22 April 2015

Review: Avengers: Age of Ultron [2015]


"Isn't that the why we fight? So we can end the fight and go home?"

Perjuangan yang sedang dilakukan oleh Marvel sebenarnya bukan cuma pada usaha untuk memperluas cinematic universe milik mereka yang tahun ini resmi mengakhiri fase keduanya, tapi disisi lain Marvel juga terus berusaha mempertahankan standard yang telah mereka raih untuk kemudian naik ke level selanjutnya. Usaha tersebut yang terasa menarik karena ciri khas sebagai fun superhero yang telah lekat dengan mereka justru menjadikan film-film rilisan Marvel perlahan terasa serupa tapi tak sama. Avengers: Age of Ultron seperti sebuah déjà vu yang celakanya masih mampu berdiri tegak karena diramu dengan cermat.

Tony Stark (Robert Downey Jr) masih belum lepas dari sikap ambisius miliknya, dan kali ini sang Iron Man mencoba untuk menciptakan sebuah program yang lebih besar dan lebih kuat dari Jarvis. Celakanya proyek yang menggunakan tongkat milik Loki itu hanya ia lakukan bersama Hulk (Mark Ruffalo), sehingga ketika sedang santai seusai pesta Captain America (Chris Evans), Thor (Chris Hemsworth), Black Widow (Scarlett Johansson), Hawkeye (Jeremy Renner) dan anggota tim lainnya sangat terkejut ketika sosok misterius hasil proyek tadi bernama Ultron (James Spader) menghampiri mereka dan mengatakan siap untuk melindungi kedamaian dunia namun cara pertama yang ingin ia lakukan adalah dengan memusnahkan The Avengers. 



Hal yang paling mengejutkan dari Avengers: Age of Ultron adalah sepintas ia masih akan membuat kamu menilainya sebagai aksi berkumpulnya superhero untuk menyelamatkan dunia dengan cara yang serius tapi santai, tapi ternyata dibalik itu Joss Whedon sejak sinopsis saja menjejali Age of Ultron dengan materi-materi yang terbilang rumit dan bukan tidak mungkin akan membuat beberapa diantara kamu terkejut ketika mereka hadir. Dan semakin seru ketika hal berbeda yang mencoba menjadikan cerita dan karakter terasa lebih gelap itu tampil dengan cara yang berani. Masih dipenuhi dengan lelucon kecil dalam jumlah besar yang oke tapi alur cerita sendiri terasa sangat jauh lebih liar jika dibandingkan dengan The Avengers tiga tahun lalu, dan disitu pula alasan mengapa Avengers: Age of Ultron tidak berhasil duduk sejajar dengan kakaknya tersebut.



The Avengers itu ibarat pesta buat saya, menyaksikan superhero berkumpul jadi satu lalu menjalankan sebuah misi yang simple jika menilik kekuatan yang mereka miliki. Tujuan utamanya sederhana lalu fokusnya juga jelas, disamping itu kita menemukan interaksi antar karakter yang belum begitu matang sehingga kejutan-kejutan kecil terasa sangat mengasyikkan. Hal itu sepertinya diantisipasi oleh Joss Whedon disini sehingga ia mencoba sedikit memutar arah untuk memberikan kita cerita yang lebih dalam bukan hanya satu atau dua tapi bagi mayoritas anggota utama The Avengers dan itu tanpa mengurangi kenikmatan dari jualan utama lain yang dinantikan oleh penonton, sajian visual yang menarik dipenuhi denga action sequence yang oke (hello, Transformers!). Masalahnya disini adalah usaha Joss Whedon tadi tidak pernah berdiri kokoh ketika Avengers: Age of Ultron berakhir.



Jadi tidak perlu heran jika kamu akan merasa anti-klimaks ketika Iron Man, Thor, dan Captain America kembali berpisah dengan air mata gentlemen mereka, karena sejak awal taruhan “menyelamatkan dunia” yang mereka usung tidak pernah meraih titik tertinggi. Ini lebih terasa seperti latihan bagi The Avengers dan itu hadir dengan formula yang telah mereka pahami betul, lalu di tengah cerita diselingi dengan usaha menghadapi self evil yang digunakan dengan baik untuk memberikan kamu beberapa kejutan menarik dari beberapa karakter. Isu-isu tentang mankind yang di usung memang terhitung oke walaupun lagi-lagi tidak pernah menciptakan hit yang tinggi untuk membuat penonton menelisik sedikit lebih dalam. Disini Joss Whedon seperti testing the water, ia mencoba membuat tone cerita lebih serius tapi tidak pernah mempermainkan penonton terlalu lama dibagian tersebut, beberapa akan merasa itu pilihan yang tepat tapi tidak sedikit pula yang akan merasa kesal karena tone yang sedikit lebih gelap itu punya potensi untuk menjadi sebuah kejutan yang manis.



Kamu pasti akan pulang dengan senyuman puas (begitupula saya) tapi jangan kaget jika senyuman tadi juga ditemani dengan sedikit rasa hampa. Jika tiga tahun lalu ketika Iron Man sukses melakukan penyelamatan menegangkan kita akan bertepuk tangan penuh gembira, disini ketika Captain America menyapa The Avengers kita akan bertepuk tangan karena mereka berhasil menjalankan tugasnya. Visual efek yang sangat memukau, kinerja akting juga oke terlebih dengan tik-tok pada bagian lelucon, beberapa gambar cantik yang mampu membuat kamu bergumam wow, semuanya digerakkan dengan cepat, tapi ada rasa hampa ketika ia berakhir, karena meskipun berhasil menciptakan pondasi bagi masa depan waralaba mereka Avengers: Age of Ultron secara mengejutkan tidak memberikan kejutan yang mengejutkan.







12 comments :

  1. Welcome dear!!! Semoga betah ya. Don't be afraid, no matter what there will be haters, just keep expressing and enjoy! :) #supporter #bighug

    ReplyDelete
  2. Yes it is...
    Secara action film kedua menyuguhkan lebih banyak aksi dari yang pertama
    Tapi karena semua terlalu cepat, kenikmatannya malah berkurang :)
    But still i can't resist black widow flirts hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sun's getting real low, it's time to lullaby. Lucky Hulk. :)

      Delete
  3. Diluar ekpektasi. Terasa hambar. kalo boleh saya bandingkan dengan x-man day future past masih lebih oke. x-man punya pertarungan yang lebih mencekam, hadirnya musuh yang mustahil dihancurkan dengan waktu sebagai bom waktunya terasa jauh berbeda dengan avenger yang menggunakan ultron sebagai musuh utama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, greget pertarungannya sedikit kendor karena "drama". :)

      Delete
  4. Pada awalnya saya kira film ini akan sedikit kelam dan serius. Ternyata hanyalah sebuah film superhero yang menyuguhkan action standar dalam skala yang besar. Tidak ada momen yang intens, berjalan aman dengan komposisi lama yang diolah kembali. Meriah, porsi karakter sudah fokus dengan pembagian yang pas. Yap rorypnm tau persis apa yang kurang dari film ini, sebuah pesta meriah tanpa kejutan. Dengan segelas wine di tangan, tentu seharusnya ada harapan yang tak terduga di pesta ini? Good job rorypnm! You are my vision before watching some movie

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu sulit memang menaikkan level kesuksesan, apalagi jika pencapaiannya terdahulunya sudah tinggi. :)

      Delete
  5. Walaupun banyak yg bilang film ini jauh dari ekspetasi bahkan banyak yg dibuat tidak terkejut krn apa yg memukau dari film ini sudah disuguhkan lewat taburan trailer & TV spot yg melimpah, setidaknya satu yg membuat film ini (dan buah tangan Marvel yg lainnya) adalah sisi humanis dan benar-benar "superhero" yg menyelamatkan dunia. Seperti saat para Avengers menyelamatkan warga New York terlebih dahulu agar tidak ada korban pada Avengers pertama, disini mereka juga mengamankan warga Sokovia bahkan ketika mereka sudah melayang, dan ada yg benar-benar berkorban pula. Hal ini yg membuat saya semakin mencintai Marvel :)) Btw, nice review, tadi nggak sengaja nemu reviewnya waktu jalan-jalan di Google, hehe... ;)

    ReplyDelete