16 November 2014

Review: Before I Go To Sleep (2014)


"Don't. Trust. Anyone."

Sangat mudah untuk jatuh kedalam perangkap yang dibuat oleh sebuah film dengan misteri sebagai jualan utamanya, terlebih dengan kesan ambigu yang mereka ciptakan kita bukan hanya berperan sebagai penonton yang menunggu namun secara perlahan akan mencoba untuk ikut mencari tahu jawaban dari berbagai pertanyaan yang ia berikan. Tapi film tipe seperti selain mudah untuk mencuri atensi penontonnya juga sangat mudah untuk kehilangan atensi, kehilangan daya tarik. Penyakit itu dialami film ini, Before I Go To Sleep.

Christine Lucas (Nicole Kidman) kini harus terus merasakan luka dari sesuatu yang ia alami hampir satu dekade yang lalu dimana setiap kali ia terbangun wanita berusia 40 tahun ini akan kehilangan kenangan terakhirnya. Dibawah bantuan suaminya, Ben Lucas (Colin Firth), dan seorang psikiater bernama Dr. Nasch (Mark Strong), Christine berjuang untuk meraih kembali memori masa lalunya. Namun ketika semuanya semakin membaik justru masalah yang muncul semakin besar, dari seorang wanita misterius hingga pertanyaan sederhana yang melibatkan Ben dan Nasch. 



Konsep yang ia bawa manis meskipun memang bukan sesuatu yang baru, premis yang ia berikan juga tidak begitu buruk terbukti dengan betapa mudahnya ia untuk membuat penontonnya tertarik dengan masalah yang berputar-putar di amnesia ini, potensi yang ia pancarkan ketika baru saja dimulai juga terasa apik, teka-teki dibentuk dengan cekatan terutama pada misteri utama dan juga tiga karakter utama, tapi sayangnya itu nilai positif itu tidak cukup untuk membawa kisah yang diadaptasi dari novel karya S. J. Watson ini untuk mendapatkan potensi terbaiknya sebagai mystery thriller yang menarik. 



Masalah utama Before I Go To Sleep justru berasal dari bagian dimana ia sukses memberikan sesuatu yang menjanjikan diawal: cerita. Ketika semuanya masih kecil ada sesuatu yang menarik untuk ditonton, ia berhasil menjaga semangat dan tantangan bagi penonton sehingga perhatian kita akan teralihkan pada betapa standard cara yang Rowan Joffé pakai, terutama pada kesan bermain aman yang sulit untuk hilang. Tapi ketika irama itu telah terbangun ternyata film ini punya ambisi lain, ia ingin menjadi sesuatu yang sangat besar, sesuatu yang dapat membuat penonton terpukau dan berkata wow, dan itu ia lakukan dengan keterbatasan pada sisi cerita yang sejak awal sudah dibentuk dengan "murahan". 



Iya, "murahan",  Before I Go To Sleep adalah film misteri yang "murahan", mencoba tampil eksploitatif agar terkesan pintar tapi cara ia bercerita yang terkesan seenaknya itu menjadikan berbagai tikungan yang seharusnya mampu membuat penonton merasa di curangi justru malah terkesan membodohi pada level negatif, ia tidak berhasil membuat kita berkata “wah, saya salah,” tapi terkesan “Oh, kamu salah? Bodoh kamu!” Film yang berhasil membuat penonton merasa dibodohi bukanlah sesuatu yang buruk, asalkan mereka berhasil mencapai hal tersebut dengan cara yang tidak bodoh. Film ini mengalami itu, ketegangan seperti terasa seadanya, dan ia terlalu sibuk menjadikan berbagai twist itu seperti sebuah shock yang memukau. 



Memang sangat jauh dari status sebagai film terburuk tahun ini, tapi Before I Go To Sleep mungkin layak diberikan predikat sebagai salah satu film paling menjengkelkan di tahun 2014. Punya dua senjata besar juga tidak mampu menyelamatkan cerita yang sejak awal seperti tidak ingin bergerak bebas itu, Colin Firth dengan kesan ambigu pada motif yang ia bawa, dan Nicole Kidman yang punya momen mengesankan tapi juga momen datar, sehingga sulit untuk merasakan apa yang ia rasakan, terlebih dengan cerita sendiri yang tampaknya memang sengaja tidak memberikan kita kesempatan untuk masuk terlalu jauh didalam cerita, tapi disisi lain terus memaksa kita untuk terpesona dengan penceritaan yang kurang menarik dan menyenangkan itu.







0 komentar :

Post a Comment