08 April 2013

Movie Review: Identity Thief (2013)


Sepertinya kali ini tidak menjadi hal yang begitu penting untuk mencoba menyampaikan pada paragraf pembuka salah satu dari sekian banyak pesan menarik yang diemban sebuah film, seperti yang selama ini saya coba terapkan. Dia punya Jason Bateman dan Melissa McCarthy dengan keunikan yang khas, dan juga Seth Gordon yang sukses mengubah premis dangkal yang dimiliki Horrible Bosses menjadi sebuah kemasan yang cukup menghibur.

Sandy Patterson (Jason Bateman), adalah seorang pria berusia 40-something, eksekutif di sebuah perusahaan keuangan, dan ayah dua anak dengan istri bernama Trish (Amanda Peet) yang selalu mendukungnya. Ya, benar, Sandy adalah seorang pria, yang ternyata juga sering merasa risih dengan nama pemberian ayahnya tersebut yang memiliki makna universal karena dapat pula digunakan (atau bahkan lebih identik) oleh kaum wanita. Dari situ awal semua bencana yang menimpanya dimulai, ketika Sandy menerima sebuah panggilan telepon dari seorang wanita yang meminta dirinya menyebutkan beberapa identitas pribadinya.

Dia adalah Diana (Melissa McCarthy), wanita dengan pekerjaan yang mungkin akan membuat jengkel semua orang yang selalu bekerja keras dalam kehidupannya. Diana adalah “ahli” dalam hal memalsukan kartu identitas, dari surat izin mengemudi, hingga kartu kredit. Hasilnya, kehidupannya penuh dengan kebahagiaan, menghamburkan uang kesana kemari, dari membeli perhiasan hingga jet ski, tanpa pernah perduli betapa hancurnya kehidupan pihak yang menjadi korbannya, salah satunya Sandy. Ketimbang mengikuti proses kepolisian yang ribet, Sandy memutuskan untuk melintasi setengah jarak garis lintang USA, menuju Florida, untuk membawa Diana ke Denver, dan memperoleh kembali identitasnya.


Sebuah premis dari Craig Mazin dan Jerry Eeten yang bagi saya cukup dangkal, tapi aneh karena meskipun begitu masih mampu untuk menciptakan daya tarik. Yah, memang akan dengan mudah untuk mengatakan bahwa hal tersebut sangat terbantu berkat daya tarik dua pemeran utama yang ia pasang, dengan harapan dapat menyaksikan sebuah film komedi yang meskipun tidak perlu tampil pintar namun setidaknya berisikan banyak kegilaan yang menarik dan menghibur. Sayang sekali, itu tidak saya peroleh.

Semua berawal dari cerita yang ditulis Mazin dan Eeten. Mereka tampak begitu ambisius untuk menciptakan sebuah film komedi yang memikat, menciptakan dua bagian, memadukan unsur crime kedalam komedi, dan sedikit menambah bumbu interaksi personal bernafaskan ikatan family. Tidak ada yang salah dari keputusan tersebut, namun cara Mazin membentuk cerita tersebut kedalam screenplay yang menjadi sumber dari semua kekacauan yang film ini miliki. Ia seolah ingin menghadirkan dua warna dalam cerita, komedi dengan hal-hal konyol, dan disisi lain ada sedikit drama yang mungkin memiliki ambisi untuk dapat membuat penontonnya tersentuh dengan kisah yang ia bawa.

Dan, itu gagal. Komedinya terasa menggantung dan tidak total, tidak berhasil membuat saya tertawa besar, dan hanya sedikit bekerja lewat dialog antar dua karakter utama. Ya, itu karena Bateman dan McCarthy, bukan karena Seth Gordon. Sialnya, unsur drama yang coba mereka hadirkan untuk menghantarkan pesan utama yang sebenarnya sangat menarik, justru berakhir datar dan hambar. Mereka seperti hanya sebuah tempelan, tidak dibentuk dengan baik, padahal pengorbanan yang dilakukan untuk menciptakan ruang bagi mereka cukup besar, contohnya hal bodoh seperti keputusan Sandy untuk tidak menelpon polisi, dan akhirnya menciptakan sebuah perjalanan berisikan banyak hal bodoh dan konyol yang tidak penting.

Dia punya durasi 111 menit, hampir dua jam, dan itu yang menjadi alasan mengapa rasa kesal yang saya rasakan semakin lama semakin besar, karena point yang ingin ia sampaikan sebenarnya sempit, dan menghadirkan beberapa konflik pendukung yang pada akhirnya terasa useless, hanya sebagai jalan untuk memanjangkan cerita. Oke, mungkin masih dapat dimaafkan jika di bagian tersebut mereka dapat tampil menghibur, tapi itu tidak dimiliki oleh Identity Thief. Film ini semakin rusak karena premisnya yang menarik itu sebenarnya sudah sangat predictable, dan sepanjang ia berjalan tidak menghadirkan kejutan yang menarik.

Well, memang sebuah kesalahan besar kalau mengharapkan sebuah cerita yang pintar dari sebuah film komedi seperti ini, dan itu juga tidak ada diekspektasi awal saya. Saya datang, dan hanya berharap untuk dapat terhibur ketika kelak menuju pintu keluar, karena sejak awal memang sudah siap dengan semua hal konyol yang akan ia berikan. Sayangnya, film ini tidak menghibur. Kurang dari lima bagian yang terasa menarik bagi saya, dan lebih dari setengahnya berkat kemampuan Bateman dan McCarthy memadukan konflik diantara mereka. Sisanya, datar dan membosankan.


Overall, Identity Thief adalah film yang tidak memuaskan. Kemasan akhir yang ia berikan secara keseluruhan memang bernilai rendah, namun itu jika anda membandingkannya dengan film yang dibuat untuk meraih penghargaan. IT adalah ice tea, bukan wine, film yang ditujukan sebagai popcorn movie untuk menghabiskan waktu luang. Dan jika berada di kategori itu apa yang ia berikan hampir berhasil, andai saja kinerja dari dua pemeran utama yang menghadirkan komedi-komedi klasik yang cukup mampu menghibur itu tidak dirusak oleh script yang sangat berantakan. Tidak seperti Horrible Bosses, bahkan sangat jauh dengan Ted, Identity Thief lebih layak sejajar dengan The Changed-Up.



0 komentar :

Post a Comment