29 May 2013

Movie Review: The Place Beyond the Pines (2012)

 
If you ride like lightening, you’re gonna crash like thunder.”
Hal ini memang tidak ada kaitannya dengan film yang saya review sebelumnya, namun dengan nama yang sedikit lebih panjang The Place Beyond the Pines ternyata punya tujuan yang secara garis besar sama saja dengan apa yang disampaikan oleh Side Effects, sebuah efek samping yang dihasilkan dari sesuatu yang tidak baik. Punya pesan menarik yang sederhana, diulas dalam tiga buah cerita dengan rentang waktu satu setengah dekade, lebih luas, lebih tenang, dan tentu saja lebih panjang.

Luke Glanton (Ryan Gosling), tampan, bertubuh tegap dengan banyak tattoo, berteman baik dengan motor tipe trial yang ia gunakan ketika bekerja sebagai pemain sirkus, melakukan adegan berbahaya yang selalu mengundang decak kagum. Suatu ketika ia jatuh cinta pada seorang wanita yang bekerja sebagai pelayan restoran bernama Romina (Eva Mendes), cinta yang sangat singkat itu harus terpisahkan oleh jadwal pertunjukkan Luke yang memisahkan mereka selama satu tahun, meskipun mereka ternyata sempat membuka sebuah jalan.

Ya, telah hadir Jason, anak Luke yang bahkan ia tidak ketahui eksistensinya. Seperti mayoritas pria, Luke juga merasakan dampak yang diberikan oleh Jason pada hidupnya, sebuah tanggung jawab yang harus ia jaga dan lindungi. Sayangnya ia justru menempuh cara yang salah, bersama Robin Van Der Zee (Ben Mendelsohn) yang belum lama ia kenal, mereka melakukan aksi perampokan bank untuk mensukseskan upaya Luke yang ingin membesarkan Jason, walaupun ia telah punya ayah tiri. Sikap yang berani namun bodoh karena ia justru telah menciptakan sebuah dunia hitam bagi anaknya.


Pada dasarnya ini menarik, dimana The Place Beyond the Pines seperti mencoba menghadirkan sebuah ikatan cerita yang bertumpu pada hubungan sebab dan akibat yang juga dengan cermat menjadikan pesan utama yang ia usung dapat dengan mudah dimengerti oleh penontonnya. Punya cerita yang dalam bentuk kasar terasa solid, cara ia berjalan yang tertata rapi, akting para pemeran yang sukses menciptakan karakter yang kuat, hingga beberapa tampilan visual yang terasa manis dari aksi kejar motor dan mobil patrol polisi dengan kecepatan tinggi hingga kisah emosional seorang ayah dengan bayi mungilnya. Cianfrance bahkan dengan berani memberikan tensi tinggi di bagian awal film, mencoba show off yang ikut menjadikan penontonnya menaikkan harapan mereka, namun juga menjadi blunder yang bertumpu pada karakter Luke.

Karakter Luke yang diperankan oleh Gosling sekilas tampak seperti tokoh utama dari cerita, namun sayangnya penampilan memikat yang ia berikan dibagian awal seolah hanya membawa sebuah tugas untuk membuka satu kisah kelam hingga 15 tahun kedepan. Pembagian porsi cerita yang diberikan oleh Derek Cianfrance, Ben Coccio, dan Darius Marder memang terasa sangat adil dimana durasi yang ia miliki bahkan hampir sama besar dengan dua kisah lainnya. Yang menjadi perhatian utama justru fungsi yang ia miliki, karena sejak awal telah tercipta sebuah ekspektasi terciptanya konflik intens antara Gosling dan Cooper, yang nyatanya bahkan hanya saling bertemu tidak sampai sepuluh detik. Sejujurnya kunci utama film ini adalah Gosling.  

Dampaknya sangat terasa ketika mulai beranjak ke kisah berikutnya yang diambil alih oleh seorang polisi bernama Avery Cross (Bradley Cooper) dengan sebuah kesuksesan layaknya pahlawan hingga jebakan dalam bentuk permainan hitam. Terasa sebuah degradasi yang sangat besar pada tensi serta daya tarik yang film ini miliki. Cerita yang ia tampilkan seperti menghadirkan Adele sebagai penampil pembuka sebuah konser yang setelah itu kemudian di isi penyanyi berkualitas yang daya tariknya berada dibawah Adele. Masih menarik, masih mengikat, namun cerita seperti tidak mengajak penontonnya untuk mencoba berjalan naik berupaya menuju titik klimaks. Ini justru lebih tampak seperti ulasan dari akibat yang dihasilkan dibagian awal dengan hasil akhir yang dapat diprediksi dengan sangat mudah.


Terlepas dari cerita pertama yang ia tampilkan, yang tersisa dari The Place Beyond the Pines adalah proses penceritaan yang terasa datar.  Gosling tahu apa yang harus ia berikan pada karakternya, dan Cianfrance sepertinya juga sudah paham betul bagaimana cara terbaik membentuk Gosling agar karakter yang ia perankan menjadi sangat maksimal. Hal ini yang tidak ditemukan pada karakter lain, tidak buruk namun terkesan standar yang juga ikut merusak banyak potensi besar yang dimiliki cerita. Rasa bingung dari Cianfrance juga tersirat dari cara ia menyambung cerita menuju bagian ketiga, kurang menarik, dan berakhir pada daya tarik bagian ketiga yang seperti tenggelam tanpa tenaga, seperti menjadi bagian yang dipaksakan sebagai pembuktian dari pesan utama yang ia bawa.

Ambisi adalah pintu masuk menuju dua opsi, prestasi atau mati. The Place Beyond the Pines berakhir diantara keduanya. Untung saja ia punya satu bagian yang tampil sangat menarik, dan satu bagian lainnya yang hampir cukup memikat. Hal tersebut juga cukup mampu menutup kegagalan yang Cianfrance ciptakan dalam menjaga kestabilan film ini, menghadirkan grafik yang perlahan menurun sejak bagian tengah hingga akhir dari segi tensi dan daya tarik cerita. Jika bagian ketiga dibentuk lebih baik mungkin film ini tidak perlu upaya besar untuk meraih prestasi, terutama pada karakter Jason Glanton (Dane DeHaan) dan AJ Cross (Emory Cohen) yang tampak tampil kurang dalam padahal beban yang mereka punya sangat krusial dalam menciptakan sebuah penutup yang maksimal.

Ryan Gosling adalah bintang di film ini. Meskipun fungsi yang ia miliki cukup terbatas, namun performa Gosling justru yang paling bersinar, actionnya keren, sisi emosionalnya juga ia lakukan dengan manis, bahkan tampak cukup jauh jika dibandingkan dengan Bradley Cooper yang tampil cukup baik namun seperti tidak mampu menandingi sinar yang telah diciptakan Gosling sebelumnya. Bukti nyatanya sangat terasa ketika cerita mulai beralih pada Cooper, mulai goyah meskipun telah dibantu oleh Ray Liotta, Rose Byrne, dan Bruce Greenwood. Begitupula dengan Dane DeHaan dan Emory Cohen yang walaupun tidak tampil buruk tapi seperti tidak diberikan ruang bebas untuk bergerak lebih.


Overall, The Place Beyond the Pines adalah film yang cukup memuaskan. Sangat sangat keren dibagian awal, punya pondasi yang kuat, namun sayangnya kurang dikembangkan dengan maksimal di paruh kedua. Hasilnya, ini seperti menyaksikan misi menyelesaikan sebuah cerita dengan feel yang tidak terbentuk dengan baik. Performa yang baik dari para cast tidak cukup mampu menolong ambisi besar dari Cianfrance yang sepertinya mencoba terlalu keras untuk menjadikan The Place Beyond the Pines sebagai sebuah film yang megah, yang sayangnya kurang berhasil.



3 comments :

  1. Maaf bro/sist jika komentar anda selanjutnya masih dengan format yang sama akan saya hapus dalam 1x24 jam ya. Period. Thanks. :)

    ReplyDelete
  2. Kebetulan saya penggemar ryan gosling,dan saya sangat setuju dengan review yg agan berikan..sukses slalu buat agan di tunggu review film lainya

    ReplyDelete