19 October 2013

Movie Review: Escape Plan (2013)


“You hit like a vegetarian.”

Anda tahu di posisi terdepan film ini punya Sylvester Stallone, anda juga tahu ia akan ditemani pria yang juga berbadan besar, mantan Mr. Universe yang kembali berakting setelah memimpin California selama dua periode, Arnold Schwarzenegger, dan itu menandakan berarti anda juga sudah tahu apa yang film ini akan coba berikan serta kemana ekspektasi awal harus anda taruh. Escape Plan, mengerti cara menghibur penontonnya dengan cara yang aman, sebuah kekacauan terstruktur yang cukup menyenangkan.

Ray Breslin (Sylvester Stallone), berada di balik jeruji besi penjara dengan alasan yang cukup aneh. Berawal dari bertanya pada sipir waktu terkini, menghitung mundur detik demi detik, terjadi sebuah ledakan pada sebuah mobil di area parkir, dan voila, ia lolos. Breslin bukan penjahat ulung, ia hanya seorang pria yang rela menghabiskan kehidupannya untuk masuk kedalam penjara, melakukan observasi secara menyeluruh, dan kemudian kabur, hanya untuk sebuah alasan sederhana, membuktikan bahwa penjara tersebut masih memiliki kelemahan.

Kesuksesan tersebut terus membawa buah manis, ia dan rekan bisnisnya, Lester Clark (Vincent D'Onofrio) mendapat tawaran dari CIA untuk masuk kedalam The Tomb, dengan tujuan yang sama untuk membuktikan apakah penjara tersebut masih dapat ditembus. Celakanya kali ini ia tidak tahu lokasi, hingga putus kontak dengan rekannya Abigail Ross (Amy Ryan) dan Hush (Curtis "50 Cent" Jackson), kemudian bersama sosok yang baru ia kenal, Emil Rottmayer (Arnold Schwarzenegger) mulai menyusun rencana melarikan diri dari penjara top-secret tersebut, yang celakanya dibangun oleh Willard Hobbs (Jim Caviezel) dengan menggunakan panduan dari hasil kerja Breslin selama ini.


Sangat mudah untuk mengatakan bahwa Escape Plan tidak lebih dari sebuah kisah predictable yang menjebak dua jagoan tua dengan upaya tunggal untuk menemukan jalan keluar tanpa sentuhan konflik pendamping yang besar. Murni proses melarikan diri, sempit, Escape Plan sesungguhnya bahkan punya potensi untuk berakhir memuakkan terlebih jika anda tahu bahwa ia punya durasi 116 menit, terlihat cukup besar untuk masalah yang sederhana. Untung saja hal tersebut tidak terjadi berkat keputusan Mikael Håfström, yang sepertinya sejak awal sudah sepakat pada satu hal dengan duo penulis cerita, Miles Chapman dan Jason Keller, jangan jadikan ini terlihat pintar.

Escape Plan tidak berupaya untuk terlihat megah karena Mikael Håfström tahu tujuan utama anda datang menyaksikan film ini. Dibentuk dengan padat, dijalankan dengan cara yang klasik, film ini selamat berkat kemampuan Håfström bermain dengan momentum, yang walaupun tidak total menyeluruh hadir di setiap elemen namun setidaknya mampu untuk tetap menjaga film ini agar tidak jatuh kedalam jurang kehancuran. Awalnya anda akan dibawa masuk kedalam konsep yang menarik itu dengan cara yang sedikit lambat, membangun konflik utama yang ringan, dan setelah premis penuh materi standard tersebut telah terbentuk ia mulai menyuguhkan sebuah narasi yang bergerak cepat, dan cukup menyenangkan.

Ya, cukup menyenangkan, mengingat bahwa film ini hanya punya dua karakter utama yang tipis tanpa sokongan tokoh lain yang mampu memberi tekanan, belum lagi jika menilik hampir 75% durasi cerita mereka pakai untuk menyusun rencana, yang dengan mudah dapat anda nilai sebagai sebuah presentasi yang berbelit-belit. Hal utama yang menjadikan Escape Plan terus bernafas dan tidak mati adalah fokus utama yang dari segi kualitas mampu ia jaga dengan baik, membuat penontonnya terus sabar menanti perpindahan cerita yang terasa halus itu dengan berlandaskan satu pertanyaan sederhana, bagaimana cara mereka akan melarikan diri?


Namun pasti ada resiko dari keputusan sebuah film untuk bermain di jalur yang aman, dan itu dialami oleh Escape Plan. Ia memang berhasil membuat pertanyaan utama terus berputar, memberikan sentuhan humor yang dibentuk dengan manis lewat one-liner jokes yang berhasil menghidupkan cerita ketika ia mulai terlihat stuck, sanggup menjadikan dua tokoh yang telah lekat dengan adegan aksi sederhana mengandalkan otot untuk masuk kedalam proses analisis penuh hal teknis tanpa kehilangan karisma mereka, dan semua dikemas dengan cermat. Tapi seperti yang disebutkan pada bagian awal, ini terlalu aman.

Sederhananya ini terlalu stabil, mampu menjaga momentum namun tidak sanggup menghadirkan dinamika cerita yang mengundang decak kagum. Diluar materi kecil seperti twist dan kemunculan dialog Schwarzenegger dengan bahasa Jerman serta hal terkait Muslim Arab, tidak ada lagi yang memorable dalam level memikat. Sepertinya kesepakatan “jangan jadikan ini terlihat pintar” tadi menghalangi film ini untuk berani bergerak sedikit liar, yang sebenarnya sangat potensial memberi nilai positif tambahan. Tidak mempermasalahkan dialog tapi adegan aksi kurang kuat, berbanding terbalik dengan momen membosankan yang hadir di beberapa titik pada bagian tengah.

Dari divisi akting tidak ada yang istimewa, anda akan mendapatkan apa yang anda harapkan. Yang mengejutkan disini adalah Stallone yang cukup berhasil menjadikan proses analisis itu tampak menarik, dan meyakinkan anda bahwa Breslin adalah sosok yang pintar. Schwarzenegger kali ini sedikit bergerak kebelakang, yang walaupun hanya bertugas sebagai penopang tetap mampu menjaga karisma serta mencuri perhatian dari tiap bagian kecil yang berhasil ia eksekusi dengan efektif. Pemeran lain ibarat tempelan belaka, bahkan Jim Caviezel yang seharusnya dapat diberikan kesempatan lebih besar untuk menebar tekanan dari sisi antagonis.


Overall, Escape Plan adalah film yang cukup memuaskan. Ini adalah sebuah kemasan yang menghibur, semua berkat keputusan Mikael Håfström yang sejak awal sudah membentuk Escape Plan dengan komposisi yang menyesuaikan harapan penonton, tidak megah, namun juga tidak hancur. Walaupun begitu ini masih lebih menarik jika dibandingkan The Expendables 2 , namun sayangnya masih berada dibawah The Last Stand. Escape Plan adalah penggambaran nyata dari popcorn movie, anda mencobanya bukan untuk membuat kenyang, hanya untuk sebuah kesenangan singkat.











2 comments :

  1. Nice review. seperti popcorn. next reviewnya gan ditunggu buat jadi pertimbangan sebelum nonton

    ReplyDelete