06 February 2015

Movie Review: Wild Card (2015)


"Never bet against a man with a killer hand."

Film ini merupakan sebuah kemasan yang sudah kontradiktif sejak dari materi yang ia miliki, sebuah film yang seolah memiliki banyak perbedaan didalam tubuhnya sehingga sampai ia mencapai titik akhir ia tidak pernah menjadi sebuah hiburan yang benar-benar solid. Terasa aneh, ia mencoba menjadi sebuah film crime dengan kegelapan yang sederhana, ia juga mencoba menjadi sebuah studi karakter dengan melemparkan sesuatu yang misterius, ia juga mencoba menjadi sebuah film action, dan celakanya semua itu ia taruh di pundak Jason Statham. Wild Card, a charmless action-crime-drama.

Nick Wild (Jason Statham) merupakan seorang pria yang bekerja sebagai bodyguard lepas di Las Vegas, ia tidak menerapkan sistem dimana ia menawarkan jasanya namun karena kepopuleran yang ia miliki orang-orang justru datang kepadanya. Saat itu Nick berada dalam kondisi dimana ia telah menyusun rencana untuk pension, ia bahkan terus menerus bertemu dengan imajinasi dimana ia sedang mengendarai sebuah perahu pribadi bersama udara segar dari lautan lepas. Rencana tersebut meyebabkan Nick berusaha untuk mendapatkan uang dalam nominal yang telah ia perhitungkan dengan matang. Menariknya adalah Nick mendapatkan jalan untuk meraih keinginannya tersebut. 

Tapi celakanya tidak mudah. Berawal dari sebuah peristiwa yang menimpa wanita dari masa lalunya, Holly (Dominik Garcia-Lorido), Nick harus berurusan dengan seorang pemimpin gangster bernama Danny DeMarco (Milo Ventimiglia), aksi balas dendam sederhana yang membuat Nick memperoleh sejumlah uang, yang celakanya ia pakai dalam cara yang berbeda untuk meraih mimpinya. Adalah pria bernama Cyrus Kinnick (Michael Angarano) yang seolah membuka jalan bagi Nick, pria nerd yang sebelumnya telah menyewa Nick untuk menjaganya ketika menjelajahi casino di Las Vegas.


Wild Card merupakan film yang terjebak dalam upaya besar yang ia susun dari awal, dan akhirnya tidak ada satupun dari banyak rasa yang ingin ia sampaikan kepada penontonnya berakhir dalam level yang manis. Sang sutradara Simon West seperti ingin menjadikan film ini sebuah petualangan sempit namun rumit, sedangkan naskah yang disusun langsung oleh penulis novel yang menjadi dasar utama cerita, William Goldman, sangat kental cita rasa yang jauh lebih sederhana. Ini yang akhirnya menghasilkan dua sisi yang berlawanan seperti yang saya sebutkan di awal tadi, yang satu ingin berlari ke barat sementara yang satu lagi ingin berlari menuju arah timur, dan akhirnya apa yang ia tampilkan menjadi sebuah kekacauan tenang yang memaksa penontonnya untuk meresapi apa yang terjadi. Ya, memaksa, bukan menyediakan ruang dengan beberapa clue implisit yang pada akhirnya akan memperkuat punch dari maksud dan tujuan yang ia simpan.

Mengapa begitu rumit? Ya, saya juga merasa aneh mengapa pada akhirnya Wild Card menimbulkan rasa tersebut karena pada dasarnya kita tahu mayoritas penonton datang untuk menyaksikan Jason Statham melakukan baku hantam. Hal tersebut memang hadir, dan harus di akui timing atau penempatan dari sequence dimana Statham mulai melancarkan kepiawaian miliknya dalam formula yang lagi lagi masih sama itu terasa pas, ketika hadir action tidak terasa kaku, tapi sayangnya elemen lain disekitarnya itu yang terasa mengganggu. Ada drama disini dengan polemik utama berasal dari internal karakter utama, rencana pensiun dan liburan yang terus menerus di dorong oleh Simon West untuk menjadi perhatian utama kita, namun celakanya justru menjadi faktor mengapa film ini perlahan mulai terasa melelahkan.


Mungkin niat utama Simon West ingin menyediakan media bagi Statham untuk kembali beraksi seperti di Hummingbird, menjadi karakter yang tidak hanya fokus pada baku hantam tapi juga diberikan sebuah masalah internal yang kompleks. Nah, masalahnya Wild Card sejak awal tidak dibekali masalah yang bukan hanya menarik tapi juga juga tidak mampu untuk menjaga fokus untuk terus terasa kuat. Mudah sekali menilai ini ingin menjadi sebuah studi karakter dari bagaimana West terus menyelipkan imajinasi Nick tentang liburannya yang idamkan itu, tapi berbagai plot yang ia miliki seperti tidak berjalan bersama-sama. Akhirnya semua seperti sebuah lingkaran episodic yang membawa Nick menuju berbagai arah untuk kemudian kembali ke titik awal, kita punya imajinasi liburan, kita punya Holly, kemudian DeMarco, aksi judi, hingga Cyrus Kinnick yang seperti sebuah gimmick untuk memperlambat plot dan mengulur waktu.

Ini mungkin akan menarik jika West dan Goldman bersedia untuk membuang salah satu bagian dari cerita selain action yang tentu saja menjadi jualan utamanya, sehingga tercipta sebuah narasi sederhana namun terus menerus membawa penonton berjalan dalam dinamika yang menyenangkan. Wild Card justru sebaliknya, sangat jauh berbeda dari judul yang ia usung ini terasa terlalu tenang, sangat tidak liar, tensi dan tempo yang terasa sangat monoton dalam menggambarkan urutan yang berisikan transaksi, adegan aksi, dan negosiasi. Liar dalam hal emosi? Meh, sejak awal hingga akhir Statham tidak dibekali dengan karakterisasi yang berbeda dengan karakter-karakter standard miliknya, ketika adegan action dengan slowmotion itu muncul ia menarik namun selain itu tidak ada pesona, mungkin hanya pada ekspresi ketika ia bermain kartu memang menarik, bahkan lebih menarik jika dibandingkan dengan apa yang ditampilkan oleh The Gambler.


Mungkin solusi lainnya dengan mencoba sedikit saja memperdalam masalah di tiap bagian jika sejak sinopsis awal ia ingin mencoba menjadi sebuah studi karakter, bukannya hanya sebatas melemparkan mereka dalam kondisi mentah dan melepas penonton untuk memasaknya sendiri tanpa petunjuk menjadi apa itu akan dibentuk. Atau cara termudah adalah menjadikan narasi tampak mudah, tidak mencoba menjadi kompleks yang akhirnya hanya membawa penonton masuk kedalam kekacauan yang suatu saat membawa mereka bergerak cepat tapi di momen lainnya membawa mereka berjalan  bersama plot yang seperti merangkak bersama dialog kusam yang membuat mereka tenggelam dalam kelelahan. Mungkin dua cara tersebut akan menjadikan Wild Card terasa lebih efektif, menjadikan penonton peduli dengan eksistensi Nick, menjadikan penonton menikmati cerita bersama fokus dan alur lebih menarik.


Overall, Wild Card adalah film yang kurang memuaskan. Tujuan utama yang ia bawa memang menarik dan seandainya ia dapat di eksekusi dengan bantuan script dan karakterisasi yang lebih baik lagi saya yakin film ini dapat membawa Jason Statham kedalam arah yang berbeda ketimbang arah monoton yang ia miliki sekarang, namun celakanya misi yang ia miliki tidak berakhir di level yang terasa mumpuni. Fokus yang lemah, narasi dengan tempo yang kurang liar cenderung monoton, dan meskipun timing atau penempatan adegan action terhitung oke Wild Card tidak mampu mengolah elemen lainnya untuk mempesona penontonnya. Charmless.









2 comments :

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Wild Card" ends in a kind of absurd way; which was totally unexpected.

    ReplyDelete