20 October 2016

Movie Review: The Accountant (2016)


"Who are you?"

Jika memperhatikan secara seksama poster di atas maka mungkin akan terasa aneh mendapati sebuah film dengan judul yang mengandung kata akuntan justru tampil dengan senjata dan mencoba menciptakan kesan “mematikan”. Faktanya hal tersebut bukan sebuah upaya “menipu” yang dilakukan oleh film ini, dua hal tadi mencoba bergabung untuk menciptakan sebuah puzzle penuh kerumitan, bermain dengan masalah keuangan dengan sedikit sentuhan studi karakter lalu membungkus mereka bersama rasa yang kerap kita temukan dari berbagai film superhero terlebih dengan karakter yang memiliki semacam “superpowers” menarik. Itu tadi merupakan sebuah kombinasi yang unik, namun menjadi unik bukan sebuah jaminan akan sepenuhnya berhasil menjadi hiburan yang menarik. The Accountant: when "Nemo" trying to look like a shark, it’s a robotic John Wick.

Perawakan yang ia miliki memang tampak dingin namun pria bernama Christian Wolff (Ben Affleck) merasakan proses bertumbuh yang tidak “dingin” sejak kecil. Di bawah didikan sang ayah bersama dengan saudaranya Braxton (Jon Bernthal), Chris dididik dengan sistem yang “keras”, ia bahkan belajar pencak silat sebagai upaya mempersenjatai diri jika ada yang “menyerang” menggunakan kelainan sistem saraf yang Chris miliki, yaitu autisme. Tidak menjalani proses terapi gangguan pada otak tersebut nyatanya berhasil Chris lawan hingga ketika ia telah dewasa, menjalani rutinitas termasuk mendengarkan lagu rock dengan jadwal rutin setiap harinya kini Chris berprofesi sebagai akuntan dan menjalankan sebuah jasa konsultan pajak.

Celakanya otaknya yang jenius itu justru membawa Chris masuk ke dalam sebuah rencana jahat. Seorang taipan di bidang teknologi robotic, Lamar Blackburn (John Lithgow), meminta Chris untuk menyelesaikan sebuah masalah di sektor keuangan perusahaannya, masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh seorang Certified Public Accountant bernama Dana Cummings (Anna Kendrick). Celakanya keberhasilan Chris memecahkan masalah keuangan tersebut membawa dirinya dan juga Dana ke dalam sebuah masalah terkait korupsi dengan taruhan nyawa. Situasi Chris semakin pelik karena dia juga menjadi target dari Raymond King (J. K. Simmons) yang mencoba mengurai kasus penipuan dan pembunuhan yang terkait dengan Living Robotics. 


Impresi awal yang diberikan oleh ‘The Accountant’ adalah ia mencoba mendorong kesan “cool” yang dimiliki oleh karakter utamanya, Christian "Chris" Wolff, mencoba membentuk pesona serta karisma termasuk kesan misterius dan serba bisa yang Chris punya, seperti ‘Taken’ atau ‘John Wick’. Sutradara Gavin O'Connor melakukan pekerjaan yang sangat baik di bagian awal ini, ia sukses membentuk script yang ditulis oleh Bill Dubuque itu untuk mengakomodir perkenalan Chris dan penonton secara tepat dan cepat. Kesan pertama ketika berjumpa dengan Chris adalah ia merupakan pria yang “jenius”, terdapat kesan bahwa dapat diandalkan dari dirinya terutama ketika berurusan dengan masalah terkait keuangan. Meskipun tampak “dingin” Chris merupakan karakter yang sangat likable, berhasil membuat penonton merasa tertarik untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang dirinya karena merasa ia menyimpan sesuatu yang dapat menghasilkan kejutan.

Itu sebuah start yang baik bagi ‘The Accountant’ dan terasa cukup melegakan setelah kemudian mendapati bagaimana cara konflik bermain dengan penonton. Setelah perkenalan itu kita dibawa masuk ke dalam jalinan dari berbagai konflik di mana masing-masing dari mereka tidak ada yang mau langsung terasa “clear”, sesuatu yang cukup baik karena mampu menciptakan kesan misterius meskipun tidak sepenuhnya begitu memikat. Hal terakhir tadi menjadi satu-satunya hal yang di awal cukup mampu mengunci atensi penonton pada ‘The Accountant’ di samping pesona Chris yang cukup konsisten hingga akhir, lain dari pada itu kita hanya berjalan bersama sebuah action thriller yang terasa generik dan juga robotic. Alur cerita utama terkait akuntan dan hitman itu berhasil mengatasi kesan “biasa” yang ia miliki di bagian awal, menciptakan dunia Chris serta berbagai ruang bermain yang oke, namun setelah itu ‘The Accountant’ mencoba untuk melakukan banyak hal, mencoba detail namun  justru menggerus power dari punch di setiap elemen. 


Sebagai penggemar action thriller dengan sentuhan misteri di dalamnya cukup aneh mendapati diri bertemu dengan situasi jenuh ketika berjalan bersama Chris, ini cukup baik dalam bercerita termasuk hubungan sebab dan akibat tapi semakin jauh dari sinopsis mereka semakin terasa lifeless. Hal tersebut terjadi karena ‘The Accountant’ yang sejak awal sebenarnya sadar bahwa ia seekor nemo namun sayangnya mencoba untuk tampil buas layaknya seekor Great White Shark. Memasukkan berbagai upaya membuat Chris tampak “besar” salah satunya seperti lewat kilas balik ke masa lalu sayangnya semua itu tidak memberikan impact yang kuat, baik itu terhadap karakter maupun konflik. Momen ketika script mencoba menunjukkan bagaimana Chris berjuang melawan kekurangannya itu semakin lama terasa terlalu “normal”, terasa aneh pula ketika terdapat banyak ruang bermain serta durasi sebesar 128 menit cerita ‘The Accountant’ justru tidak berkembang menjadi sebuah kompleksitas yang menarik, stabil terasa tipis dan terkesan not much interesting to do.

Materi yang dimiliki oleh ‘The Accountant’ sebenarnya straightforward tapi di sini Gavin O'Connor mencoba mengolahnya menjadi sebuah presentasi yang mencoba untuk terasa rumit, hal yang sayangnya tidak dicapai dengan kualitas yang baik. Mereka cukup baik dalam “memperlakukan” kekurangan yang dimiliki oleh karakter utama namun meskipun sejak awal telah mencuri atensi penonton nyatanya di first act fokus cerita tidak kuat pada Chris, kita dibawa bertemu dengan masalah keuangan serta motif dari rencana yang disusun oleh King. Penonton juga bertemu dengan Dana yang coba digunakan untuk melelehkan “dinding” yang selama ini membuat Chris sulit melakukan interaksi sosial. Tapi sayangnya tidak semua karakter  dan konflik tersebut konsisten terasa menarik, kemunculan mereka di dalam layar lebih sering membuat narasi menjadi dingin dan juga kering. Dampaknya berbagai event ukuran kecil itu tidak berhasil menciptakan sebuah event besar yang kuat dan memikat, dalam hal tentu saja terkait karakter utama kita, Chris. 


Itu selalu menjadi daya tarik dari sebuah action crime thriller, banyak event kecil mencoba membangun kerumitan untuk kemudian disatukan dalam sebuah event besar yang memikat, ‘The Accountant’ tidak punya itu. Setelah paruh pertama yang cukup oke ia mulai terasa repetitif dengan proses build-up yang terasa uninspired. Elemen teknis memberikan kontribusi yang cukup baik namun tanpa berkembangnya unsur dramatis di dalam cerita konflik yang berputar di sekitar Chris tidak pernah terasa terus mengigit atau mencengkeram, hal yang sejak awal coba untuk dicapai oleh ‘The Accountant’. There’s a lot of thing going on here tapi sebagai sebuah kesatuan mereka tidak terasa dinamis, alhasil ketika berbagai kejutan itu muncul tidak ada kesan shocking yang mumpuni. Sejak awal mencoba menekankan pada karakter pada akhirnya benang cerita berakhir dengan rasa antiklimaks, hal yang sayangnya juga berakhir dengan rasa hambar dan juga datar ketika disatukan secara singkat dan cepat di bagian akhir.

Satu-satunya elemen yang berhasil tampil dengan kualitas oke sejak awal hingga akhir hanya divisi akting. Cast melakukan pekerjaan yang cukup baik terhadap karakter mereka yang terjebak di dalam sebuah permainan dengan cerita yang tipis itu. Affleck berhasil menangkap berbagai kekurangan yang dimiliki oleh Chris sebagai autistic person namun di sisi lain ia juga mampu meyakinkan penonton pada pesona kick-ass dari Chris. Kombinasi dua hal tersebut yang membuat Chris terus terasa menarik hingga akhir, tidak seperti hubungannya dengan karakter di sekitarnya. Anna Kendrick berhasil membuat Dana menjadi karakter yang likeable, membuat perjuangan Chris menyelamatkannya terasa menarik, namun sama seperti karakter menarik lain seperti King dan juga Marybeth Medina yang diperankan oleh Cynthia Addai-Robinson, ia terasa underused. Mungkin mereka masih disimpan untuk memegang peran yang lebih besar di sekuel, sesuatu yang layak untuk terwujud mengingat meskipun kurang memuaskan Chris dan karakter lainnya seperti memiliki banyak hal menarik yang masih belum digali. 


Overall, ‘The Accountant’ adalah film yang kurang memuaskan. Meskipun tidak sepenuhnya kuat paruh pertama ‘The Accountant’ terasa menarik, terutama pada seperempat awal yang terasa kuat, namun setelah itu ia terjebak di dalam usaha mengubah materi yang tipis baik itu pada konflik dan juga mayoritas karakter untuk menjadi sebuah presentasi yang kompleks atau rumit. Di awal ‘The Accountant’ punya pesona dan energi yang tidak buruk namun puzzle yang ia ciptakan tidak mampu untuk sepenuhnya mempertahankan kualitas dua hal tadi untuk mengikat atensi penonton hingga akhir, mencoba tampak “cool” dan rumit namun berakhir hambar dan datar. Without a great "punch", this one is a robotic John Wick. Segmented. 











1 comment :