30 July 2016

Review: Bad Moms (2016)


"We have to bring down the perfect moms."

Kamu pasti pernah mendengar lagu Indonesia yang berjudul ‘Kasih Ibu’, salah satu liriknya berbunyi “…tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali…” Yup, tidak perlu palu ajaib, teknologi canggih, hingga kemampuan terbang kesana kemari, ibu merupakan salah satu superhero. Tapi apakah mereka sosok “sempurna” yang harus tetap berjuang untuk menjadi contoh “sempurna” bagi anak-anaknya meskipun mereka bukan sosok yang “sempurna”? Mama bear always a dear one, helicopter parent dan lain sebagainya, namun this moms mencoba menjadi Freddie Mercury, they want to break free with a crazy party. It’s like watching the female version of The Hangover.

Amy Mitchell (Mila Kunis) merupakan seorang ibu dengan rutinitas sehari-hari yang “intens”, dari mengurus anak, mengurus rumah, penikahan yang sedang dingin, dan berada di bawah pengawasan Parent-Teacher Association yang diketuai Gwendolyn (Christina Applegate). Suatu ketika Amy marah besar ketika menemukan bahwa suaminya melakukan online sexual relationship dengan wanita lain dan kemudian memutuskan bahwa ia tidak sanggup lagi “berakting” untuk menjadi ibu yang waras dan sempurna. Bersama dua teman barunya yang juga merasakan hal serupa, Carla (Kathryn Hahn) dan Kiki (Kristen Bell), Amy memutuskan untuk kembali menjalani hidupnya dengan bergembira melakukan hal-hal gila. Namun “biaya” yang harus mereka tanggung tidak kecil.



Jon Lucas dan Scott Moore yang pernah bekerja sama di beberapa proyek salah satunya The Hangover melakukan pekerjaan yang cukup baik di sini dalam hal menampilkan “kegilaan” cerita dan karakter, feel dari komedi vulgar ciri khas mereka terasa kental di Bad Moms. Tapi itu bukan hal yang paling menarik dari film ini di bagian awal melainkan ide utama dari cerita, bagaimana ketika ibu yang penuh tekanan untuk menjadi sosok yang waras akhirnya “meledak” dan menjadi gila? Dengan setting low-bro sejak awal ‘Bad Moms’ seperti sebuah perayaan sisterhood dengan karakter para ibu, punya potensi untuk menjadi sebuah pengamatan yang oke terhadap ide utama yang ia bawa yaitu betapa sulitnya menjadi orang tua di era modern sekarang ini. Tapi ternyata Lucas dan Moore tidak mencoba terlalu “serius” pada hal tadi, mereka buat ini tetap terasa ringan, sedikit mentah dan mati rasa, hanya ingin membawa karakter tampil gila.


Hasilnya? Cukup oke. Karakter di sini konyol tapi dibentuk dengan cukup serius sehingga penonton merasa seperti telah mengenal mereka begitu lama. Permasalahan yang Amy, Carla, dan Kiki hadapi juga berhasil ditampilkan dengan baik sehingga kamu dapat mengerti tekanan dan beban yang mereka hadapi sehingga akhirnya meledak. Yang mengejutkan selain cukup lucu Bad Moms juga berhasil meraih simpati penonton, punya “quite big heart” yang cukup oke di tengah kekacauan yang dilakukan tiga karakter utama. Saya juga suka salah satu hal yang dibawa film ini terhadap parenthood, bahwa menjadi orang tua tidak membuat setiap pria dan wanita harus terikat untuk menjadi sosok dan contoh yang sempurna. Hal ini terasa kuat di awal tapi sayangnya semakin lama semakin terasa dipaksakan. Konsep “we don’t give a…” itu memang oke, tapi Bad Moms mendorong “batas” parenthood tadi hingga sedikit melewati batas berbahaya.


Tidak mengharapkan Jon Lucas dan Scott Moore menampilkan pesan tentang parenthood secara luar biasa tapi pesan tadi terus tenggelam. Apakah selamat? Ya, pada akhirnya isu parenthood tadi selamat tapi selama di paruh kedua 101 menit durasi Amy, Carla, dan Kiki tampak seperti pelajar universitas yang menyamar menjadi seorang ibu untuk berpesta, bukan sebaliknya. Di babak kedua ini bukan tentang pengalaman motherhood lagi, tidak ada keseimbangan antara waras dan gila di inti cerita, semuanya mengarah ke gila. Umpatan di sana-sini, karakter yang awalnya menarik jadi terasa melakukan aksi kartun meskipun mereka tidak pernah jatuh jadi terasa menjengkelkan. Lucas dan Moore kurang oke dalam mengolah materi yang mereka punya agar tampil dengan kualitas yang oke pula sampai akhir, mayoritas terasa seperti main aman dan ada yang terasa datar walaupun tidak menjengkelkan.


Hal tersebut berkat kinerja para aktris utama yang berhasil menjaga pesona karakter mereka masing-masing. Chemistry antara Mila Kunis, Kathryn Hahn, dan Kristen Bell oke, dan kelompok “Mean Girls” yang dipimpin oleh Christina Applegate juga oke. Kunis, Hahn, dan Bell tampak seperti tiga wanita yang sudah kenal lama, mereka terasa nyaman dengan karakter mereka masing-masing tapi juga saling mengisi satu sama lain. Itu banyak membantu pula kinerja komedi ‘Bad Moms’ yang tampil dengan mengandalkan slapstick humor rasa modern dan over-the-top. Amy, Clara, dan Kiki dihadapkan pada berbagai aksi gila dan perilaku kurang “normal” dengan mengandalkan berbagai kata-kata kotor, tidak semuanya berhasil membuat penonton tertawa besar namun mayoritas punya kualitas yang cukup oke untuk membuat penonton tersenyum hingga tertawa kecil.


Bad Moms’ berhasil menjadi sebuah “kisah” terkait motherhood yang terasa cukup menghibur, pesan tentang menjadi ibu tidak harus selalu tampil sempurna terasa oke walaupun tidak kuat. Di awal punya emosi yang cukup baik yang selanjutnya kemudian dihajar dengan berbagai komedi vulgar dari batasan normal hingga kurang ajar, 'Bad Moms' berhasil menjadi sebuah in-your-face raunchy comedy yang cukup menghibur. Dapat terasa lebih memikat seandainya Moore and Lucas berani untuk tampil sedikit lebih total antara membuat ini terasa “human” atau kartun, dapat membuat usaha tampil riuh dan segar tidak terasa dipaksa meskipun thanks to kinerja tiga pemeran utamanya tetap berhasil membuat penonton pulang dengan mood yang menyenangkan. Not totally funny, but still fun enough to watch. Warning: Kepada ibu dan bapak jangan menjadi orang tua "gila" dengan membawa anak ketika menonton film ini, mereka bisa trauma nantinya. 












0 komentar :

Post a Comment