02 January 2015

Review: A Girl Walks Home Alone at Night (2014)


Film-film skala kecil seperti A Girl Walks Home Alone at Night ini kehadirannya selalu dinantikan setiap tahun oleh para penikmat film yang sudah mengerti skema standard dari siklus film setiap tahun, dari flop session di awal tahun, summer untuk blockbuster, dan menjelang akhir tahun dengan buzz awards season. Mereka memiliki tugas menjadi penyegar dibalik siklus yang predictable tadi dan dengan mencampur materi berani antara Iran dan vampire serta unsur horror, romance, serta thriller, film ini berhasil menjadi salah satu film skala kecil yang paling menyenangkan tahun lalu.

The Girl (Sheila Vand) merupakan seorang wanita pendiam yang tinggal di sebuah kota bernama Bad City, memakai jubahnya dan dengan percaya diri melangkah tanpa rasa takut di gelapnya jalanan malam hari yang mayoritas sepi tanpa tanda-tanda kehidupan. Uniknya The Girl sendiri bukan makhluk hidup biasa karena ia merupakan seorang vampire berperawakan cantik yang dengan tingkah santainya akan membuat orang-orang menilainya sebagai wanita kesepian tanpa motivasi dibalik modus sesunguhnya yang The Girl lakukan, berburu mangsa. 



Tampilan hitam dan putih yang ia hadirkan kepada mata kita tidak sama dengan apa yang Ana Lily Amirpour berikan untuk imajinasi kita, ia jauh lebih berwarna, terasa segar, sebuah drama tenang yang manis. Kesuksesan utama terletak pada kemampuan A Girl Walks Home Alone at Night untuk menjadi kombinasi antara substance dan style dengan manis, pusat utamanya yang sesungguhnya berisikan komentar atau kritik tapi di sisi lain ia punya bagian yang terasa ringan dan menjadi penyeimbang yang baik. Drama penuh misteri terjaga dengan pas di pusat tapi disekelilingnya kita memperoleh komedi yang tepat dalam hal penempatan, begitupula thrill dengan komposisi yang tepat dalam menemani karakter utama bermain-main dengan penonton mengandalkan ambiguitas yang tertata rapi.


A Girl Walks Home Alone at Night sebenarnya hanya memiliki vampire dan kegelapan disekitarnya tapi materi sederhana itu berhasil dijadikan menarik oleh Ana Lily Amirpour karena ia handal dalam mempermainkan ambiguitas yang ia miliki. Vampire predator yang seolah ingin melakukan pemberontakan, kesan penuh intimidasi menakutkan yang seolah menebar ancaman dalam ketenangan, ada kekerasan tapi di lain sisi ada kesan ganjil yang mengundang pertanyaan pada motif utama, rasa aneh yang terus digeser dengan halus bersama gambar mencolok yang kontras serta music pop bercampu electro. Dengan ketiadaan nama dari karakter utama semakin lengkap sudah kesan misterius dalam menemani hal-hal yang sebutkan tadi, manis dan menarik tapi dicampur dengan rasa penasaran serta waspada pada apa yang akan di lakukan oleh The Girl selanjutnya.


Keberhasilan nilai positif tadi untuk eksis juga tidak lepas dari penampilan Sheila Vand yang memikat. Alur yang tidak pernah terasa di kebut itu dimanfaatkan dengan baik oleh Sheila Vand untuk menggoda kita para penonton pada berbagai pertanyaan, dari siapa dia, apa yang ingin ia capai, apa yang akan ia lakukan selanjutnya. The Girl berhasil dijadikan oleh Sheila Vand sebagai sebuah karakter yang menghipnotis, dari kesan polos, sensual, hingga menakutkan, ia tampak sedang berkeliling melakukan penyamaran tapi kita juga dibuat oleh Ana Lily Amirpour seperti sedang melakukan hal yang sama, sedang berada di posisi yang tidak begitu jauh dari The Girl untuk memperhatikan apa yang sedang The Girl lakukan.



Dengan setting lembut dan dingin yang ia gunakan film ini juga sangat mudah untuk terasa dingin bagi mereka yang sejak awal tidak begitu klik dengan pesona dari karakter utama, tapi bagi mereka yang mampu klik ini akan menjadi sebuah petualangan menarik yang tidak akan berhenti membuat kamu waspada hingga akhir. Kesimpulan yang ia berikan mungkin tidak memukau tapi cara ia mempermainkan penonton yang berhasil menjadikan A Girl Walks Home Alone at Night terasa memikat, ambiguitas layaknya Only Lovers Left Alive yang dipermainkan dengan intrik yang baik, kadang terasa lembut tapi tidak jarang pula terasa menakutkan, sebuah sajian yang percaya diri dalam menggoda sehingga terasa segar dan memorable. Segmented.










2 comments :

  1. hai. gue pengen banget nontn film ini. lo nonton ini dimana? thaanks :)

    ReplyDelete