04 December 2012

Movie Review: Amour (2012)



Cinta adalah sebuah emosi kasih sayang disertai ketertarikan personal. Cinta adalah sebuah rasa sebagai representatif kebaikan dari manusia, sebuah perjuangan yang tidak pernah berhenti, perhatian dengan bumbu kasih sayang, yang saling percaya dan juga setia hingga akhir. Cinta akan membuat anda melakukan apapun untuk orang yang anda kasihi, melayani dia dengan tulus, menginginkan yang terbaik baginya, meskipun kini ia tidak bisa memberikan apapun lagi kepada anda.


Georges (Jean-Louis Trintignant), mungkin menjadi salah satu contoh bagaimana besarnya kekuatan yang dimiliki oleh cinta. Dengan sepenuh hati Georges merawat istrinya Anne (Emmanuelle Riva) yang terkena stroke dan akhirnya lumpuh. Bermula ketika mereka sedang sarapan, Anne mendadak diam dan tidak merespon apapun yang dikatakan oleh Georges. Tapi ketika Georges hendak pergi untuk mencari bantuan, ia mendengar bunyi dari dapur, yang ternyata berasal dari Anne. Anehnya Anne tidak tahu bahwa tadi ia sempat diam seperti batu. 



Ya, dibuka dengan adegan pemadam kebakaran yang sedang membuka pintu rumah yang terkunci, dan kemudian menemukan seorang wanita tua yang terbaring manis diatas tempat tidur dengan tubuh yang tak lagi bernyawa, Michael Haneke sukses mengingatkan saya bahwa film ini ada dibawah kendalinya. Seperti The White Ribbon, sejak awal anda sudah diberitahu oleh Haneke bahwa ini film yang mengerikan secara emosional, dengan mengumbar dengan jelas akhir dari cerita yang akan anda saksikan.

Menggunakan judul yang bermakna cinta, film ini justru hadir untuk menunjukkan kepada anda sisi yang menyakitkan dari cinta. Berjalan dengan lambat, Haneke berhasil mengikat saya dengan penderitaan yang terus dialami oleh karakter, dengan sebuah info yang telah dibuka diawal, menyaksikan orang yang sangat anda sayangi mati perlahan. Dengan tema yang sedikit kontroversial itu, film ini berhasil membuat saya merasakan kehancuran dengan dua karakter mantan guru musik yang kini telah berusia 80 tahun, tidak dapat mengisi hari tua mereka dengan hal-hal yang menyenangkan, seorang istri di kursi roda yang kemudian hanya bisa terbaring tak berdaya diatas tempat tidurnya, dengan suami yang selalu setia merawatnya. 

Apakah hal diatas tadi seharusnya di spoiler? Tidak, tidak perlu, bahkan Haneke pun tampak tidak begitu merasa penting dengan misteri dari cerita yang ia miliki. Ya, dengan membaca sinopsisnya saja anda sudah dapat menerka apa yang akan anda dapatkan diakhir cerita dengan dua karakter tua yang Heneke hadirkan. Kesuksesan utama yang mungkin Haneke inginkan adalah ketika anda merasakan sebuah tekanan yang mengerikan secara emosional. Dia berhasil, dengan menggunakan karakterisasi dua karakter yang sedang menghadapi masa sulitnya sebagai senjata utama, film ini mampu membuat saya speechless diakhir cerita.


Ceritanya memang sempit, dengan latar sebuah rumah yang terus mendominasi. Hanya satu konflik kecil yang diberikan, dengan kehadiran Eva (Isabelle Huppert), seorang anak yang sangat menyayangi orangtuanya dengan mencoba mengatur beberapa hal yang berhasil menyelipkan sebuah pelajaran baru lewat fakta yang pasti banyak terjadi di kehidupan nyata. Ya ya, saya suka cara yang digunakan Haneke menyelipkan pesan-pesan yang ia ingin sampaikan kedalam cerita melalui cinematography yang sangat manis, dengan clue yang mungkin yang tidak mudah, seperti penggunaan lukisan, burung merpati, hingga ketika Georges mengambil album foto.

Jean-Louis Trintignant dan Emmanuelle Riva, mereka berhasil menjadikan saya bersimpati kepada mereka, namun juga mampu menghadirkan pertanyaan-pertanyaan kecil yang membuat saya bingung. Jean-Louis Trintignant berhasil membentuk Georges menjadi sosok yang misterius. Dia mampu menunjukkan kasih sayang yang luar biasa, permainan emosi yang cantik, namun terus membuat saya waspada karena informasi yang dibuka diawal cerita. Sedangkan Emmanuelle Riva, dia fantastis. Riva memberikan performa yang sangat bersih. Diawal ia mampu menciptakan chemistry kuat dengan Trintignant, dan ketika telah lumpuh Riva sukses membuat saya ikut merasakan kesengsaraan yang ia alami, mayoritas lewat ekspresi wajah yang sangat indah.


Overall, Amour adalah film yang sangat memuaskan. Amour bukanlah drama romantis yang mengandalkan keindahan cinta sebagai pondasinya. Amour bisa dikategorikan sebagai sebuah visualisasi dari fakta terselubung yang mungkin pernah anda bayangkan akan terjadi kelak ketika anda tua nanti, namun selalu tertutupi oleh indahnya cinta yang anda rasakan saat ini. Film ini mampu memadukan rasa cinta, sedih, kesal, ragu, hingga frustasi dengan baik. Dengan sebuah judul yang menjanjikan keindahan, film ini mampu menyampaikan pesannya dengan permainan emosi yang menekan, mengerikan, dan menghancurkan. Salah satu film yang mampu membuat saya terdiam dan merenung di akhir cerita. Ya, Oscar.

Score: 9/10

5 comments :

  1. jadi betul-betul berminat untuk mendownload film-nya

    ReplyDelete
  2. @muhammad idris: Silahkan dicoba, hati-hati karena sedikit segmented. :)

    ReplyDelete
  3. gak terasa air mata menetes menontonnya, padahal gak jualan kesedihan neh film. Haneke luar biasa Sinopsis Film, Review Film, Resensi Film, Cerita Film

    ReplyDelete
  4. link download nya bisa saya minta ?? pengen banget nonton film ini
    terimakasih

    ReplyDelete
  5. Wah, kalo kak rory udah kasih nilai diatas 7 kudu di tonton banget nih film...

    ReplyDelete