23 November 2014

Review: Love Steaks (2013)


Film independent asal Jerman ini mungkin adalah salah satu pilihan tepat jika kamu mencari film tentang cinta dalam bentuk yang tidak begitu biasa. Materi yang ia gunakan memang tidak ada yang baru, tapi disini Jakob Lass berhasil menggunakan segala materi standard itu untuk menjadikan Love Steaks perjalanan cinta yang bukan hanya menyenangkan, tapi juga terasa segar, lucu, dipenuhi dengan aksi-aksi random seorang wanita bersama dengan Joaquin Phoenix doppelganger yang uniknya disamping mampu membuat dirinya tampak menarik tapi juga tidak begitu saja melupakan tema cinta yang ia bawa. Seperti judulnya, ini adalah daging steaks yang sedap untuk disantap.

Clemens (Franz Rogowski) adalah seorang pria canggung yang merupakan rekrutan baru sebagai tukang pijat di sebuah hotel mewah di tepi pantai, sedangkan Lara (Lana Cooper) adalah wanita berperawakan keras yang terkadang menjengkelkan, tingkah liarnya selalu memenuhi dapur tempat ia bekerja. Kisah cinta mereka tumbuh sejak insiden yang melibatkan alcohol yang menimpa Lara, tapi celakanya kepribadian mereka yang berbeda menghasilkan tabrakan pada kisah cinta mereka, kisah cinta yang tidak hanya baik tapi juga menjadi liar. 



Film yang menjadi salah satu nominasi film terbaik pada perhelatan German Film Academy Awards ini seperti cinta dalam sebuah kereta api yang bergerak cepat. Ketemu, lalu melakukan aksi gila, tapi rasa cinta diantara dua karakter utamanya tetap memberikan progress positif, tetap terbangun secara bertahap, kita yang awalnya menganggap mereka sebagai dua orang yang aneh malah lama-kelamaan jatuh hati pada aksi menunjukkan kasih sayang yang terkadang dapat dikatakan terasa brutal. Alasan utamanya adalah gerak cepat yang diberikan oleh Jakob Lass, jadi meskipun cerita pada dasarnya tidak menawarkan sesuatu yang special tapi cara ia bercerita membuat materi standard tadi terus menerus terasa menarik hingga akhir.



Love Steaks adalah tipe film dimana kamu akan menganggap remeh mereka diawal, kemudian merasa sesuatu yang aneh karena mereka sedikit demi sedikit membuat kamu menyukainya, lalu menangkap kamu, dan ketika ia berakhir kamu akan merasa ingin mengulanginya kembali. Dipenuhi hal-hal random, dari daging mentah, minyak wangi, Love Steaks sukses tampil menarik karena ia punya momentum yang aman sampai akhir, pukulan-pukulan yang ia berikan sanggup menjaga penonton untuk tetap berada di mode bergembira, tapi kisah cinta konvensional yang ia punya juga ditangani dengan tepat, terus menghadirkan pesona dari sistem cinta help and heal yang ia pakai, meskipun memang alur yang terasa berantakan menjadikan ia tidak mudah untuk klik dengan semua penonton.



Iya, kisahnya mainstream tapi cara penyampaiannya menurut saya tidak begitu mainstream. Cara Love Steaks bergerak serupa dengan Wetlands, sering tergelincir tapi energy yang ia punya luar biasa, tampak kacau tapi ada hal-hal menarik yang tersembunyi dibalik kekacauan itu, dan kunci utama yang mereka miliki juga sama, aktor yang memberikan penampilan memikat. Chemistry antara Franz Rogowski dan Lana Cooper sangat sangat mudah untuk dicintai. Ketika mereka tampil sendiri mereka menarik, tapi ketika bersama kombinasi mereka semakin menarik, Rogowski dengan nada yang halus, sedangkan Lana Cooper bertugas memberikan sengatan-sengatan menyenangkan, bersama-sama menjadikan masalah dan karakter mereka tampak menarik untuk di amati dan di ikuti.



Love Steaks adalah film yang santai tapi serius, ia terasa random bahkan berantakan ketika menyampaikan cerita hingga emosi karakternya, tapi anehnya semua yang ingin ia sampaikan digambarkan dengan baik, seperti bercerita tentang cinta dimana hubungan antara kita dan karakter layaknya sahabat yang sangat akrab, terasa natural, dan ketika ia berakhir kita mendapatkan sebuah point yang menarik, bahwa cinta itu tidak hanya indah, tapi juga dapat menyakitkan.










Screened at German Film Festival Singapore 2014

0 komentar :

Post a Comment