10 November 2013

Movie Review: Before Midnight (2013)


"Like sunlight, sunset, we appear, we disappear."

Berpisah 18 tahun yang lalu di stasiun kereta tanpa bertukar kontak, bertemu kembali di kota Paris sembilan tahun setelahnya, dan kini kisah cinta yang hampir berumur dua dekade itu mereka selesaikan tepat sebelum tengah malam di Yunani. Menjadi penutup Before Series, salah satu rangkaian drama romantis yang pastinya akan menjadi legenda, Before Midnight, pertunjukan yang cemerlang dari sebuah hubungan tidak sempurna, sukses menggambarkan sebuah fakta sederhana bahwa walaupun pasti punya potensi untuk menghadirkan rasa sakit, kejujuran merupakan salah satu kunci penting dari sebuah petualangan cinta.

Dengan berat hati Jesse (Ethan Hawke) harus melepas pergi anak laki-lakinya yang berusia empat belas tahun, Hank (Seamus Davey-Fitzpatrick), di bandara untuk kembali menuju Chicago setelah mengisi liburan di Peloponnese, Yunani. Sebuah perpisahan yang menyakitkan bagi Jesse, sebab setelah selama enam minggu bersama ia kelak akan sulit untuk melakukan komunikasi intim antara ayah dan anak karena permasalahan dengan mantan istrinya masih belum usai. Namun uniknya ternyata ada sisi positif dari hal tersebut.

Bersama Céline (Julie Delpy), wanita yang delapan belas tahun lalu ia bujuk untuk mau menghabiskan sedikit waktu bersamanya di Wina, serta dua anak perempuan kembar mereka, Jesse melanjutkan liburannya, dan menuju rumah Patrick (Walter Lassally) untuk makan malam bersama kerabat lainnya. Namun masih bermula dari masalah tadi, hadir konflik pekerjaan hingga tempat tinggal, Jesse dan Céline masuk kedalam sebuah interaksi penuh analisis, mimpi, dan introspeksi, yang kemudian menyadarkan bahwa selama ini rasa cemas,curiga, ragu, dan takut selalu menemani kisah cinta mereka.


Menggunakan topik personal yang berhadapan dengan professional, kisah cinta yang mendadak masuk kedalam periode melelahkan dari sebuah hubungan rumit dan mencoba untuk keluar, berkombinasi bersama sikap saling memahami dan aksi merenung yang dihadapkan dengan ego tingkat tinggi, Before Midnight adalah sebuah paket dengan tema serius yang dibentuk dengan cara santai. Ini bukan tentang dua insan yang masih berada pada tahap di mabuk cinta seperti pendahulunya, melainkan bagaimana pria dan wanita menemukan cara agar dapat memulihkan kembali cinta mereka dari masalah yang sudah menjadi bagian wajib dari sebuah relationship. 

Tidak ada plot cerita yang rumit dalam film ini, Before Midnight seperti kisah yang masih sengaja dilepas oleh Richard Linklater dan di biarkan berjalan dengan bebas. Oke kita akan menuju tempat liburan, oke kita akan makan bersama, oke kita akan menuju ke kamar hotel, tiga struktur kasar itu kemudian kembali di isi dengan empat percakapan tanpa putus dalam durasi panjang yang bergerak stabil serta dinamis, lebih terasa lepas, dan hebatnya tetap tidak kehilangan sentuhan dialog-dialog yang anda tahu itu scripted namun tetap mampu mengalir lembut dan terasa sangat natural, penuh improvisasi bertemakan relationship yang sangat sangat cerdas.

Betul, sangat cerdas, Richard Linklater seperti melemparkan berbagai konsep tentang cinta, hubungan, pernikahan, anak, hingga seks, menggunakan memori masa lalu dan impian masa depan, aksi saling bertukar opini, menghadirkan gesekan dengan positif dan negatif yang cantik, namun isu-isu tersebut tidak dibentuk terlalu detail. Hal tersebut menjadikan materi yang ia punya akan mampu mencakup semua golongan usia, dan menariknya ia  kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada penonton bagaimana mereka menggali, mendefinisikan, menilai, serta memahami konsep yang sesungguhnya sangat dasar namun kerap terlupakan itu.


Yap, kisah yang Linklater tulis bersama Hawke dan Delpy ini seperti sebuah paket belajar tentang cinta, dalam level yang lebih dewasa dan serius, dikemas dengan sederhana, perpindahan yang variatif tapi fokus, namun tetap mampu menghadirkan sisi romantis dan lucu lewat aksi saling ejek dan beberapa lelucon implisit. Senjata utamanya simple, anda diajak untuk ikut meneliti kompleksitas cinta dengan cara relaksasi. Hebatnya lagi itu semua tidak terkesan menggurui, penonton dibiarkan bebas memutar opini mereka, menjadikan mereka ragu berada di pihak mana, karena Richard Linklater sukses membentuk sisi gelap dan terang yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya.

Divisi akting juga merupakan kunci utama kesuksesan film ini. Ethan Hawke dan Julie Delpy, penampilan mereka luar biasa. Chemistry yang kokoh, frustasi dan emosi berhasil dibentuk dengan efektif, mereka tampak nyata dibalik status sebagai tokoh fiktif. Mereka tampak alami, intim dan lucu tanpa terkesan dipaksakan, menghadirkan perselisihan yang intens, memikat, dan fokus. Jelas perlu kecerdasan serta kualitas akting yang berada diatas rata-rata untuk dapat mengontrol tumpukan padatnya dialog yang berjalan lebih dari 10 menit tanpa putus.

Satu pertanyaan yang tidak dapat dihindari adalah, “Apakah saya harus menonton terlebih dahulu Before Sunrise, dan Before Sunset sebelum menyaksikan film ini?” Anda tidak perlu menyaksikan dua film pendahulunya untuk dapat menikmati Before Midnight, dengan berdiri tunggal saja ia masih mampu memikat. Namun jika anda ingin memperoleh kepuasan yang berakhir tepat berada di puncak tertinggi, coba saksikan dua pendahulunya, semakin anda mengenal dua karakter itu, semakin jauh anda terlibat dalam permainan emosi yang mereka tampilkan, akan ada sensasi berbeda yang anda dapatkan.


Overall, Before Midnight adalah film yang memuaskan. Ini adalah sebuah drama romantis yang mengagumkan, sebuah rollercoaster emosional yang menawan, naik dan turun bersama konflik relationship yang bergerak natural, mampu tampil lucu, intim, dan intens dengan cara yang menawan, namun tetap fokus serta efektif menyampaikan pesan yang ia bawa. Kejujuran, kemudian pengorbanan, itu yang anda perlukan dalam cinta. Oscar?



3 comments :

  1. udah lama nonton film ini....paling suka before sunrise :) sempat mikir klo film ini tanpa scrip hahahaha ;) *min mau nanya dong....film romeo & juliet kan seharysnya udah rilis 10 oktober yg lalu tp knp filmnya ngk ada y??:'(:'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, sengaja lama ditunda nunggu momen yang pas supaya intimitasnya maksimal. 10 Oktober itu rilis teater, mungkin akhir tahun atau awal tahun depan baru available. Pasti saya review kok ntar, walaupun ratingnya gak begitu bagus. :)

      Delete
  2. Barusan nonton yg sunset,,sunrise ak tonton pasa gw masih bocah,,lanjut smaa midnight besok

    ReplyDelete