26 April 2014

Movie Review: Veronica Mars (2014)


"People say I’m a Marshmallow.”

Saya memang bukan seorang die-hard Veronica Mars fan atau yang lebih dikenal dengan panggilan Marshmallow, tapi ketika film ini dimulai dengan sebuah kalimat “I need your help, Veronica,” kemudian hadir montase singkat, dan ditutup oleh kalimat populer lainnya, “People say I’m a Marshmallow,” that’s it, hadir senyuman yang seolah yakin bahwa adaptasi dari tv-series ini akan memberikan kisah detektif yang padat, solid, dan menghibur. Thank you Kickstarter campaign, Veronica Mars is Veronica Mars.

Veronica Mars (Kristen Bell) kini telah keluar dari Neptune, California, tinggal di New York dan sedang menunggu panggilan dari di sebuah perusahaan terkenal tempat ia melamar setelah menyelesaikan sekolah hukumnya. Namun sebuah tragedi terkait pembunuhan mantan teman sekolahnya yang menyeret masuk mantan kekasihnya, Logan Echolls (Jason Dohring), kedalam list hitam yang kemudian memaksa Veronica untuk kembali ke Neptune, dan meninggalkan sementara kekasihnya Piz (Chris Lowell). Tujuan Veronica adalah untuk membantu memecahkan misteri pembunuhan tersebut sebagai pembuktian bahwa Logan tidak bersalah.

Melepas rindu dengan ayah tercintanya, Keith Mars (Enrico Colantoni), dan juga dua sahabatnya, Cindy "Mac" Mackenzie (Tina Majorino) dan Wallace Fennel (Percy Daggs III), naluri tajam yang masih dimiliki oleh Veronica kembali bekerja dengan cepat. Veronica merasa ada yang aneh dan tidak benar dari semua teori yang telah tercipta terkait insiden Carrie Bishop tersebut, masuk kedalam acara reuni yang ia benci dan kemudian menarik mundur penyelidikannya hingga sembilan tahun kebelakang, aksi yang ikut melibatkan Gia Goodman (Krysten Ritter) hingga sahabat Logan yang bernama Dick Casablancas (Ryan Hansen) di dalamnya.


Pertanyaan utama yang muncul pada film adaptasi dari sebuah tv-series adalah sejauh mana ia akan bermain-main dengan materi gemuk yang ia punya. Aksi membentuk kembali bukan suatu pekerjaan yang mudah, ketika cerita harus tetap memegang ciri khas dari karakter yang telah lebih dahulu eksis namun disisi lain tanpa menciptakan kesan kaku ataupun bergerak terlalu jauh yang berpotensi menghancurkan, ia juga harus mampu membawa dan menyajikan kembali “feel” itu kepada penonton, dan mengemas mereka kedalam sebuah kemasan yang menyenangkan. Rob Thomas berhasil menghadirkan hal-hal tadi pada proyek yang menjadi impian para fans Veronica ini, lembut dan tajam dengan warna-warni cerita yang hangat.

Sejak montase berdurasi dua menit yang bekerja sangat efektif untuk membentuk dasar bagi penonton yang masih awam dengan ceritanya, dan juga membuka kembali memori lampau bagi mereka yang pernah menonton series-nya, atensi sudah tercuri dari film yang pada awalnya sempat mengalami kekurangan dana namun sukses menemukan kembali nafas mereka setelah memperoleh $5,7 juta dari donasi yang terkumpul selama satu bulan melalui website Kickstarter ini. ada narasi dalam gerak yang cekatan namun uniknya selalu diselimuti dengan nada tenang, misteri yang terus mengalir dengan perputaran sebab akibat yang sederhana menciptakan berbagai sub plot yang juga punya daya tarik seperti kisah cinta yang punya pesona sekalipun hanya tampil sepintas, namun di lain sisi ia tidak mencuri fokus dari plot utama. Rapi.

Yap, rapi, Veronica Mars terasa padat mungkin banyak diakibatkan oleh keputusan dari Rob Thomas yang memilih untuk memegang dengan teguh konsep yang pernah ia hadirkan di versi televisi dalam tahapan mengurai cerita yang ia susun bersama Diane Ruggiero itu. Tidak akan menjadi sesuatu yang mengherankan pula jika ada yang menyebut film ini ibarat sebuah nostalgia atau reuni, karena dengan inti yang sama Rob Thomas memberikan sebuah evolusi yang sederhana dan tepat pada cerita dan juga karakter, tetap bertumpu pada komedi dan drama khas remaja bersama misteri gelap penuh kesombongan karismatik yang tertata dengan matang bersama sentuhan komikal yang efektif, mereka dibentuk dengan kedalaman yang terasa pas sehingga setiap ruang dalam cerita berhasil dengan dimanfaatkan dengan baik dan menjauhkan kesan bertele-tele yang kerap hadir dari film sejenis ini.


Jika dirangkum secara sederhana Veronica Mars adalah film yang dibuat dengan cinta. Dari sutradara, aktor, hingga cerita, tampak totalitas yang mumpuni dari mereka untuk dapat membayar kepercayaan yang telah diberikan oleh para penggemarnya. Tidak ada yang baru disini, karakter yang licik, protagonist penuh rasa ingin tahu hingga hadirnya polisi korup, namun cara mereka ditampilkan itu yang menjadikan penonton tertanam dalam cerita. Ada rasa berharga yang kuat dengan em-osi yang memikat pada keseluruhan isi film yang sejak awal hingga akhir seolah sengaja untuk memilih tetap fokus pada misteri kecil, keputusan yang menghadirkan sebuah rasa terus digantung pada cerita tanpa mau mencoba tampil sedikit liar dengan melakukan eksplorasi yang lebih jauh.

Keputusan untuk tampil ringan dengan penerapan template yang sudah familiar itu pula yang menjadikan Veronica Mars tidak menjadi sebuah film segmented sekalipun sedari awal ia telah menyandang status sebagai “pesta kecil” bagi para Marshmallow. Semua itu berkat cara Rob Thomas membentuk tahapan penceritaan yang bersih, dari pengenalan yang kuat, skenario yang tajam dan juga tidak begitu rumit, menyuntikkan kehangatan bersama gelak tawa dan dialog cerdas, dan disatukan dalam sebuah alur yang mengalir lembut sehingga mempersempit jarak antara penonton dengan karakter dan menjadikan mereka dengan mudah berteman dengan segala macam materi didalam cerita. Ini mungkin akan tampak seperti bertemu dengan orang asing yang sangat bersahabat bagi mereka yang belum pernah menyaksikan series-nya.

Kinerja para aktor juga kuat. Tampil dengan totalitas yang besar, ada sinar dari performa yang diberikan Kristen Bell. Kita akan melihat Veronica versi dewasa dalam dirinya, namun ketika ia mulai beraksi lebih jauh akan hadir senyuman ketika berbagai hal yang menjadikan ia tampak menarik sebelumnya kembali hadir namun dalam kemasan yang tidak sampai merusak pesona versi dewasanya. Chemistry yang ia bangun dengan karakter lain sesungguhnya juga kurang megah, namun ada interaksi yang menarik terkait cinta dengan Jason Dohring, serta hubungan ayah dan anak yang hangat bersama Enrico Colantoni. Karakter lain punya ruang yang sangat terbatas, namun mayoritas dari mereka mampu memanfaatkan kesempatan untuk bermain bersama dialog tajam yang mereka peroleh.


Overall, Veronica Mars adalah film yang memuaskan. Sebuah kemasan lama yang berhasil dihidupkan kembali dengan cara yang segar tanpa melukai apa yang pernah diciptakan pendahulunya. Ada misteri sederhana yang menarik lengkap dengan momen mendebarkan yang terbentuk dalam alur cerita yang terus mengalir dengan lembut, gerak cekatan dalam nada tenang bersama dialog dan humor yang cerdas serta tajam. Padat, solid, dan menghibur. I need you more, Veronica.






0 komentar :

Post a Comment