episode. Editing yang terasa kurang oke juga memiliki pengaruh termasuk cinematography yang terasa bland serta score yang terasa “short” dalam menciptakan mood atau atmosfir cerita, sedangkan satu-satunya bagian teknis yang oke hanya kostum yang terasa unik. Sementara itu performa akting dari para cast tidak banyak membantu Live by Night, mereka berada di posisi tengah di antara terasa memukau dan terasa buruk, beberapa berhasil tampil oke termasuk Ben Affleck sementara aktor seperti Elle Fanning, Chris Messina, dan Chris Cooper mendapat “perlakuan” yang kurang oke. 


Dari segi isi yang dimiliki cerita atau konten yang terkandung di dalam cerita hasrus diakui Live by Night merupakan sebuah crime film yang tampak oke namun apakah mungkin akibat fokus yang terpecah pada Batman sehingga eksekusi yang Ben Affleck hadirkan di sini terasa seperti setengah hati. Dari segi cerita Ben Affleck trying so hard tapi ketika mengeksekusi cerita tersebut Ben justru terasa trying too hard. Hasilnya berbagai potongan yang tampak potensial itu tidak menjadi satu kesatuan yang terasa padat dan solid, slow burn drama itu justru terasa rushed with not real but only a lot of weak punch. Segmented.










0 komentar :

Post a Comment