03 November 2012

Movie Review: To Rome with Love (2012)


Kesempatan terkadang hanya datang sekali, dan perlu sebuah keberanian yang besar untuk memutuskan apakah anda akan melakukannya, atau tidak. Jelas akan timbul rasa ragu dalam prosesnya, karena opsi gagal tentu saja akan tetap hadir. Itu yang coba diangkat oleh Woody Allen dalam film ini, dengan latar kota Roma yang romantis, dan dibumbui banyak konflik, membawa anda menyaksikan petualangan cinta yang berlandaskan rasa percaya.

Setelah sukses dengan Midnight in Paris tahun lalu, Allen mengganti destinasinya. Ya, kakek satu ini tampaknya masih senang berlibur, dan kali ini ia membawa lebih banyak konflik untuk mengelilingi kota Roma. Ya, konflik pertama datang dari seorang arsitek bernama Jack (Jesse Eisenberg) yang tinggal bersama kekasihnya Sally (Greta Gerwig), dan mendapatkan ujian didalam diri Monica (Ellen Page), teman Sally, meskipun terus dibantu oleh John (Alec Baldwin) yang selalu berada disekitarnya.


Setelah itu ada sepasang kekasih yang bertemu secara tidak sengaja, Michelangelo (Flavio Parenti) dan Hayley (Alison Pill), yang mendapatkan ujian dari orangtua Hayley yang cukup menjengkelkan, Jerry (Woody Allen), yang datang bersama istrinya Phyllis (Judy Davis). Ada pula pasangan baru yang datang ke Roma untuk bulan madu, Antonio (Alessandro Tiberi) dan Milly (Alessandra Mastronardi), terpisahkan oleh hal yang konyol, dan mulai goyah ketika kedatangan dua tamu tak diundang, Anna (Penélope Cruz), wanita panggilan, yang masuk ke kamar milik Antonio karena alasan yang klasik, dan Milly yang bertemu idolanya. Dan yang terakhir Leopoldo Pisanello (Roberto Benigni), pria biasa yang mendadak terkenal karena sebab yang tidak jelas.

Ya, dengan empat konflik yang tidak terkait satu dengan yang lain, sepintas tentu saja tampak seperti sesuatu yang menjanjikan dari seorang Woody Allen. Dengan mengangkat tema cinta, latar belakang kota Roma, dan dipersenjatai cast gemuk yang mumpuni, ekpektasi awal saya film ini dapat memberikan sesuatu yang setidaknya dapat menyamai Midnight in Paris. Ya, sejak awal saya tidak peduli dengan penilaian orang lain akan film ini, terlebih ini adalah sebuah film tunggal, bukan franchise yang sudah memiliki dasar yang buruk. Dan, ternyata penilaian mereka benar, kali ini Woody Allen kurang berhasil.

Tidak usah ragukan kemampuan kakek satu ini untuk sektor tampilan visual. Dengan empat konflik, tentu saja semakin banyak sudut kota Roma diwarnai bangunan dengan ukiran yang menarik dapat terekspos di 112 menit durasi. Ya, itu nilai plus film ini, berhasil memanfaatkan kota Roma untuk menciptakan nuansa romantic kedalam cerita. Kekurangan yang besar tercipta dari sektor script yang diciptakan sendiri oleh Allen.


Menawarkan empat konflik sepertinya menjadi boomerang bagi Allen. Cerita yang ditawarkan tampak standar, mudah ditebak, minim kreatifitas, menyebabkan hanya satu dari empat yang memiliki daya tarik. Sejak awal hingga akhir tidak ada konflik yang berhasil menjejakkan kakinya ditanah kemudian berdiri dengan tegak dan kokoh, semua tampak melayang-layang di kota Roma.

Jelas setiap konflik mengemban pesan dalam cerita yang mereka tawarkan. Ya, anda dapat dengan mudah memahami maksud dari cerita yang ditampilkan, dan semakin mudah karena ceritanya bertemakan cinta. Namun sayangnya Allen kurang total dalam mengeksekusi semua pesan tersebut, sehingga terasa kering dan membuat saya bergumam “oh, ternyata benar pesannya itu, oke”. Ya, kurang berhasil meninggalkan kesan positif yang setidaknya dapat membekas untuk tiga hari setelah anda menontonnya.

Mungkin dibeberapa bagian anda dapat merasakan unsur komedi yang disampaikan, meskipun terasa garing. Mayoritas jajaran cast juga terkesan hanya menjalankan tugasnya masing-masing, hanya beberapa yang tampak berhasil mendalami karakter yang ia mainkan. Ya, script merusak liburan Allen kali ini. Tidak hancur memang, karena pesan dari cerita berhasil diselesaikan dengan baik, tapi dengan cara yang sangat-sangat standar untuk proyek dari seorang yang bernama besar seperti Woody Allen. Ya, ekspektasi awal saya cukup besar, dan jelas saya kecewa dengan apa yang diberikan oleh film ini.


Overall, To Rome with Love adalah film komedi romantis yang kurang memuaskan. Segera buang jauh-jauh harapan anda untuk dapat menyaksikan versi berbeda dari Midnight in Paris. Meskipun dibantu cast yang sudah anda kenal, bahkan keikutsertaan Woody Allen lewat karakter Jerry, tetap tidak mampu menyelamatkan film ini dari kerusakan utama yang disebabkan oleh script di level standard dan tidak memiliki daya tarik yang besar. Anda akan mendapatkan tampilan khas Allen, namun jangan kecewa jika diakhir cerita anda akan bergumam “yah, cuma ini?”.

Score: 5,5/10

0 komentar :

Post a Comment