"Every bloodline has a beginning."
Film yang merupakan
gabungan dari dark fantasy, action,
dan juga horor ini mungkin akan
kurang mampu menghasilkan impresi positif pada calon penonton yang sudah
kenyang mengkonsumsi film tipikal seperti ini, bahkan dari poster yang ia
berikan, tapi dibalik itu ada ambisi dan beban besar pada film dengan budget
besar ini. Dracula Untold dicanangkan
menjadi pembuka dari rencana reboot Universal
Monsters franchises yang katanya hendak mencoba menerapkan Avengers-style di dalamnya. Sayangnya
ambisi yang menarik itu tidak berjalan lurus dengan hasil yang diberikan film
ini.
Kehidupan Vlad III ÈšepeÈ™ (Luke Evans) yang damai
berubah setelah Sultan Mehmed II (Dominic
Cooper) menebar ancaman kepadanya, menginginkan 1000 anak laki-laki untuk
bergabung menjadi tentaranya, termasuk didalamnya anak Vlad, Ingeras (Art Parkinson). Untuk menyelamatkan orang-orang yang
ia kasihi, termasuk sang istri Mirena
(Sarah Gadon), Vlad pergi ke Broken Tooth Mountain untuk bertemu dengan
setan Romawi bernama Caligula (Charles
Dance). Kesepakatan mereka buat untuk menyelematkan kerajaan, namun resiko
yang dihasilkan dari kesepakatan itu juga tidak kalah berat.
Cerita yang ditulis
oleh Matt Sazama dan Burk Sharpless sepertinya memang sengaja
di set untuk bermain aman di zona netral, meskipun memang kita tetap diberikan
sajian dunia kegelapan yang kita harapkan sejak awal, tapi kualitas mereka
terasa kurang kuat. Di bawah arahan Gary
Shore film ini tampak terus berupaya keras untuk mudah dinikmati, apa yang
ia berikan tampak ambigu yang seperti disengaja untuk meraih atensi penonton
yang telah klik dengan film-film superhero sekarang ini. Iya, meskipun ia
merupakan sosok kegelapan tapi ada nafas komik yang kental disini, dan itu coba
di blend dengan unsur gothic yang tetap dominan. Sebuah ambisi yang besar,
bukan?
Tapi sayangnya karena
ambisi itu juga film ini terasa loyo, terasa kurang semangat, minim energi. Ini
ibarat singa yang ompong, upaya campur aduk berbagai warna dari superhero
hingga Game of Thrones yang tidak
mampu dibentuk dengan tajam, tidak punya taji. Dari gambar dengan efek visual
yang menjemukan, fantasi yang tidak imajinatif dan terkesan berantakan, tidak
ada ketakutan pada konflik, tidak ada ketegangan, tidak ada sensasi dan juga gairah
dari cerita dan karakter, dari sisi substansi ia miskin, dari sisi style ia
juga sama miskinnya, kekacauan yang keruh dengan kelelawar disana-sini, mencoba
menakut-nakuti tapi seperti tidak pernah bosan untuk kembali sejenak kedalam
romansa klise yang sama tumpulnya itu.
Ini yang terasa aneh,
mereka punya ambisi untuk membangun universe milik mereka tapi mereka seperti
kebingungan bagaimana cara menjual jualan mereka. Gary Shore gagal menarik rasa penasaran penonton, bukan hanya pada
kisah di film ini tapi juga pada Universal
Monsters itu secara keseluruhan. Ia tidak berani memisahkan hitam dan putih
disini, baik dan jahat, semua ia biarkan ambigu seolah-olah cara itu akan
membuat penonton merasa tertarik lebih dalam. Tidak mengharapkan sesuatu yang benar-benar
megah memang, dan mendapati fakta ia masih lebih baik dari I, Frankenstein sebenarnya juga cukup melegakan, tapi ini bisa
tampil lebih baik lagi mengingat Luke
Evans tidak tampil begitu buruk, bukan hanya perputaran cerita yang
membosankan selama satu jam untuk sebuah pertempuran cukup menarik di bagian
akhir.
Seandainya ini tampil
lebih berani, bukannya justru terjebak di antara kesan komik dan gothic,
kemudian memberikan fokus yang sedikit lebih besar pada karakter untuk menutupi
dialog-dialog yang tidak memikat itu, Dracula
Untold mungkin bisa menjadi sebuah guilty
pleasure, bukan sebuah petualangan dengan ambiguitas tingkat tinggi yang
diwarnai dengan hal-hal konyol seperti adegan aksi rumit yang berantakan sampai
cerita yang disampaikan seperti seorang yang sedang mengantuk, tidak segar dan
kekurangan semangat. Unengaging.
0 komentar :
Post a Comment