12 September 2014

Review: As Above, So Below (2014)


"The only way out is down."

Kalau ada yang bertanya kenapa sih saya tertarik menonton film horor yang satu ini, maka saya akan menjawab karena poster yang ia punya. Terkesan konyol memang, tapi siapa yang tidak tertarik ketika menara Eiffel diletakkan terbalik kemudian ada ratusan tengkorak yang seolah menopangnya, meskipun pada dasarnya itu adalah sebuah clue dari apa yang coba diceritakan oleh film ini. Tapi sayangnya hanya poster miliknya itu saja yang menarik secara keseluruhan. 

Mahasiswa bernama Scarlett (Perdita Weeks) mencoba untuk membuktikan kisah tentang sebuah katakombe di bawah kota Paris yang sudah terkenal, dan bersama Benji (Edwin Hodge) dan George (Ben Feldman) mereka mencoba memacu adrenalin mereka untuk menemukan sesuatu yang mereka inginkan di daerah yang belum pernah di eksplorasi sebelumnya itu. Tapi ketika mereka telah terjebak didalam koridor, mereka sadar bahwa mereka semakin dekat dengan maut. 

Kegelapan, ruang sempit, found footage, dan ketakutan, kombinasi hal-hal tadi itu sebenarnya sudah cukup untuk memberikan penonton hiburan yang menyenangkan meskipun mereka berada di kualitas yang standard. Mereka berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh John Erick Dowdle di bagian awal, ketika kita diajak untuk masuk berjalan bersama karakter layaknya sedang menyaksikan sebuah video game, ide menarik untuk menemukan sesuatu yang terkubur di dalam kota Paris bersama hal klise klasik tipikal horor seperti ini, konsisten ditemani oleh ketegangan dari rekaman hasil kamera genggam yang memberikan gambar-gambar gerak cepat yang anehnya pada tahap ini berhasil memberikan cengkeraman yang menyenangkan. 

Nah, masalah yang dimiliki As Above, So Below standard, hal menarik di bagian awal itu tidak mampu terus bertahan hingga akhir, dan menjadi sebuah bencana ketika ketegangan yang ia berikan di bagian pembuka itu secara frontal berubah menjadi perjalanan yang dipenuhi pengalaman supranatural yang terasa konyol bahkan lucu. Jangan memikirkan The Blair Witch Project, atau mungkin Paranormal Activity, meskipun sesekali ada momen yang menarik pada akhirnya As Above, So Below terasa seperti comedian diatas panggung yang tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk membuat penontonnya tertawa saat durasi pertunjukkan baru berjalan setengahnya. 

Stuck, hal menjanjikan diawal seperti terbuang percuma, frustasi dari karakter yang karakterisasi miliknya terasa dipaksa itu ikut membuat penonton merasa frustasi, mulut mereka yang jarang sekali berhenti berbicara, sesekali mencoba marah bahkan memasukkan hal kurang perlu seperti drama romantis didalamnya, keseruan itu akhirnya macet, kesesakan yang ia berikan perlahan hilang. Sumber dari kegagalan itu adalah semangat yang terlalu tinggi dan kurang terkontrol, tidak tersusun dengan baik bahkan cenderung berantakan, tidak piawai dalam menciptakan petualangan didalam gua-gua dalam gerak cepat yang menarik dan mengulur rasa penasaran penontonnya. 

Tidak hanya di horor, ketika kamu menyaksikan sebuah film dan merasakan kepalsuan yang mereka berikan terasa palsu, akan sulit untuk mencoba terlibat bersama mereka didalam cerita. As Above, So Below menderita karena hal tadi, saya suka dan menikmati hampir separuh pertama cerita, namun ketika karakter yang kurang menawan itu mulai menerima dampak dari alur yang kurang variatif, seperti bingung sendiri harus menampilkan apa lagi dengan cerita yang telah mereka set untuk tampil rumit, thrill perlahan hilang, kesan menakutkan berubah menjadi tampak konyol, menunggu dan berputar-putar dalam pergerakan yang monoton, itu mengecewakan. 






7 comments :

  1. Gue yakin ni terjemahan dari artikel asing,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa minta link artikel nya? Sekaligus penjelasan singkat dong alasan yang membuat anda bisa berpendapat seperti itu. Point pentingnya saja. Tolong dibalas ya, jangan hanya menjadi perusuh yang bisanya datang lalu kabur doang. Thanks. :)

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. Supaya jelas saya tidak merasa dihina, hanya ingin klarifikasi yang akan saya teruskan kepada penulis, karena blog ini menentang keras tindakan copy-paste seperti itu. Saya juga tidak secara frontal mengatakan anda perusuh, itu ditentukan oleh anda sendiri, anda kembali berarti anda bukan perusuh. Di lain kesempatan tolong gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, siapapun yang membaca “komentar” anda yang pertama tadi pasti akan punya persepsi yang berbeda dengan penjelasan anda diatas, dan saya akan tetap mengartikan inti komentar anda yang pertama sebagai “murni copy-paste”. Thanks kunjungannya.

      Delete
  2. Film ini bikin saya bingung sendiri loh itu muter-muter gimana gituh XD.
    Terus semua karakternya bikin saya gigit jari kesel banget pengen cepet mati gituh XD.
    tapi saya tetep suka sih

    ReplyDelete
  3. Film ini mengingatkan saya dengan film keramat (2009) bahkan hampir mirip secara konsep, gatau juga sih kenapa bisa begitu tapi jujur ini emang keren banget!!

    ReplyDelete