17 July 2016

Review: Mike and Dave Need Wedding Dates (2016)


"There is no penetration, only a vibration."

Setiap kali menonton film dengan genre komedi saya selalu mencoba memperhatikan bagian awal mereka, fokusnya pada seperti apa mereka ingin tampil di depan penontonnya, mumblecore, dark comedy, satire, hyperactive comedy, atau jenis komedi lainnya. ‘Mike and Dave Need Wedding Dates’ merupakan komedi rasa hyper, sebuah komedi “vulgar” yang memiliki energi dan semangat tinggi yang tampaknya hanya ingin mengajak penonton untuk sekedar tertawa sambil berpesta. Sepintas itu tampak seperti sebuah tugas yang sangat sederhana namun sesungguhnya keputusan untuk memikat penonton dengan tampil “gila” seperti sebuah boomerang. ‘Mike and Dave Need Wedding Dates’ feels like summer party with not so good EDM, abs, beer, and bikini.

Mike Stangle (Adam DeVine) dan Dave Stangle (Zac Efron) merupakan saudara yang dikenal gemar membuat “kekacauan” di acara keluarga mereka. Lelah dengan kelakuan antics mereka sang ibu menyarankan anak-anaknya itu menghadiri acara pernikahan saudara mereka yang akan datang bersama kekasih mereka masing-masing. Memang dasarnya "gila" Mike dan Dave menuju ke Craigslist dan menemukan Tatiana (Aubrey Plaza) dan Alice (Anna Kendrick) sebagai pacar “palsu” mereka. Celakanya Tatiana dan Alice memberi kejutan pada Mike dan Dave ketika mereka telah berada di Hawaii: dua pacar palsu mereka ternyata lebih “gila” dari Mike dan Dave. 


Mike and Dave Need Wedding Dates (MDNWD) merupakan tipikal komedi “vulgar” dengan formula yang sangat familiar namun menariknya bagian awal film ini terasa cukup menjanjikan meskipun tidak special. Tidak terhitung buruk, kisah yang terinspirasi dari sebuah kisah nyata itu memiliki setup yang terasa menjanjikan di awal, seperti sebuah rencana yang dibuat untuk bersenang-senang tapi pada akhirnya menjadi sebuah bom waktu yang kemudian meledak. Bagaimana ledakan yang dihasilkan merupakan daya tarik terbesar cerita, tema utama berhasil diplot secara terpusat oleh sutradara Jake Szymanski untuk kemudian sekelilingnya ia isi dengan berbagai kumpulan drama dan komedi dengan rasa hyper yang cukup berhasil menampilkan semangat yang menarik di awal. Tapi kembali lagi ke bagian pembuka tadi, ini bukan raunchy comedy dengan kualitas yang special, and in the end ini jatuh menjadi berbagai kepingan komedi yang mayoritas terasa garing.


MDNWD seperti pelajar yang ingin berpesta tapi tidak sepenuhnya mampu menarik atensi sekitarnya untuk ikut berpesta meskipun ia tahu cara berpesta. Masalah terbesar dari MDNWD adalah Jake Szymanski tidak mampu menggunakan naskah olahan Andrew J. Cohen dan Brendan O'Brien (Neighbors, Neighbors 2: Sorority Rising) untuk membangun atau sekedar mempertahankan potensi di bagian awal. Bukan berarti tidak ada sedikitpun senyuman menyaksikan karakter berusaha tampil lucu tapi daya tarik mereka bersama lelucon yang mereka lakukan terus terdegradasi secara perlahan dan mencapai hal-hal taboo pada sebuah komedi: kerap terasa garing, canggung, dan kurang lucu. Terlalu sibuk tampil penuh semangat lelucon yang film ini berikan terasa semakin lelah ketika ia semakin jauh berjalan, cerita yang mulai teras seperti situasi komedi terasa episodik dengan nyawa dan pesona yang hambar.


Sebenarnya jika MDNWD mampu bermain di level bagian pembuka ia bisa menjadi komedi yang cukup menghibur, tapi memutuskan untuk tampil berani dengan formula yang predictable tanpa menyuguhkan penontonnya “kehebohan” yang menarik film ini tidak pernah terasa stand out. Memiliki dua karakter “moron” sudah menjadi keuntungan tersendiri bagi film ini tapi usaha mereka menjadi pesta pora di cerita terasa secara berlebihan dengan dinamika yang tidak terasa padat. Mencoba tampil seperti ala ‘Wedding Crashers’ MDNWD justru crash, ketukan plot yang kurang enak dapat tidak menjadi masalah seandainya ketukan di sektor komedi berupa lelucon dapat terasa enak. Sayangnya itu tidak terjadi, banyak lelucon yang terasa terlalu panjang dan terlalu lama sehingga hit akhir yang dihasilkan kurang kuat. Memang ada lelucon yang lucu tapi jalinan antar lelucon terasa tidak enak, satu mencoba menaikkan kualitas tapi disusul dengan lelucon yang menjatuhkan bahkan mematikan pesona dan kualitas elemen komedi.


Seandainya MDNWD bermain aman dan tidak mencoba terlalu keras untuk membuat penontonnya tertawa mungkin hasilnya akan sedikit lebih baik, lagipula sejak sinopsis ini juga sangat tipis. Mudah untuk mengerti apa yang film ini ingin lakukan dan sampaikan segala macam pergeseran penuh energi tapi hal-hal menarik seperti hadir di bagian awal dan setelah itu dengan durasi 98 menit MDNWD tidak punya banyak hal yang sama menariknya untuk dilakukan. Isu seperti saling membutuhkan tidak pernah digunakan secara lebih baik, sama seperti yang Jake Szymanski lakukan terhadap empat pemeran utama. Pesona empat pemeran utama cukup baik ketika mereka tampil pertama kali di layar namun yang mampu mempertahankan pesona aksi hyper hanya Aubrey Plaza. Zac Efron terlalu bergantung pada charm fisiknya, energi "manic" Adam DeVine terlalu tipis, dan chemistry mereka cepat menjadi basi. Anna Kendrick secara mengejutkan membuat karakter yang bisa ia tangani dengan mudah justru berakhir unenjoyable, sementara Aubrey Plaza berhasil menampilkan wanita “fake” dengan satir yang oke.


Memilih untuk menjadi sebuah komedi dengan formula dan materi standar serta klasik bukan masalah dari film ini, lagipula banyak film komedi lain yang melakukan hal tersebut dan berhasil tampil menghibur. Sayangnya ‘Mike and Dave Need Wedding Dates’ tidak berhasil tampil menghibur dan konsisten lucu sebagai sebuah raunchy and sexy comedy, memiliki materi yang tidak buruk sayangnya cara mereka diolah kurang nikmat, irama ketika bercerita dan berpesta dengan tingkah-tingkah konyol tidak padu, push kemudian jatuh, push lagi namun kemudian kembali jatuh. Meskipun memiliki semangat dan energi yang cukup oke ‘Mike and Dave Need Wedding Dates’ tidak pernah mampu mencapai hit serta menghasilkan pesona dan punch yang maksimal serta memikat, dalam hal komedi karena sejak awal saya sudah mengubur ekspektasi terhadap cerita. Hanya mengharapkan komedi, dan masih kurang berhasil menghibur. Segmented.










0 komentar :

Post a Comment