01 August 2016

Movie Review: Love, Lies [2016]


Siapa yang tidak merasa kesal ketika ia dikhianati, apalagi ketika dikhianati oleh teman sendiri, tapi apakah usaha balas dendam yang bersifat “menghancurkan” merupakan sesuatu yang normal? Mungkin, karena di dalam sebuah kompetisi selalu ada dua kelompok dengan cara bermain yang berbeda: fair play dan foul play, mereka yang mencoba kembali menang dengan cara meningkatkan kualitas yang mereka miliki, adapula mereka mencoba menang dengan cara “menjatuhkan” lawannya. Menggunakan musik dan kisah cinta segitiga hal tadi merupakan basic dari film ini, ‘Love, Lies (Hae-eohwa)’, a quite pretty but not so "sticky" love story.

Jung So-yul (Han Hyo-joo), murid gwonbeon dan anak perempuan seorang gisaeng ternama, memiliki bakat menyanyi dan kecantikan alami yang membuatnya menjadi pusat perhatian. So-yul berteman dengan Seo Yeon-hee (Chun Woo-hee) dan mereka berjanji untuk saling menjaga martabat dalam persaingan mereka sebagai gisaeng. Suatu ketika So-yul yang menjalin hubungan asmara dengan penulis lagu bernama Kim Yoon-woo (Yoo Yeon-seok) mendapati Yoon-woo menulis lagu buat Yeon-hee. Yoon-woo menyukai Yeon-hee dan memintanya keluar dari gwonbeon dan beralih menjadi penyanyi pop. So-yul yang merasa dikhianati menyusun rencana balas dendam, salah satunya untuk menghancurkan kehidupan Yeon-hee. 


Menggabungkan drama dengan isu utama balas dendam dengan elemen musik, 'Love, Lies' memberikan sebuah perjalan selama dua jam yang cukup menghibur. Setting waktu dari period drama ini berada ketika Korea masih menjadi satu kesatuan dan berada dibawa pendudukan Jepang, menampilkan beberapa isu modernisasi dengan menggunakan Korean version of geisha sebagai karakter utamanya. Itu jadi fokus yang begitu menarik di sini, sutradara Park Heung-sik (Memories of the Sword) dan tim penulis naskah mampu menampilkan dua sisi yang berlawanan dari para gisaeng, di satu sisi mereka dituntut untuk tampil elegan karena menghibur kaum kelas atas tapi di sisi lain mereka merupakan para wanita biasa yang seperti tidak ingin selalu terikat status sosial dengan kesan kaum terpelajar. Menariknya isu pengkhianatan digunakan sebagai jalur utama, memuncaknya rasa cemburu hingga lepas kontrol. 


'Love, Lies' merupakan sebuah kisah cinta segitiga klasik, berisikan pengkhianatan, rasa cemburu, dendam, dan penyesalan. Kita dibawa untuk melihat bagaimana ketika dua wanita yang awalnya berteman akrab kemudian terperangkap di dalam sebuah kompetisi. Secara kualitas vokal So-yul berada di belakang Yeon-hee yang langsung bertemu dengan stardom di industri musik pop, fakta tersebut di set dengan baik tapi masalahnya kita dibuat ragu apakah usaha balas dendam yang So-yul lakukan layak untuk kita dukung, metode yang ia pakai terasa cukup berlebihan. Park Heung-sik cukup oke memutar masalah utama di antara kisah segitiga ini bersama tampilan visual yang manis, menciptakan kontrak dengan situasi di cerita yang terasa ugly berisikan jealousy. Tapi cerita film ini terasa begitu kuat hanya di sepertiga awal durasi, setelah itu storyline justru melemah, pergerakan plot cukup oke tapi terasa terlalu tenang untuk sebuah film berisikan aksi balas dendam. 


Penonton tahu duduk masalah cerita tapi mereka tidak mendapatkan shift cerita yang mampu mempertahankan pesona dari masalah tersebut. Ketika daya tarik cerita semakin terasa tipis daya tarik cerita dan karakter juga terasa semakin kurang kuat, rasa simpati memang ada tapi narasi yang klise itu perlahan terasa cukup dingin. Ini mengejutkan sebenarnya karena cerita sendiri berisikan materi yang dapat menghasilkan berbagai ledakan, beberapa karakter merupakan orang-orang pretty “dirty”, tapi yang ditampilkan terlalu bergantung pada rasa cemburu dari wanita. Mungkin memang hal tersebut dipengaruhi budaya di era tersebut, dan kita juga harus ingat janji antara Yeon-hee dan So-yul di awal tadi, tapi cara Park Heung-sik membuat ini mayoritas terasa tenang membuat 'Love, Lies' tidak berhasil meraih potensinya yang paling maksimal, sebuah emotional drama penuh ledakan emosi. Yang 'Love, Lies' tampilkan: kisah cinta segitiga universal dengan emosi yang universal. 


Bukan berarti buruk tapi ‘Love, Lies’ seperti sengaja di set untuk tetap terasa ringan dan tidak terasa rumit. Hasilnya meskipun menggunakan isu balas dendam sebagai jualan utamanya namun cerita ‘Love, Lies’ tidak punya impresi berbahaya yang mengesankan. Hal tersebut semakin sedikit suram karena editing kualitasnya juga kurang oke, membuat alur cerita di beberapa bagian terasa seperti ditambal sulam secara kasar. Terasa cukup aneh memang mengapa hal tersebut dapat mencuri perhatian dengan begitu kuat, apakah akibat saya salah menaruh ekspektasi sejak karena di luar kekurangan tadi elemen lain seperti production values dan kinerja akting terasa manis. Saya sangat suka kostum di film ini, mereka menggunakan hanbok tapi kesan yang muncul terasa trendy dan modern, tampilan visual juga terasa oke. 


Elemen musik film ini terasa manis, performance yang ditampilkan oke dan selalu mampu mengikat perhatian. Dengan porsi yang cukup oke elemen musik juga sering membantu kinerja akting para pemeran. So-yul merupakan sosok yang menyedihkan dan itu berhasil ditampilkan dengan baik oleh Han Hyo-joo, ketika tampil naif terasa pas tapi ketika dituntut bergelut dengan emosi dia terasa kuat, memberikan grip yang oke di sektor drama ia juga terasa memikat ketika bernyanyi. Hal serupa yang dilakukan oleh Chun Woo-hee, terasa meyakinkan dalam menampilkan bahagia dan duka dan ketika bernyanyi terasa cukup oke. Sedangkan Yoo Yeon-seok cukup oke tampil sebagai sumber rasa kesal dan sakit hati yang dialami So-yul, tapi selain itu pengaruhnya terasa minim, tidak banyak hal yang menarik dari Kim Yoon-woo, ia muncul lalu tenggelam, lalu muncul. 


Tampil begitu meyakinkan di awal sayangnya ‘Love, Lies (Haeuhhwa)’ terasa sedikit longgar ketika telah hampir menginjak titik tengah durasinya. Tidak buruk memang namun dengan potensi yang terasa oke di bagian awal film ini berakhir sebagai sebuah good enough drama romance, terasa ringan dan tampak menjaga agar dapat tampil universal sehingga tidak menghasilkan kedalaman yang menawan terutama pada isu balas dendam penuh emosi dan cinta itu. Untung saja di sisi lain ‘Love, Lies’ berhasil menampilkan berbagai nilai positif seperti good visual, good production design, good costume design, good enough music, dan good acting. Seandainya ini memiliki kedalaman dan "passion" yang lebih kuat dan lebih menarik di pusat utama cerita yang ia punya mungkin hasil akhir yang ia berikan akan terasa jauh lebih baik. Segmented. 








0 komentar :

Post a Comment