14 July 2016

Review: Ghostbusters [2016]


"Don't piss off the ghost."

Rasa kaget yang begitu besar muncul ketika melihat gelombang “menolak” yang hadir di trailer reboot Ghostbusters empat bulan yang lalu, hingga review ini dirilis telah mendapat 930.000+ dislike. Kita tahu betapa besar cinta yang diperoleh versi original Ghostbusters tapi apakah menolak secara frontal untuk sebuah “pembaharuan” yang bahkan kita belum tahu baik dan buruknya merupakan sebuah tindakan yang sehat? Memberikan kegembiraan yang jauh lebih besar dari sekuel versi original, ‘Ghostbusters (2016)’ berhasil memberikan punch begitu kuat untuk kaum pesimistis tadi, a bigger and bustier re-imagining to the classic film. Not super legit but pleasantly solid.

Berawal dari usaha untuk menarik buku terkait fenomena paranormal yang pernah ia publikasikan dan kini mengancam reputasinya, Erin Gilbert (Kristen Wiig) bersedia untuk membantu sahabat lamanya Abby Yates (Melissa McCarthy) yang kini sedang melakukan investigasi paranormal bersama Jillian Holtzmann (Kate McKinnon). Investigasi tersebut ternyata membawa Erin Gilbert kembali tertarik pada dunia paranormal dan untuk melanjutkan penelitian bersama Abby dan Jillian mendirikan "Department of the Metaphysical Examination." Berawal dari pekerja subway Patty Tolan (Leslie Jones) yang melihat hantu di jalur kereta pertempuran di antara girls versus ghosts dimulai. 



Kota New York sedang berada di bawah serangan para mayat hidup. Who you gonna call? Yeah, Ghostbusters! Menjadi target cemoohan lengkap dengan berbagai argumen hingga komentar miring dengan sikap politik dan membawa isu feminisme, Ghostbusters berhasil menjawab mereka semua dengan menyajikan sebuah supernatural comedy yang menyenangkan. Paul Feig (Bridesmaids, The Heat, Spy) cermat dan cerdik dalam meramu kembali cerita bersama Katie Dippold, semua rasa cemas calon penonton setelah menyaksikan trailer hilang ketika Abby dan tiga sahabatnya itu mulai beraksi. Mengapa? Karena ‘Ghostbusters’ tidak hanya terasa seperti sekedar reboot belaka, sebuah komedi yang berhasil tampil lucu dalam gerak cepat namun memiliki hati yang menarik terkait beberapa topik menarik seperti persahabatan, namun ini juga terasa seperti sebuah re-imagining dengan sentuhan modifikasi yang manis dan tepat guna.



Sekali lagi, versi original Ghostbusters merupakan sebuah film klasik yang “manis” tapi ketika menyaksikan film ini versi original tersebut jarang tampil "mencuri" atensi di pikiran penonton secara berlebihan. Bagaimana bisa? Karena film ini tidak mencoba menyaingi bahkan mengalahkan versi originalnya. Ini seperti sebuah penghormatan kepada versi original dengan menggunakan empat karakter wanita. Sejak berkembang dari sinopsis kita masuk kedalam sebuah “dunia” baru pertempuran manusia melawan hantu, banyak menghadirkan referensi namun Paul Feig membawa ini untuk berjalan di petualangan mereka sendiri, menghadapi ancaman supranatural dengan carefree manner yang menarik untuk diikuti. Komedi memang terhitung sering mencuri posisi terdepan dari elemen supranatural tapi dinamika dan pesona cerita serta karakter terasa stabil, banter mereka cukup asyik dan kamu seolah menjadi anggota kelima di dalam tim.



Hasilnya topik utama terkait persahabatan jadi terasa impresif. Tentu saja banyak hantu di sana sini tapi fokus penonton terus terpaku pada persahabatan empat karakter utama yang terasa memikat, tanpa drama berlebihan dan lebih mengandalkan humor. Para hantu juga tidak kalah oke dibandingkan karakter manusia, itu mengapa pertempuran ini terasa seimbang. Visual efek berhasil menciptakan fantasi yang manis, para hantu tampil dengan esensi yang pas dengan tujuan yang ingin dicapai film ini, mampu mengintimidasi tapi tidak merusak usaha dari komedi. Special note juga berasal dari visual. Secara mengejutkan Ghostbusters ternyata juga merupakan sajian visual experience, kesan “kaya” yang dimiliki visual Ghostbusters terasa cool dan menyenangkan, visual juga digunakan oleh Paul Feig untuk menambah kedalaman nada cerita serta membantu narasi bercerita. Disarankan untuk menonton film ini di format 3D atau versi IMAX 3Dit’s one of the best 3D film.



Lalu apa kekurangan Ghostbusters? Film ini terasa begitu mengikat sejak awal hingga akhir tapi ia juga tidak luput dari beberapa minus yang sebenarnya tidak semua dari mereka mampu merusak kenikmatan yang ia tampilkan. Energi Ghostbusters terasa oke tapi sebelum masuk ke paruh kedua durasi harus diakui naskah di beberapa bagian terasa goyah. Dengan begitu mengandalkan karakter untuk meraih atensi penonton penting pula bagi penonton untuk merasa “dekat” dengan karakter, jika tidak maka cengkeraman dari petualangan mereka akan terasa biasa bahkan terasa lemah. Karakter hantu terasa memikat tapi karakter antagonis manusia terasa, well, kurang menggigit. Dampaknya cukup signifikan karena taruhan dari pertempuran antara girls versus ghosts ini tidak pernah mencapai titik maksimal meskipun hal tersebut tertutupi dengan cukup rapi oleh energi komik dari empat karakter utama.



Dasar dari karakter masih bersandar pada versi originalnya namun ditampilkan dengan pendekatan yang tidak sepenuhnya “manja.”  Kristen Wiig berhasil menampilkan "kejengkelan" yang dimiliki Erin Gilbert dengan baik, Melissa McCarthy mampu membentuk Abby Yates menjadi karakter agresif yang menarik, sedangkan Leslie Jones terasa seperti karakter Anger di Inside Out. Sebagai sebuah tim ensemble mereka terasa tangguh tapi ada satu karakter yang berhasil tampil sedikit lebih menonjol. Dia adalah Jillian Holtzmann, diperankan dengan sangat baik oleh Kate McKinnon. Jillian Holtzmann merupakan karakter yang unik dan mampu konsisten mencuri perhatian, ia seperti punya energi nakal dan liar yang membuat penonton merasa apa yang ia lakukan tidak hanya lucu tapi juga keren. Oh, Chris Hemsworth! Memberikan kinerja yang terasa santai Thor punya momen yang mampu ia manfaatkan dengan baik.



Sejak awal Ghostbusters tidak mencoba menyaingi versi original, dengan hormat meminjam format untuk membangun “dunia” baru bagi pertempuran wanita melawan hantu. Paul Feig membentuk spirit dan formula lengkap dengan “kebisingan” dari versi original menjadi sebuah petualangan lucu yang tidak lupa untuk tampil mengintimidasi. Berayun penuh variasi dengan percaya diri tinggi, Ghostbusters memang tidak superb namun dengan visual yang memikat serta cerita dan karakter yang konsisten terasa menarik ini berhasil menjadi kombinasi komedi dan fantasi yang menyenangkan. A pleasantly solid fantasy comedy, it’s a pleasure hanging out with these characters.










Cowritten with kimssi

0 komentar :

Post a Comment