18 October 2014

Movie Review: For the Emperor (2014)


Siapa yang tidak suka dengan pertanyaan yang terus tampil  tersembunyi dalam sebuah film. Hal tersebut bukan hanya menjadi pelengkap semata, ia punya peran yang jauh lebih besar dalam kemampuan sebuah film untuk mempermainkan penontonnya, asalkan ia tampil dalam kualitas yang baik dan mampu konsisten menarik. Film ini menderita dari ketidakmampuannya dalam melakukan syarat tadi, For the Emperor, just style over substance show-off arena.

Rasa frustasi mungkin sempat memberikan sedikit jalan yang cerah bagi kehidupan Lee Hwan (Lee Min-ki), tapi setelah itu ia justru masuk kedalam masalah lainnya. Pemain bisbol yang dikeluarkan karena terlibat permasalahan terkait pengaturan pertandingan ini tidak mendapatkan waktu luang yang begitu lama dalam kehidupannya, karena setelah itu ia bergabung dengan Jung Sang-Ha (Park Sung-Woong), seorang pria yang menjalankan bisni perjudian dan juga rentenir. Ada alasan mengapa Jung Sang-Ha tidak takut untuk menggaet Lee Hwan, karena Lee Hwan punya karakter yang ia inginkan. 

Lee Hwan adalah pria yang pemberani, dalam konteks negatif tentu saja. Ia suka dengan hal-hal yang terkait dengan kekerasan pada level mengerikan, ia juga punya rasa peduli yang sangat rendah, dan ia juga tidak membenci narkoba. Namun ketika secara perlahan mulai merangkak naik dalam bisnis yang ia lakukan tersebut, sebuah masalah baru menghampiri Lee Hwan. Sumbernya adalah Yeon-Soo (Lee Tae-Im), wanita pemilik bar yang membuatnya jatuh hati, yang kemudian menghancurkan upayanya untuk meraih tahta yang selama ini ia inginkan.


Film ini saya saksikan setelah Monster, jadwal yang memang sengaja di tempatkan berurutan mengingat pemeran utama di dua film tersebut sama. Tapi setelah mendapatkan kekecewaan dari film pertama tadi, kekecewaan lainnya ternyata kembali hadir dalam waktu yang tidak begitu jauh, karena For the Emperor punya positif dan negatif yang hampir sama persis dengan Monster. Mengusung action dengan sedikit keterlibatan noir didalamnya, di bawah kendali Park Sang-Joon ini ternyata menjadi sebuah hiburan yang bukan berupaya menghibur penontonnya, tapi seperti ingin menjebak mereka dengan perputaran cerita yang diwarnai berbagai pengulangan tanpa makna, seperti bermain tarik dan ulur bersama penonton yang terus menanti-nanti, dan mencoba membuka semuanya dengan penuh gaya, style over substance.

Ya, For the Emperor seperti film yang ingin pamer, ingin show-off bahwa ia merupakan sebuah kemasan yang cerdas, pintar, apapun itu namanya, tapi celakanya ketimbang menampilkan itu dengan baik dan membuat penontonnya terkesan yang muncul justru sebaliknya, kesan konyol. Cerita yang ia berikan seperti dijaga terus tertutup, seolah ada misteri besar dibalik sana, tapi  ketika mereka dibuka dengan cara sombong itu yang kita rasakan justru bukan terpesona, tapi lucu, karena upaya mereka untuk tampil keren justru berakhir canggung. Mengecewakan, ketika ia memutar-mutar penontonnya itu Park Sang-Joon tidak memberikan penceritaan yang stabil tampil menarik, terkadang on tapi tidak sedikit pula momen dimana ia terasa off, dinamika yang kurang menyenangkan sehingga ketika bagian akhir itu muncul rasa jengkel berada di posisi terdepan.


Tidak heran For the Emperor kemungkinan besar akan menjadi salah film potensial yang tampil paling mengecewakan di tahun ini. Pembukaan yang ia berikan berhasil menciptakan standard yang tepat, walaupun memang tidak begitu tinggi, nada gelap yang ia miliki seketika terbentuk dengan kuat, dan perjuangan yang akan terjadi juga seperti tampak menjanjikan. Tapi setelah itu ternyata film ini hanya mondar-mandir dengan fokus dan motivasi yang lemah, perkembangan yang ia tampilkan terasa miskin, ia tidak mampu untuk menjaga misteri yang ingin ia tutupi tanpa harus melukai kenikmatan penonton dalam menyantap permainan yang ia berikan. Sulit untuk merasa terlibat bersama karakter, yang juga berdampak pada rasa sulit untuk menikmati style yang ia sajikan.

Tapi mungkin For the Emperor masih punya power yang lebih kuat dalam menarik penonton ketimbang Monster, karena ia punya beberapa elemen yang masih kuat untuk dijual. Ya sebut saja adegan kekerasan, yang meskipun tidak dibekali dengan materi yang mumpuni tetap mampu memberikan perkelahian gangster yang tidak buruk. Konflik terkait bisnis juga ada beberapa yang menarik, meskipun cara ia memberikan kesan “mengintai” itu terasa kurang menarik. Dan yang terkahir, adegan seks, dan itu terhitung cukup frontal untuk ukuran film Korea, cukup berhasil menjadi sebuah kejutan kecil dibalik pergerakan plot yang disengaja itu, Akarakterisasi miskin, motivasi miskin, lebih sebagai arena untuk menunjukkan kemampuan mereka meracik action noir pada hal teknis.


Divisi akting juga tampil sama mengecewakannya. Film ini seperti melengkapi rasa kasihan saya pada Lee Min-ki, karena sebelum menjalankan wajib militer ia memilih proyek yang kurang impresif, meskipun dari sisi box-office tidak buruk. Disini ia seperti karakter tanpa karakterisasi yang benar-benar kuat, ia memang mampu membuat rasa penasaran pada hal-hal yang ditutupi dengan sengaja pada cerita itu untuk terus dinanti, tapi ia tidak mampu untuk membawa mereka tumbuh semakin baik. Tidak masalah jika standard di awal telah tinggi, tapi film ini tidak punya itu. Hal yang sama juga terjadi pada Park Sung-Woong. Mungkin yang akan dikenang dari film ini adalah Lee Tae-Im, bukan karena aktingnya, tapi karena adegan seks yang ia lakukan.


Overall, For the Emperor (Hwangjereul Wihayeo) adalah film yang kurang memuaskan. Film ini memberikan sebuah kejutan pada saya, karena selama ini sangat sedikit film dari negeri gingseng itu yang mampu mengecewakan, Rough Play, Monster, dan kini For the Emperor. Kekerasan, seks, narkoba, bisnis terkait perjudian, kombinasikan mereka dengan drama gangster klise yang juga terbentuk kurang mumpuni, motivasi yang juga tidak di jaga dengan tepat, ini adalah film yang tidak menempatkan kepuasan penonton sebagai fokus utama mereka, yang terpenting bagaimana agar apa yang mereka berikan tampak keren dan pintar, dan itu cukup menjengkelkan.







0 komentar :

Post a Comment