31 March 2016

Review: Neerja (2016)


Berbicara tentang film biografi banyak di antara mereka yang sukses atau sekedar mampu menceritakan kembali kehidupan atau peristiwa yang dialami oleh seseorang dengan baik, namun sesungguhnya tugas film biografi bukan hanya itu. Harus atau wajib meninggalkan makna yang menarik dari peristiwa yang dialami oleh tokoh yang ia gambarkan merupakan tugas lain dari film biografi, bagaimana dengan cara yang se-realistis mungkin membuat penonton mengerti pada sebab dan akibat dari peristiwa yang tokoh tersebut alami namun juga merasakan arti dari perjuangan yang ia jalani atau lakukan. Neerja berhasil melakukan itu, sebuah biografi yang berhasil mencampur drama dan thriller menjadi sajian yang dingin dan hangat.

Meskipun ditentang oleh ibunya Rama Bhanot (Shabana Azmi), wanita berusia 22 tahun bernama Neerja Bhanot (Sonam Kapoor) tetap teguh pada pilihannya untuk menjadi seorang pramugari. Pada tanggal 5 September 1986 mantan model yang memiliki kisah cinta kelam di masa lalu itu bertugas pada penerbangan Pan Am Flight 73 yang membawa 361 orang penumpang. Celakanya ketika mendarat di Karachi, Pakistan, empat orang teroris asal Palestina dari organisasi Abu Nidal masuk ke dalam pesawat dengan membawa senjata. 



Neerja merupakan yang cerdik dalam mempermainkan materi yang ia miliki, menaruh elemen thriller di posisi utama namun dengan manis menempatkan pula drama di sampingnya. Upaya tersebut memang bukan sesuatu yang baru dan sutradara Ram Madhvani serta penulis script Saiwyn Quadras juga memberikan eksekusi yang dapat dikatakan tidak membawa film drama thriller masuk ke level yang berbeda, level yang belum pernah kamu saksikan sebelumnya. Tapi ada satu hal yang kecil namun memberikan dampak krusial sehingga Neerja sejak awal hingga berakhir berhasil memberikan sebuah pengalaman yang membekas di memori: emosi. Ya, Neerja merupakan sebuah petualangan emosi dalam ruang sempit yang menyenangkan, terasa dingin karena konflik utama yang menegangkan namun di sisi lain juga berhasil memancarkan kehangatan yang datang dari berbagai arah.



Kisah tentang pembajakan pesawat Pan Am Flight 73 di tahun 1986 itu sebenarnya sudah cukup untuk membuat pembaca yang pada awalnya tidak mengenal sosok Neerja Bhanot secara instan kemudian berubah mengagumi keberanian wanita muda tersebut. Dan film ini berhasil mempertebal rasa kagum tadi. Keunggulan utama film ini adalah Ram Madhvani langsung menempatkan karakter Neerja di titik pusat dengan kuat, berbagai masalah dibebankan kepadanya dengan fokus utama pada orangtua yang tidak setuju pada keputusannya menjadi pramugari meskipun faktanya itu membantu usaha Neerja untuk lepas dari masa lalunya yang kelam. Kita sebagai penonton dengan mudah mengerti dan merasakan apa yang sedang Neerja hadapi, seperti ada beban hidup yang berat di balik senyum yang ia tampilkan.



Dan ketika itu semua telah terbangun, dari rasa sayang kepada orang tua hingga keinginan untuk tumbuh menjadi sosok yang lebih baik, boom, sebuah bencana datang menghampiri Neerja Bhanot. Itu yang membuat film ini bersinar, pertama ia membuat kamu menaruh simpati dan empati pada karakter utama, rooting dan tenggelam pada usahanya, ingin agar Neerja menemukan kebahagiaan, namun setelah itu semua terbentuk kita dihadapkan pada sebuah tembok besar yang sulit untuk diruntuhkan. Pendekatan yang realis pada langkah-langkah tadi membuat Neerja memiliki sebuah manipulasi emosi yang menyenangkan, alur yang bergerak mondar-mandir cepat kemudian ditemani dengan sesekali menghadirkan kilas balik, mereka sukses memaku penonton pada kemungkinan terburuk namun secara padat terus mendorong usaha berani Neerja dalam menghadapi kesulitan.



Bukan berarti Neerja tidak memiliki kelemahan, itu hadir di bagian akhir meskipun tidak bersifat merusak. Hal tersebut terjadi karena perjuangan Neerja untuk menyelamatkan penumpang pesawat sejak awal pembajakan telah berhasil membuat penonton seolah menjadi salah satu dari penumpang tadi. Penonton bersama rasa tegang dan waspada terus menanti kemungkinan “meledaknya” emosi dari teroris, score terus mempertahakan nuansa dan cinematography berhasil menampilkan kecemasan yang secara perlahan meningkat. Posisi di mana kamu dibuat menanti menyebabkan aksi yang dilakukan oleh Neerja terasa begitu mendebarkan dan perlahan kamu akan terpesona dengan tindakannya, tapi pencapaian tersebut juga berkat kemampuan para teroris dalam menciptakan image yang mudah untuk dibenci sehingga dramatisasi tidak terasa canggung.



Bukan hanya kemampuan Ram Madhvani dalam membentuk materi saja yang menjadi kunci sukses film ini dalam mempermainkan emosi penonton bersama thrill yang menyenangkan, kesuksesan tersebut juga berkat kinerja cast yang memikat. Empat pria yang berperan sebagai teroris berhasil menebar ancaman yang menenggelamkan penonton dalam rasa waspada dengan Jim Sarbh yang berperan sebagai Khalil menjadi sosok yang paling berhasil mencuri perhatian. Shabana Azmi yang berperan sebagai ibunya Neerja juga tampil oke terutama pada pidatonya di bagian akhir yang begitu menyayat hati. Bintang utamanya tentu saja Sonam Kapoor, dari kemampuan meyakinkan penonton bahwa ia adalah Neerja, kemudian menarik simpati dan empati pada permasalahan yang Neerja hadapi sebelumnya, hingga menggabungkan sikap heroik bersama emosi dan ekspresi dengan sinkronisasi yang memikat.

Dari sinopsis Neerja pada awalnya tampak seperti sebuah biografi yang hanya mencoba menceritakan kembali tragedi yang menimpa Neerja Bhanot di dalam pesawat Pan Am namun hasil akhir yang film ini berikan lebih dari itu. Neerja berhasil membuat penonton berinvestasi pada karakter utama lengkap dengan masalah yang ia hadapi sehingga penonton seperti memiliki koneksi emosi dengan Neerja, menghadirkan drama dan thriller sebagai pusat untuk mencengkeram dan mempermainkan emosi penonton secara bersamaan. Bagian penutup memang kuran kuat namun tidak merusak upaya Neerja untuk bukan sekedar menjadi sebuah penghormatan yang manis bagi sikap berani yang ditunjukkan oleh Neerja Bhanot namun juga menjadi sebuah perayaan pada kemenangan yang dihasilkan oleh rasa yakin dan semangat (termasuk semangat kemanusiaan) ketika berhadapan dengan masalah besar yang tampak sulit untuk dikalahkan.



















Cowritten with rory pinem

0 komentar :

Post a Comment