07 December 2014

Review: Leviathan (2014)


Sulit bahkan masih ragu untuk mengatakan ini sebagai pemenang versi saya di kategori Best Foreign Language pada Oscar tahun depan mengingat saingannya juga tidak kalah cantik, dari Two Days, One Night, kemudian Ida, lalu ada Force Majeure, serta film terbaru Xavier Dolan yang sangat kami antisipasi, tapi sebagai contender wakil dari Rusia ini merupakan salah satu pesaing terkuat. Alasannya? Leviathan (Leviafan) adalah sebuah drama satire yang cenderung provokatif dalam menyampaikan kritiknya bukan hanya lewat lapisan-lapisan yang padat dan tajam, tapi juga membuat penonton merasa hangat dan dingin secara bersamaan. Bold, bleak, brutal, and beautiful. 

Nikolay (Aleksei Serebryakov) masih menetap di tanah milik nenek moyangnya dahulu bersama istrinya yang kedua Lilya (Elena Lyadova), serta anaknya Roma (Sergey Pokhodaev), tapi suatu ketika kehidupan yang tentram milik mekanik di sebuah desa nelayan terpencil di bagian utara Rusia ini terusik. Masalah muncul dari Vadim (Roman Madyanov), walikota serakah yang selalu dimabuk obsesi pribadi. Vadim ingin agar tanah milik Kolya dapat menjadi bagian dari property pribadinya, namun upaya tersebut di tolak oleh Kolya, yang kemudian membuat Vadim bergerak lebih agresif dan menimbulkan masalah yang lebih besar. 



Selalu ada sesuatu istimewa yang tertinggal dari film seperti Leviathan ini, ya mungkin contoh terdekatnya seperti Force Majuere, film dengan ekspektasi awal akan memberikan kita cerita yang serius tapi kemudian justru membuat kejutan dengan betapa ringan dan mudahnya mereka untuk dinikmati. Disitu letak kesuksesan paling besar film ini, Andrey Zvyagintsev tidak hanya mampu membuat kita mempertanyakan sistem pemerintahan di negara Rusia yang terkenal “tertutup” itu dengan menggunakan contoh masalah yang sederhana, tapi dibalik sikap beraninya ia juga berhasil menciptakan pengamatan yang mampu membuat kita terjebak didalamnya. Tidak hanya sebatas kenal atau tahu dengan masalah utama lalu menunggu hasil akhir, disini penonton seperti menjadi bagian dari cerita, menyaksikan bagaimana dampak dari kekuasaan terhadap sistem di kehidupan sosial.



Posisi penonton yang seolah menjadi bagian dari masalah yang dihadapi Nikolay itu yang membuat isu-isu yang di miliki film ini terasa tajam. Imajinasi kita seperti dibiarkan bermain secara bebas oleh Andrey Zvyagintsev, ia memberikan kita masalah tapi disekitarnya seperti disediakan ruang besar untuk melakukan interpretasi sendiri pada masalah itu. Ketika berjalan bersama cerita kita hanya dituntun, tidak di ikat, jadi pertanyaan-pertanyaan seperti kebebasan, hokum, ekonomi, hingga korupsi yang dipenuhi sindiran itu seperti menantang kita untuk berpendapat, menantang imajinasi kita pada mana yang baik dan mana yang “baik”, manusia melawan raksasa, selalu di buat untuk tidak tergali terlalu dalam dan mungkin akan terkesan fokusnya kurang kuat, tapi ia tetap menghasilkan efek yang cukup mengguncang, dari keluarga, relationship, bahkan ada unsur agama disamping negara yang tentu saja menjadi fokus utamanya sejak awal.



Tapi bukan berarti ini adalah sebuah art-house yang super serius dan sangat berat, justru sebaliknya, isu serius itu dibuat ringan. Efektif mungkin kata paling tepat bagi film ini, ia punya rincian masalah yang ketika disuntikkan kedalam cerita akan mudah kita tangkap, kita punya kesempatan untuk mencerna mereka tapi tidak dibiarkan berlarut-larut didalamnya. Ya, ada irama yang menyenangkan disini, Andrey Zvyagintsev seperti tahu betul bermain dengan tempo, momen lambat tidak terasa menjengkelkan, tapi ketika dibuat tampil cepat ia tidak pernah lepas dari kerangka utama, bahkan uniknya perlahan intimitas kita juga semakin dalam terhadap karakter dan juga masalah, bukan hanya karena kemampuan Aleksei Serebryakov dan rekannya yang lain untuk menjadikan karakter menarik tapi Leviathan juga punya komedi atau humor yang terkesan absurd tapi selalu mampu menyuntikkan kegembiraan pada kisah yang serius itu.



Kombinasi antara serius dan santai ini yang membuat Leviathan terasa kuat, dan dikarenakan isunya yang lebih berani ia mungkin berada di posisi terdepan pada kategori Best Foreign Language. Eksekusi yang presisi menjadi kunci, di set untuk mengamati karakter tapi disamping itu juga hadir berbagai isu provokatif dalam komposisi yang tidak berlebihan, tajam dan tepat guna, dengan tekanan yang tidak pernah hilang dari gambar-gambar menarik miliknya kita akan merasakan kehangatan bahkan panasnya masalah yang berputar-putar didalam cerita, ekonomi, korupsi, bahkan moral, tapi imajinasi penonton tidak akan terasa monoton berkat kemampuan Andrey Zvyagintsev memadukan hal tadi dengan humor yang menyenangkan. Sebuah film yang pandai dalam bercerita.








Screened at Singapore International Film Festival 2014

0 komentar :

Post a Comment