21 September 2013

Movie Review: You're Next (2013)


“Horror films often deal with the viewer's nightmares, hidden fears, revulsions and terror of the unknown.” Empat materi tersebut hadir di film ini, dari mimpi buruk, hadirnya kejutan, rasa takut, sampai dengan terror dari sosok yang tidak dikenal. Singkat saja, You’re Next, film yang telah tertunda selama dua tahun, sebuah kemasan horror yang mampu membuat penontonnya bergembira.

Paul Davison (Rob Moran) dan Aubrey Davison (Barbara Crampton), berencana untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka di vacation house milik mereka di daerah Missouri. Kebahagiaan Paul dan Aubrey semakin besar ketika mengetahui bahwa empat anak mereka dapat hadir ke acara makan malam bersama tersebut. Anak mereka Crispian (A.J. Bowen) datang bersama kekasihnya yang berasal dari Australia bernama Erin (Sharni Vinson). Sedangkan keesokan harinya saudara Crispian menyusul, Drake (Joe Swanberg) bersama istrinya Kelly Davison (Margaret Laney), Felix (Nicholas Tucci) bersama pacarnya Zee (Wendy Glenn), dan Aimee (Amy Seimetz) bersama kekasihnya Tariq (Ti West).

Celakanya, hal yang ditakutkan oleh Aubrey ternyata harus terjadi. Berawal dari saling ejek skala kecil, masalah yang sensitif berubah semakin runcing, yang kemudian menyebabkan acara makan malam itu menjadi ajang penuh kegaduhan dipenuhi nada tinggi. Tanpa mereka sadari tidak jauh dari rumah mereka tiga orang pria bertopeng telah mengintai dan bersiap untuk beraksi. Sebuah kejutan mendadak langsung menempatkan keluarga Davison ke ruang sempit tanpa opsi lain, membentengi dan bertahan didalam rumah, sembari terus berupaya mencari bantuan lewat pesan 911 akibat sinyal yang lemah, dan tidak menjadikan mereka sadar bahwa ada sosok lain yang siap bermain dari dalam.


Film ini mungkin adalah kebalikan dari The Purge yang punya ide menarik namun eksekusi yang payah. You’re Next hanya melemparkan konsep home-invasion dengan mengumpulkan satu keluarga besar yang kaya bersama pasangan masing-masing, reuni awkward, saling ejek, dan kemudian menggilir mereka untuk meregang nyawa, tapi dengan eksekusi yang mumpuni berhasil tampil menarik dan terasa segar. You’re Next seperti sebuah arena dimana terror, komedi, shocking moment, serta teriakan-teriakan ketakutan mampu saling berkombinasi. Tentu sulit untuk mengatakan ini tidak menyenangkan, menyaksikan sepuluh orang dalam sebuah rumah yang dibentuk layaknya sepuluh buah kaleng yang siap dipanah secara random oleh tiga pria bertopeng hewan.

Hal utama yang menjadikan You’re Next tampak tidak membawa beban begitu berat adalah keputusan Adam Wingard yang sejak awal tidak ingin menjadikan film ini masuk ke potensi menuju sebuah film yang pintar, membangun cerita yang ditulis oleh Simon Barrett tanpa memberikan proses pengenalan yang berbelit-belit. Anda tahu mereka keluarga disfungsional, anda tahu mereka terjebak, anda tahu pula disekitar lingkungan tersebut pernah terjadi sesuatu, proses pengenalan yang berjalan sedikit lambat kemudian langsung diganti dengan panic attack yang bergerak cepat, dan pesta dimulai. Dengan pondasi yang kuat proses pembantaian itu dimulai, deru nafas kencang yang mulai setia menemani kemunculan warna merah darah.

You’re Next memang bukan sebuah gebrakan baru, namun dengan sedikit cerdik materi klasik masih mampu tampil asik. Betul, proses survival layaknya film horror pada umumnya masih mendominasi, belum lagi dengan permainan menggunakan nuansa sepi yang bertugas membangun jalan bagi kehadiran kejutan ketika anda mulai merasa waspada. Plot yang sederhana, karakternya tipis, didominasi warna datar, porsi yang tidak seimbang menjadikan banyak diantara mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan impresi kepada penonton, sulit untuk dikembangkan, dan kurang mampu menarik atensi. Tapi cara film ini bergerak dengan terus menghadirkan sensasi layaknya sebuah pesta yang semakin jauh semakin besar mampu menutupi minus tersebut. Yap, saya bahkan baru sadar ketika film berakhir bahwa durasi yang ia punya hanya 95 menit, karena kemampuan ia menyajikan tiap bagian cerita yang bergerak cepat itu dengan efektif.


Sayangnya ia kerap kali terjebak dalam cerita, apakah ia ingin menjadi menyeramkan, atau justru tampil menyenangkan dengan komedi gelapnya. Anda sebagai penonton seperti diberi kebebasan untuk memilih apakah itu seram atau lucu, terlebih dengan score synthesizer yang sering kali mempertebal ambiguitas tersebut. Ketimbang menyebutnya sebagai film yang menakutkan, You’re Next lebih layak menyandang sebuah film yang menginspirasi dengan menghidupkan kembali referensi dan materi-materi klasik dengan cara yang menarik, jebakan bertali dengan menggunakan gerakan pintu, hingga bagaimana sebuah blender ternyata punya fungsi yang tidak kalah besar dibandingkan dengan sebuah AK-47.

Yap, dibalik mixing yang nyaman antara hitam dan putih dalam bentuk horror dan komedi, Adam Wingard juga berhasil menjadikan anda nyaman menyaksikan permainan yang ia ciptakan, dari ikut menebak siapa korban selanjutnya, sampai informasi tentang cara bertahan hidup dalam kondisi seperti itu. You’re Next juga punya beberapa tikungan yang cukup rapi, namun yang sedikit disesalkan mungkin keputusan Adam Wingard dalam menempatkan titik belokan tertajam yang ia miliki, terasa terlalu awal bagi saya. Mungkin ia punya maksud untuk menciptakan ruang yang lebih besar bagi materi lain yang berdiri setelah momen itu, namun sayangnya dari segi tekanan, tensi, bahkan sedikit menyentuh daya tarik, semuanya mengalami penurunan yang cukup besar.

Lantas apakah You’re Next tampil memikat tanpa minus yang mengganggu? Tidak. Ini mungkin implisit dengan skala kecil, namun ketika ia hadir dan berputar-putar di pikiran, ini mengganggu. Memang tidak ada hal baru yang diberikan film ini, namun ternyata dibalik skenario yang menarik film ini juga menyimpan dialog-dialog lemah yang dimulai ketika kekacauan telah terjadi. Karakterisasi juga terkesan seadanya, bahkan untuk karakter kelas dua dibawah Vinson yang menjadi ujung tombak. Dan yang terakhir adalah kualitas serta tingkat ketegangan dari ancaman yang dilakukan para pelaku, dalam skala 100 kerap kali menyentuh nilai 30 hingga 40, lemah, terlebih ketika ia berkombinasi dengan getaran kamera yang kuantitasnya terlalu banyak.

Dari divisi akting, bintangnya adalah Sharni Vinson. Ini mengejutkan, dari memberi tugas utama kepada Vinson hingga kemampuan Vinson itu sendiri yang mampu mengontrol tugas tersebut, menjadi tangguh, antusias, terkadang lucu, dan berhasil menjadi contoh positif dari sikap dalam menghadapi tekanan. Sedangkan pemeran lain memiliki porsi yang tidak begitu dominan, sebut saja Swanberg yang bertugas diawal cerita dan berhasil klik dengan A.J. Bowen dalam hal chemistry penuh gesekan, begitupula dengan Nicholas Tucci dan Wendy Glenn yang berhasil menyimpan misteri yang mereka punya.


Overall, You’re Next adalah film yang cukup memuaskan. Jika harus dinilai sebagai sebuah komedi, yang kemudian dibantu unsur horror, You’re Next ada di posisi terdepan untuk menjadi juara di tahun ini. Namun jika itu dibalik, Horror yang diberikan sedikit sentuhan komedi, You’re Next bukan pemenang. Menyenangkan? Ya. Menyeramkan? Big No. It’s not creepy, it’s survival thriller party.



2 comments :

  1. ceritanya mirip2 the strangers ya
    suka deh baca review disini reviewnya cerdas :)*mirip pengamat film hehehehe

    ReplyDelete
  2. @kate ryder jamieson: Betul, konsepnya sama.
    Ah, hanya rangkaian pikiran kotor yang mencoba jujur dan objektif, masih belajar kok. Thanks. :)

    ReplyDelete