08 June 2014

Movie Review: Blended (2014)


"Because alone time can sometime take a long time."

Nicolas Cage bukan satu-satunya aktor yang dapat menjadi wakil dari istilah kehidupan seperti sebuah roda yang berputar di Hollywood sana, mereka masih punya Adam Sandler, aktor dan komedian yang di era 90-an berhasil membangun karir tapi beberapa tahun ini mulai kehilangan pesona dan murni mengandalkan kekuatan fanbase dan image lamanya itu untuk menarik perhatian pada film terbarunya. Mengapa Sandler masih berada di bawah? Karena ia juga masih menolak untuk berubah.

Niat awal Jim (Adam Sandler) sebenarnya bagus, mencoba move on dari kehilangan istrinya akibat kanker dengan mencoba menjalin hubungan baru, dan pilihannya jatuh pada blind date dengan Lauren (Drew Barrymore), wanita yang juga sedang sendiri setelah ditinggal suaminya yang selingkuh. Tapi kencan mereka di Hooters itu berakhir buruk, yang uniknya tidak menjadi kali terakhir mereka bertemu, Jim bersama tiga putrinya, Lou (Alyvia Alyn Lind), Espn (Emma Fuhrmann), dan Hilary (Bella Thorne) bertemu kembali dengan Lauren bersama dua putranya, Brendan (Braxton Beckham) dan Tyler (Kyle Red Silverstein), di Afrika.   

Sangat sederhana bukan premis tadi? Dari sana saja kita sudah dapat memperkirakan ini masih hadir dengan “cara” Adam Sandler lengkap dengan formula dan juga lelucon canggung miliknya itu. Ya itu tergantung memang karena walaupun bodoh beberapa film Sandler seperti Grown Ups dan Just Go with It masih punya komedi yang bekerja untuk saya, Blended juga begitu dengan penggunaan hal-hal klasik dan beberapa murahan, seperti burung unta hingga aksi yoga dan menggoyang-goyangkan dada, harus diakui beberapa dari mereka berhasil tampil lucu. Tapi ada satu hal dari Adam Sandler yang masih hilang di film ini, soul, nyawa dari cerita. 

Blended ini pemalas, sudah tahu Adam Sandler mencoba untuk memasukkan unsur keluarga di film-film terakhirnya tapi cerita yang ditulis Clare Sera dan Ivan Menchell seperti terasa setengah harus bahkan menjurus bingung pada dirinya sendiri. Hal tadi juga tidak mampu diatasi dengan baik oleh Frank Coraci, jadinya Blended yang sebenarnya punya potensi cukup bagus dari premis dangkalnya tadi itu berkahir melayang-layang dengan aksi mondar-mandir yang random, terasa dipaksakan, seperti menjanjikan sebuah kisah yang serius dengan ikut sertanya masalah single parents dan nilai keluarga didalamnya tapi kita tidak pernah dibawa masuk lebih jauh. 

Ini yang menjengkelkan, Frank Coraci tidak mampu membagi komposisi drama dan komedi dengan pas, tarik dan ulur yang ia punya tidak asyik, campur aduk sesuka hati sehingga kisah romansa yang sebenarnya bisa menjadi jualan menjanjikan apalagi dengan chemistry yang cukup baik antara Adam Sandler dan Drew Barrymore di kombinasi ketiga mereka setelah The Wedding Singer dan 50 First Dates ini terasa palsu, dan itu berdampak juga pada komedi. Ini mirip dengan Grown Ups 2, cara menyampaikan cerita dan juga humor yang stereotip dan klise bahkan cenderung basi, terus menerus mencoba tampil energik tapi tidak bisa membuat penonton merasa peduli dengan yang mereka lakukan.

Blended memang sudah di set untuk tetap bermain di “formula” milik Adam Sandler, bukan tindakan yang salah jika ia memperbaiki apa yang beberapa tahun ini sudah tidak bekerja lagi seperti membuang pengulangan penggunaan hal-hal usang seperti humor tanpa energi dan mulai membagi fokus kepada cerita agar dapat tampil sedikit lebih dewasa dan lebih bernyawa, tidak hanya kumpulan aksi hit-and-miss kekanak-kanakan yang justru mampu dimanfaatkan dengan baik oleh pemeran muda seperti Bella Thorne. Rodanya Adam Sandler ternyata tidak berputar di Blended.







0 komentar :

Post a Comment