06 June 2016

Movie Review: Warcraft [2016]


"Our hope is destroyed, there is nothing to go back to. Is war the only answer?"

Apakah kamu tahu salah satu hal paling berbahaya di dunia ini? Merasa sepi di tengah keramaian. Hal tersebut yang berhasil diberikan oleh film ini, Warcraft: The Beginning, film adaptasi dari video game online populer. Film yang mengambil dasar dari video game punya sejarah yang kurang manis namun hype cukup tinggi diperoleh Warcraft dengan harapan untuk akhirnya mampu mematahkan apa yang mereka sebut sebagai “kutukan” bagi film yang diadaptasi dari video game. Hasilnya? Kutukan itu masih berlanjut. Warcraft: The Beginning adalah sebuah perang yang ompong. 

Dipimpin oleh Gul'dan (Daniel Wu) serta warchief Blackhand (Clancy Brown) Orc menginvasi Azeroth dan tiba di Kerajaan Stormwind, kerajaan yang hidup dalam damai namun selalu siaga di bawah komando Sir Anduin Lothar (Travis Fimmel). Meskipun begitu salah satu tentara Orc, Durotan (Toby Kebbell), tidak suka dengan cara sukunya yang ia rasa tidak manusiawi. Raja Stormwind, King Llane Wrynn (Dominic Cooper) memutuskan untuk meminta bantuan kepada penyihir yang melindungi Stromwind, Medivh (Ben Foster), untuk menghentikan serangan dari Orc. Namun terdapat rencana lain ke arah pengkhianatan di dalam peperangan itu. 



Apakah untuk dapat menikmati film ini sepenuhnya harus sudah pernah memainkan game Warcraft? Ya, mungkin, dari karakter hingga setting penonton yang pernah memainkan game Warcraft mungkin akan memperoleh sensasi yang jauh berbeda, oleh karena itu di awal tadi saya mengatakan ini merupakan film yang memang dirancang khusus untuk memuaskan gamer yang pernah bermain Warcraft. So, mari kita lihat Warcraft dalam bentuk sebuah film dari sudut pandang non-gamer. Hasilnya? Dull, and boring. No, bukan visual yang tampil kusam tapi cara film ini bercerita yang terasa sangat kusam. Memang sinopsis yang sederhana dengan konsep serang dan bertahan itu berhasil memberikan penonton plot yang baik secara structural, hubungan sebab dan akibat juga tidak buruk, tapi sejak awal hingga akhir sulit untuk merasa terpesona dengan cerita dan tentu saja karakter.



Sumber utama rasa lelah saya dari film ini bukan dari berbagai tik-tok berisikan pengenalan banyak karakter yang tentu saja tidak saya kenal, banyak subplot yang cukup oke dalam mengembangkan masalah utama, atau dari CGI yang juga tidak bisa dikatakan buruk, beberapa dari mereka tampil impresif. Pesona, ya pesona, lelah karena berusaha keras untuk merasa terlibat dalam cerita namun tidak bisa, banyak karakter dan banyak plot yang terasa sulit untuk peduli pada mereka semua. Sama seperti sinematografi yang kerap tampak canggung cara film ini bercerita juga terasa canggung. Warcraft mencoba mengajak penonton menyaksikan sebuah dunia fantasi penuh mitologi yang berusaha keras menghadirkan rasa Game of Thrones kedalam cerita, tapi dengan narasi yang bingung, gerak mondar-mandir tidak merata yang lamban, potensi peperangan di dunia fantasi yang ia ciptakan tidak pernah berkembang dengan maksimal.



Tidak heran dengan segala hingar-bingar yang ia sajikan film ini terasa begitu sepi, tidak mampu tampil menarik dan membuat penonton terlibat, mengeksplorasi, dan bersenang-senang bersama karakter. Perang antara Orc dan manusia, seharusnya dari situ muncul kesan berbahaya di dalam cerita. Warcraft: The Beginning tidak punya itu, ia tidak mampu meyakinkan penonton bahwa manusia akan hancur jika Orc menang sehingga taruhan utama dari cerita terasa rendah, serangan Orc tidak pernah terasa mengancam. Itu aneh karena sejak awal cerita selalu setia dengan nada gelap dan serius, sulit untuk menemukan humor atau lelucon skala kecil sekalipun di dalam film ini, lalu mengapa ketika ia tampil konsisten dengan nada yang serius pertunjukkan perang yang ia tampilkan justru terasa biasa-biasa saja, eksekusi yang tidak punya daya pukul menarik, beberapa menimbulkan kesan klise mengganggu, bahkan ada yang perlahan jadi terasa basi.



Warcraft: The Beginning adalah film fantasi yang melelahkan. Mereka yang tidak mengenal karakter dan cerita sejak awal dituntut harus menggunakan konsentrasi yang lebih ekstra, tapi sayangnya dengan karakter satu dimensi dengan pesona yang tipis dan pengembangan yang kurang menarik sama seperti yang dialami oleh cerita, sulit untuk merasa terlibat di dalam peperangan ini. Sebuah film peperangan yang ompong, miskin pesona namun mampu menghadirkan visual yang impresif, begitulah Warcraft: The Beginning. Fans mungkin akan suka. Non-fan? Segmented.






0 komentar :

Post a Comment