03 February 2016

Review: Dirty Grandpa (2016)


"Party 'till you're pregnant!"

Jika para aktor dan aktris yang telah berlaga di berbagai penghargaan film, bahkan mereka yang telah berhasil memenangkan posisi tertinggi diberikan pertanyaan apa yang mereka cari dari pekerjaan sebagai aktor dan aktris, maka akan lebih mudah menemukan mereka yang menjawab uang sebagai pilihan utama. Jennifer Lawrence telah menggenggam Oscars namun meraih uang dengan di The Hunger Games serta X-Men, bahkan Leonardo DiCaprio yang mungkin soon-to-be Oscars winner mengatakan “I don’t rule out anything” untuk role di film superhero. Strategi dalam memilih film merupakan sesuatu yang sangat krusial, sayangnya Robert DeNiro kurang tepat dalam mengatur strategi dan memilih tampil di film ini, an autopilot disaster.

Baru kemarin istrinya meninggal dunia, pria bernama Dick (Robert DeNiro) kini berniat untuk kembali merasakan kebebasan setelah 40 tahun menikah. Tujuan Dick sederhana, ia ingin bersenang-senang untuk melampiaskan “hasrat” miliknya yang masih besar. Dick meminta cucunya Jason (Zac Efron) untuk bertamasya bersama ke Florida untuk mewujudkan keinginannya tadi. Dua pria ini merupakan kakek dan cucu yang sangat akrab, namun ketika menyadari rencana kakeknya tersebut Jason yang sedang mempersiapkan diri untuk acara pernikahannya dengan Meredith Goldstein (Julianne Hough) itu mencoba untuk membawa sang kakek keluar dari bencana. 



Dari judulnya saja penonton memang wajib membentuk ekspektasi mereka terhadap Dirty Grandpa, kisah tentang seorang kakek nakal yang siap melakukan hal-hal liar bahkan menjijikkan. Setelah membaca sinopsis saya sudah memasang ekspektasi itu di level yang menurut saya merupakan standar film dengan tipikal seperti Dirty Grandpa ini, namun betapa kagetnya saya ketika mendapati apa yang film ini berikan ternyata jauh lebih menjijikkan dari apa yang saya harapkan. Dirty Grandpa punya Dan Mazer sebagai sutradara, John M. Philips juga diberikan kredit sebagai penulis naskah, tapi sejak awal hingga akhir film ini lebih terasa seperti sebuah komedi yang mencoba melucu dengan materi nakal tapi dalam gerak yang autopilot.



Niat dari Dick memang jelas tapi apa yang ia lakukan setelah itu sangat tidak jelas. Dari show-off sana-sini, ketemu wanita lalu horny, Dirty Grandpa sepertinya tidak mau tahu bahwa meskipun memang sangat tipis tapi tetap terdapat batasan antara komedi “nakal” yang sopan dan komedi “nakal” yang ofensif. Film ini terus menerus mencoba melakukan yang nomor dua, dari homophobic, rasis, seksis, sindiran yang menjijikkan, dari penis hingga vagina, hingga penggunaan N-word dan F-bomb yang seolah berniat bersaing dengan film Tarantino. Apresiasi dari sektor cerita hanya layak diberikan pada usahanya untuk tampil lucu, selebihnya adalah kumpulan hal-hal menjengkelkan dari sebuah komedi, dan semakin runyam karena itu datang dari Zac Efron dan Robert DeNiro.



Harus diakui chemistry antara Zac Efron dan Robert DeNiro terasa baik, namun cerita yang seperti tidak direncanakan dengan matang tadi menyebabkan tik-tok di antara mereka lebih sering lesu ketimbang membuat penonton tersenyum. Zac Efron dan Robert DeNiro sudah mencoba memberikan kinerja terbaik mereka terutama DeNiro yang tampak mencoba begitu keras untuk berinvestasi pada karakternya, namun sutradara dan penulis naskah tidak menjalankan tugas mereka dengan penuh tanggung jawab dan rasa hormat kepada aktor sekelas DeNiro. Dialog begitu kacau dan berantakan, seperti tidak punya jiwa untuk tampil lucu, cukup sering di antara mereka terasa seperti improvisasi bukan materi yang telah direncanakan dengan baik.



Jika harus menggunakan kalimat yang tembak langsung, Dirty Grandpa adalah film komedi yang asal jadi. Sangat bertumpu pada dua pemeran utamanya sutradara dan penulis naskah seperti tidak mau ambil pusing pada tugas mereka untuk menyokong cast dengan materi yang mumpuni. Gunakan materi paling standar dan tampilkan mereka dengan cara yang paling dangkal, begitulah Dirty Grandpa sejak awal hingga akhir, sebuah komedi yang gagal. Poor Robert DeNiro, tapi setidaknya untuk penonton wanita kamu punya Zac Efron, dan untuk penonton pria keep your eyes on Zoey Deutch, she’s a beauty. Segmented. 








2 comments :

  1. Film ini kan bakal tayang di Indonesia, kira-kira bakal disensor berapa banyak ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo Rajib. Dari informasi lulus sensor lsf film ini akan disensor sebanyak dua menit dari durasi awal. :)

      Delete