18 February 2013

Movie Review: Lore (2012)

 

Ketika perang dunia kedua terjadi dan merenggut banyak korban jiwa, ketika wilayah Jerman telah terpecah menjadi beberapa bagian dan berada dibawah kendali Amerika, Rusia, Inggris, hingga Prancis, disaat suasana duka semakin menyelimuti rakyat Jerman akibat kematian Hitler, kebahagiaan dari seorang wanita muda bernama Lore juga ikut terenggut. Dibawah kondisi mencekam akan timbulnya peperangan, Lore terpaksa melintasi hutan dan sungai sejauh ratusan kilometer untuk menyelamatkan keluarganya.

Ayah Lore yang merupakan anggota nazi, dan sedang berada di dalam ancaman penangkapan. Untuk menyelamatkan nyawanya, Lore (Saskia Rosendahl) beserta empat saudaranya terpaksa meninggalkan kediaman mereka, berusaha bertahan hidup dan mencoba melintasi 900km penuh bahaya, dari bertemu mayat yang telah membusuk, meminta bahan makanan kepada penduduk sekitar dengan memanfaatkan benda yang mereka miliki, hingga bertemu seorang pria asing yang mengaku sebagai seorang Yahudi bernama Thomas (Kai Malina), sembari terus memupuk asa untuk menuju kediaman nenek mereka.

Mungkin film ini dapat menggambarkan secara jelas apa yang dinamakan "pondasi menentukan konstruksi". Dengan mengusung tema peperangan berbalut thriller, sejak awal Lore sudah mampu untuk menjadikan saya merasakan suasana mencekam yang berujung timbulnya rasa cemas terhadap tokoh dalam cerita. Melalui beberapa clue kecil yang dengan durasi singkatnya, Lore justru mampu menaikkan serta menurunkan tensi cerita, dan itu bekerja dengan efektif.


Cate Shortland dapat dikatakan sukses di debut layar lebarnya. Screenplay yang dia (dan  Robin Mukherjee) adaptasi dari The Dark Room karya Rachel Seiffert ini mampu tampil menarik sejak awal hingga akhir. Lore menjelaskan secara singkat, padat, dan jelas apa yang ingin dia tampilkan kepada anda lewat premisnya yang sederhana itu. Lore seolah tak mau tampil terlalu cerdas dari segi cerita, tidak menawarkan penceritaan yang rumit dan memaksa anda berpikir lebih dalam. Anda cukup tahu inti ceritanya, dan setelah itu anda akan diajak untuk "berdansa" bersamanya, dipompa naik dan turun hingga akhir, seperti apa yang pernah diberikan oleh Barbara.

Ada keluarga disfungsional, hubungan suami istri yang dingin, ikatan emosi antara kakak dan adik, agama yang menimbulkan masalah, bertahan hidup sebagai proses penemuan jati diri, sulitnya untuk menaruh kepercayaan, dan tidak lupa ancaman dari perang dunia kedua dipenuhi kehancuran dan kematian yang terus menyelimuti semua elemen tadi. Menyenangkan, karena semua elemen tadi justru mampu memberikan warna kepada cerita, namun di sisi lain tidak pernah gagal untuk membuat anda merasa cemas dan waspada.

Lore memang masih mengusung ciri khas dari sebuah film art house secara kental. Dibalik inti cerita yang singkat, film ini justru menawarkan jalan cerita yang seolah menjadi arena bagi pertunjukkan beberapa konflik kecil yang bahkan konflik besarnya anda sudah tahu sejak awal akan berakhir dimana. Tapi apa faktor yang menjadikan sebuah film art house begitu nikmat juga dimiliki oleh Lore, mampu membuat anda terus dan terus penasaran ke arah mana ia akan berjalan, dan terus sabar menanti sembari menyaksikan tampilan visual dari cinematography yang memukau, disertai score mumpuni yang bersatu sehingga seolah ikut bercerita.

Art house, mereka tidak memberikan anda sebuah sajian yang secara jelas dapat anda tangkap maksud dan tujuan dari kehadirannya. Tapi dibalik itu semua, film art house justru menghadirkan kenikmatan melalui cara mereka menyampaikan pesan yang tersirat dan bahkan terselubung, menjadikan mereka tampak ringan namun sesungguhnya menuntut anda untuk lebih cermat agar dapat menangkap sepenuhnya pesan mereka. Lore berhasil menampilkan semua kelebihan itu, dengan cara yang pelan dan teliti.

Apa yang menjadikan Lore beda, dan mungkin akan mudah untuk dikenang adalah karena ia memiliki permainan emosi yang indah. Cate Shortland pintar memanfaatkan tema gelap yang ia angkat, menyatukannya dengan berbagai elemen yang saya sebutkan tadi, membentuknya menjadi paket yang solid. Cate Shortland  juga sangat terbantu oleh kinerja dari pemeran utamanya, Saskia Rosendahl, yang secara mengejutkan di film debutnya mampu menjadikan Lore sebagai pusat cerita yang sangat kokoh, sehingga semuanya terasa begitu mudah mengalir dengan lembut.


Overall, Lore adalah film yang memuaskan. Premisnya tampak sederhana, anda bahkan mungkin dapat menebak dengan mudah bagaimana ia akan berakhir. Tapi bukan itu sajian utama yang ingin Lore berikan, karena ia justru memiliki banyak pelajaran menarik yang cukup berat dan kompleks, namun disampaikan dengan cara yang sederhana, kuat, dan efektif. Recommended movie.




0 komentar :

Post a Comment