03 March 2013

Movie Review: Smashed (2012)


Meskipun dapat mengandung arti yang positif tergantung dari objeknya, addict akan lebih mudah untuk dikaitkan dengan hal negatif. Jika label addict hadir dan telah melekat pada sebuah kebiasaan yang anda lakukan, maka tingkat kesulitan untuk melepaskan diri dari jeratan yang ia miliki akan semakin sulit. Smashed mencoba memaparkan kepada anda bahaya dari sesuatu bernama addict, menggunakan sesosok wanita cantik yang mencoba untuk berhenti menjadi alcoholic, seorang wanita yang bahkan pernah di juluki sebagai drunk angel.

Kate Hannah (Mary Elizabeth Winstead), bekerja sebagai guru di sebuah taman kanak-kanak, ternyata memiliki sebuah kebiasaan yang sebenarnya tidak selayaknya terjadi pada seorang guru yang menjadi teladan bagi muridnya. Kate adalah seorang alcoholic, pecinta minuman keras kelas berat, a hardcore drinking bitch. Ketika mandi, bahkan saat didalam mobil sebelum masuk ke tempat kerjanya, Kate selalu menyempatkan diri untuk mencicipi minuman yang sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam kadar tinggi tersebut.

Tapi, suatu hari Kate membuat sebuah pernyataan mengejutkan kepada suaminya, Charlie Hannah (Aaron Paul). Karena sebuah insiden memalukan yang memaksa dirinya berbohong sedang hamil, Kate memutuskan untuk menghentikan semua kebiasaan buruknya itu, dan didukung oleh suaminya yang juga alcoholic. Berkat bantuan wakil kepala sekolah, Dave Davies (Nick Offerman), Kate menghadiri sebuah pertemuan khusus untuk membantu para alcoholic keluar dari jeratan minuman keras. Dari situ ia mulai menemukan jalan yang ia rasa sangat tepat, meskipun harus menghadapi "sebuah proses" berat, sebuah resiko dari keputusan berat yang telah ia ambil.


Aneh, mengangkat premis dengan tema alcoholic, film justru tidak memberikan suasana gelap yang berlebihan pada cerita. Ya, alcohol hanya digunakan sebagai konflik utama untuk mengunci film agar tetap berdiri kokoh dan fokus. Smashed justru lebih memilih untuk tidak menjadikan cerita tentang alcohol tadi menjadi tampil dominan, namun meleburnya dengan menghadirkan unsur kebahagian, dan banyak pelajaran berharga. Ya, James Ponsoldt mampu menjadikan cerita sempit yang ia susun bersama Susan Burke itu untuk berpadu dengan baik lewat sebuah komposisi yang tepat, sehingga tekanan dari alcohol tidak terlupakan, namun penontonnya tetap merasakan suatu kemudahan untuk berjalan bersama Kate.

Smashed adalah sebuah dark-comedy yang sempit, namun bekerja sangat efektif. Sejak awal ia sudah memberikan gambaran dengan jelas pesan yang ingin ia sampaikan, dan mungkin jika dilihat secara sepintas tampak kurang begitu menjanjikan. Tapi ternyata itu justru menjadi sebuah trik dari Ponsoldt untuk menghadirkan kejutan-kejutan yang ia punya. Banyak pelajaran yang terselip manis didalam setiap dialog dari masing-masing karakter miliki, namun sayangnya diletakkan secara implisit.

Selama 81 menit kehadirannya, Smashed mampu memanfaatkan dengan baik waktu tersebut untuk membangun dengan rapi setiap bagian cerita. Ponsoldt memang seolah tampak tidak berani dan mungkin akan dinilai kehabisan ide oleh sebagian orang. Namun keputusannya untuk  menghantarkan premis simple itu dengan cara yang juga simple adalah sebuah keputusan yang tepat menurut saya. Smashed justru menjadi sangat kokoh tanpa kehadiran elemen-elemen tidak penting yang mungkin dapat menghancurkan cerita.


Sejak awal premis yang tampak kurang meyakinkan justru mampu tampil mengejutkan. Ya, ternyata Ponsoldt punya materi yang kuat, dan ia juga mampu menggambarkan dengan baik bahan tersebut sehingga menjadi menarik. Ponsoldt pandai mengatur porsi kehancuran yang film ini punya, memberikannya secara sedikit demi sedikit tanpa menjadikan anda ingat padanya. Hal tersebut disebabkan unsur komedi yang mampu mencuri perhatian dibalik tema gelap tadi. Dark comedy bekerja dengan baik, membentuk banyak momen yang punya kadar lucu cukup tinggi, namun anehnya menjadikan seolah tertahan untuk tertawa lepas dan hanya berhasil tersenyum kecil. 

Kunci sukses lainnya adalah para aktor yang sukses tampil memikat. Mary Elizabeth Winstead menggunakan kesempatan yang ia punya dengan tepat. Winstead bersinar. Dari ketika ia menjadi alcoholic, menghadapi suami yang useless karena kerjanya hanya mabuk dan bermain game, ketika ia mencoba berhenti minum, hingga kemudian meledak, semuanya hidup tanpa terlihat dipaksakan. Winstead menjadikan Kate sebuah karakter yang layak untuk mendapatkan simpati dan dukungan.

Salah satu keputusan tepat lainnya adalah memberikan porsi terbatas pada semua karakter pendukung. Octavia Spencer yang berperan sebagai Jenny, teman baru Kate, justru menjadikan pesan-pesan kecil yang ia sampaikan menjadi sangat bermakna karena porsi kecil yang ia punya. Aaron Paul (Breaking Bad) menjadi suami yang menjengkelkan, gambaran sebuah ujian dari proses yang Kate jalani. Begitupula dengan Nick Offerman (Parks and Recreation) lewat sebuah pernyataan konyolnya, hingga Megan Mullally yang menjadi pelengkap ujian tadi dengan karakternya Principal Barnes.


Overall, Smashed adalah film yang memuaskan. James Ponsoldt memberikan sebuah tontonan menyenangkan yang mungkin dapat membuat malu beberapa film besar dengan dana yang cukup gila itu. Lewat film singkat dan sederhananya, Ponsoldt justru mampu menghadirkan banyak nilai kehidupan yang menarik dengan cara yang sangat mudah dimengerti penontonnya. Smashed adalah penggambaran yang sangat jelas bagaimana sebuah proses untuk menjadi lebih baik pasti akan selalu menemukan kesulitan yang menghadangnya. Saya tidak mengharapakan sesuatu yang lebih dari film ini sejak awal, sehingga apa yang ia hasilkan di akhir sukses menghadirkan sebuah rasa puas. 


0 komentar :

Post a Comment