10 January 2016

Top 12 Films of 2015


It was a wild and weird year!! Edisi tahun lalu pada periode yang sama di awal tahun ini saya sudah memiliki tiga film untuk saya pertimbangkan menjadi yang terbaik. Edisi tahun ini? Jumlahnya tiga kali lipat! Kondisi tersebut bukan berarti menandakan bahwa pada tahun 2015 yang lalu tidak ada film yang benar-benar istimewa jika dibandingkan dengan film lain karena yang terjadi justru sebaliknya, karena tahun 2015 menghasilkan banyak film yang berada di level mengagumkan, semua punya peluang sama besar, semua bisa saling mengalahkan! Yeah, it’s fun, but still, weird. So, berikut adalah 12 film terbaik tahun 2015.

Dengan kehadiran Laurawidy ke dalam tim maka sistem yang saya dan riringina terapkan tahun lalu tidak kami gunakan kembali tahun ini. Sistem untuk edisi tahun 2015 sangat sederhana, masing-masing dari kami memasukkan nama-nama film yang menurut kami terbaik di tahun lalu, setelah itu kami melakukan voting dengan masing-masing memilih 15 film terbaik dari 30 buah film di list final dengan menggunakan sistem poin lalu kemudian mengambil 12 film di posisi teratas. 

Aturan yang diterapkan masih sama di mana film yang dapat masuk ke dalam top 12 merupakan film yang saya maupun kontributor tonton dari tanggal 1 Januari hingga 31 Desember, merupakan film dengan batas tahun rilis -3 dari tahun ini (untuk tahun ini berarti 2013), dan film yang tidak muncul di daftar terbaik edisi sebelumnya. Silahkan klik judul, gambar, atau poster pada masing-masing film untuk membaca review lengkap. So without further ado, this is it, Top 12 Films of 2015.



(in alphabetical order)






The Big Short seperti kumpulan berbagai ledakan dalam bentuk besar dan kecil yang terus membuat penonton merasa rugi untuk memalingkan atensi dari cerita dan juga karakter, seolah mempersilahkan cerita untuk tampil lepas dengan kesan liar namun tetap tampil terkendali dan cerdik pula membawanya bergerak lebih dalam. Ketika konflik perlahan mulai kompleks The Big Short tidak pernah membuat penonton merasa terjebak dalam kerumitan, masalah di industri perbankan ada di panggung utama tapi di sisi lain juga mencoba menjadi sebuah satir bagi kehidupan. Dengan bergerak cepat mondar-mandir, berisikan kemarahan yang ditampilkan dengan cara yang serius dan santai, The Big Short adalah komedi politik yang padat dan menghibur.





Bridge of Spies merupakan satu dari sedikit film di tahun 2015 yang mampu menciptakan impresi begitu kuat di berbagai elemen yang ia miliki, dari akting yang menghidupkan karakter dengan sangat baik, kualitas script dalam menciptakan liku-liku tanpa kewalahan ketika mencoba sedikit lucu, sinematografi yang cantik, score yang sukses menjaga thrill, tatanan produksi, dan tentu saja kinerja sutradara dalam mengendalikan itu semua. Bridge of Spies bukan merupakan film spy penuh ledakan besar, ia film spy yang renyah namun tetap mampu menciptakan output yang sangat kuat dan dalam hal ini terkait isu moral hingga sikap pantang menyerah. Film terbaik Steven Spielberg setelah Schindler's List, Bridge of Spies adalah top-notch drama thriller yang "nakal" dan sopan, a triumph of filmmaking. 




Sebuah romance yang membuat penontonnya ingin tenggelam lebih jauh di dalam cinta, tampil seperti pertarungan dua sisi di mana tidak ada si jahat yang eksis di sana sehingga sulit mengambil keputusan karena dua sisi itu dipersenjatai dengan emosi yang cantik. Dilema itu yang digunakan dengan cerdas oleh John Crowley, dari kisah coming-of-age dibumbui asmara klasik dan dibakar dengan komposisi yang sangat oke hingga menggunakan hal sederhana seperti ekspresi karakter dalam menampilkan kekuatan yang dimiliki oleh cinta, Brooklyn berhasil menghadirkan kembali sebuah kisah cinta klasik dalam presentasi yang terasa special. In terms of romance this one not only a top-notch, it’s a killer!




Berawal dari kesulitan cinta antara dua wanita di tahun 1950an, Carol berakhir sebagai sebuah kisah cinta dengan komposisi dasar yang sangat klasik namun tampil menawan karena dikemas dengan elegant, membuat hal yang tampak sederhana menjadi cantik. Carol sebuah romance yang solid, menggunakan isu LGBT untuk memberikan sebuah kisah cinta yang cerdas, dikendalikan dan dirakit dengan sangat baik oleh Todd Haynes dan dibantu penampilan cast yang oke terutama dua pemeran utamanya. Sejak awal hingga akhir Carol seperti malu-malu kucing dalam mengumbar gairah yang efektif ia tebar namun kuat dalam mencengkeram penonton sehingga tidak pernah jatuh menjadi melodrama yang berlebihan dan tumbuh menjadi sebuah kisah cinta yang mengagumkan. Romance with orchestra.




Ide yang dimiliki untuk menginspirasi tentang kehidupan dengan menggunakan emosi dan imajinasi berhasil ditenun menjadi sebuah petualangan penuh mondar-mandir indah dengan keseimbangan yang mengagumkan di semua bagian, dari drama dengan cerita yang indah dan efek kumulatif pada emosi yang cantik, komedi yang indah penuh momen lucu, visual yang cantik dipenuhi dengan karakter yang menarik, Inside Out merupakan sebuah pengalaman emosi yang: kreatif, cerdas, imajinatif, tulus, lucu, dan tentu saja, menyenangkan. An elegant magic!




Sebuah karya yang visioner dari sutradara Justin Kurzel, modernisasi yang tetap menghormati pondasi plot tradisional, menaruh fokus pada drama yang ekstrim dan brutal, sebuah masalah dengan dampak menghancurkan, menyaksikan karakter terus bertarung dengan emosi serta tekanan psikologis yang menakutkan. Visual yang cantik, score yang manis, serta kinerja akting yang sangat kuat, Macbeth berhasil menjadi sebuah kebrutalan yang lezat, sebuah tragedi berdarah yang indah.



Mad Max: Fury Road


Mad Max: Fury Road merupakan film action dengan basis sederhana yang mampu bersenang-senang dengan sepenuhnya bertumpu pada parade aksi kejar gerak cepat yang ditemani acting, sinematografi, score, CGI, koreografi, dan editing yang menghipnotis lalu meninggalkan impresi aneh bagi penonton, bagaimana bisa semua terasa megah dengan basis yang sederhana. Mad Max: Fury Road adalah sebuah perayaan penuh totalitas dan percaya diri yang tinggi dari seorang George Miller, panas, dingin, lucu, menegangkan, seperti mobil balap Formula One dalam sebuah balapan yang meniadakan pit stop namun dikemudikan oleh pembalap yang ahli dalam mengatur lari kendaraannya, seperti sebuah film action yang dilukis oleh Pablo Picasso.




Me and Earl and the Dying Girl merupakan sebuah prestasi sinematik yang cantik, membawa penonton menyaksikan kisah coming-of-age berisikan persahabatan di mana tiga remaja saling menyembuhkan satu sama lain. Tidak hanya menarik tapi cerita dan karakter begitu mudah untuk dicintai, dengan nada yang ringan dan ritme yang tepat menjadi sebuah petualangan visual dan emosi yang menggambarkan “kehidupan” sebagai sebuah renungan yang serius tanpa mencoba terlihat dan terasa terlalu serius dan kaku. Hasilnya, energi yang konsisten sejak awal hingga akhir menjadikan finale terasa begitu menyayat hati. An "authentic" emotion journey.




Mustang menyampaikan pesan tentang perbedaan dan perubahan dengan cara yang energik dan menyenangkan, dari moral, agama, hingga budaya semua dikemas dengan lembut namun tajam. Mustang berteriak tentang sistem yang kurang tepat tapi tidak dengan cara yang arogan melainkan membuka mata batin penonton dan mengarahkan mereka pada fakta bahwa idealisme dan sistem patriarki lengkap dengan berbagai doktrin itu merupakan sesuatu yang berbahaya jika tidak diimplementasikan dengan tepat. Bercerita tentang coming-of-age dari remaja yang dipaksa menjadi dewasa lewat potret yang lembut, natural, halus, lucu, menegangkan, nakal namun sensitif, Mustang is one of the most powerful films I've ever seen!




Son of Saul merupakan sebuah drama Holocaust yang melepas horror mencengkeram penonton lewat visual dan mendampinginya dengan narasi dan emosi yang berbobot. Rasa sesak sangat konsisten, sisi kasar dari konflik benar-benar ditampilkan dengan kasar, menyaksikan Saul masuk ke dalam putus asa lalu mendorong isu kemanusiaan dan paradoks moral dengan framing yang intim. Son of Saul adalah film penting yang mengerikan, melelahkan, dan mengasyikkan secara bersamaan, menampilkan keindahan dan kejahatan yang eksis di dunia ini dengan melakukan provokasi mengandalkan empati dan emosi.




Spotlight merupakan sebuah drama yang tahu apa yang ingin ia sampaikan dan tahu cara menyampaikan isu dengan sikap hormat dalam eksekusi tanpa mengorbankan kebebasan dalam berekspresi. Topik utama yang sesungguhnya sangat sensitif terbangun tanpa meninggalkan kesan "perang" yang mengganggu, memainkan air dan api di dalam cerita menjadi proses investigasi dalam bentuk sebuah “kekacauan” yang licik namun sopan, langsung disorot ke titik fokus, langsung ke spotlight, mencengkeram dan menempatkan penonton pada lingkup luas dari isu, lalu stay there, stay there, and stay there. First-class drama.




Ibarat sedang melakukan perjalanan jarak jauh, Steve Jobs tidak memberikan rest area buat penonton yang dipaksa untuk berjalan non-stop menjalani trek yang sulit. Namun itu tidak melelahkan karena sensasi yang diberikan cerita dan karakter sangat stabil dalam menarik perhatian, punya pesona dan dimensi dipenuhi dialog witty yang mengasyikkan dalam arena perang yang sempit itu. Sebagai sebuah drama dengan isu kapitalisme, penderitaan, dan perjuangan, Steve Jobs sukses menjadi sebuah biografi yang terasa segar dengan menggunakan keganasan Shakespeare dalam gerak cepat yang terkendali. An exciting orchestra.








Honorable Mentions:

         


         

          






0 komentar :

Post a Comment