08 October 2012

Movie Review: Indie Game: The Movie (2012)


"If i'm not doing that, i'm bored. And if i'm bored, i'm not gonna be creative"

Apakah anda pernah mencoba sebuah game, merasakan apa yang game itu tawarkan, dan pada akhirnya berkata, “ah, game ini payah” atau “ah, game sampah”. Ya, setiap game tentu memiliki pesan dan maksud yang ingin disampaikan oleh si developer. Dan pada kenyataannya tidak semua orang dapat menerima maksud dan pesan tersebut. Pasti ada orang yang berkata, “buat apa saya peduli, kalau saya tidak suka itu terserah saya.” Nah, Indie Game: The Movie adalah film yang akan mencoba merubah pemikiran tersebut.

Film ini menceritakan perjalanan dari beberapa developer game independen, Edmund McMillen dan Tommy Refenes yang sedang membangun sebuah game bernama Super Meat Boy, Phil Fish yang mengembangkan Fez sembari terus tertekan akibat ketidak pastian hukum dari game tersebut, dan Jonathan Blow dengan game-nya yang sukses Braid.

Pertama, anda tidak perlu mahir tingkat tinggi untuk mengikuti cerita yang ditawarkan film ini, karena anda tidak akan menemukan coding yang akan membingungkan untuk orang awam. Dokumenter arahan Lisanne Pajot, beserta James Swirsky, akan mengajak anda untuk ikut melihat bagaimana para developer game tadi bekerja. Dimulai dengan latar belakang mereka terjun didunia game, anda akan melihat bagaimana semua kesulitan yang mereka hadapi untuk game yang mungkin bisa saja dikatakan sampah oleh orang lain.


Yap, membangun game itu sulit, dan saya semakin mengerti apa saja yang mereka hadapi ketika mengembangkan game yang mereka ciptakan. Mereka independen, memiliki kebebasan dalam mengekspresikan kreatifitas yang dimiliki tanpa batasan yang akan mereka temui ketika bekerja untuk perusahaan besar. Namun, hal tersebut tentu saja membawa dampak lain kepada keberlangsungan proyek yang mereka bangun. Kesulitan internal dan ekternal yang mereka miliki dibahas dengan cara yang menarik. Tidak memiliki investor, tanpa publisher, kehabisan dana, caci maki dari gamer, bahkan putus dengan pacar.

Lisanne Pajot dan James Swirsky menggunakan teknik interview dalam membangun cerita sejak awal. Hal tersebut menjadikan keempat developer tadi menjadi bebas untuk mengekpresikan emosi dan perasaan mereka ketika membangun game. Ya, ini menarik, karena anda akan menyaksikan proses ketika game tersebut masih dibangun, sehingga masalah yang datang coba dikupas satu persatu. Memang tidak begitu detail, namun menghadirkan sebuah informasi baru bagi saya bagaimana sebenarnya developer independen itu bekerja.

Saya merasa kunci sukses dari film ini adalah para pemeran yang seolah diberikan sebuah wadah untuk mencurahkan segala rasa yang mungkin mereka pendam. Phil Fish yang tampak tidak bisa bernafas dengan bebas karena game yang ia bangun tersebut belum mendapat persetujuan dari partnernya yang memutuskan keluar. Ya, saya merasakan frustasi dari Phil ketika ia berkata akan bunuh diri jika game tersebut tidak selesai. Ada Tommy Refenes yang sangat kecewa kepada Microsoft ketika game mereka tidak muncul di release day. Dan juga Edmund McMillen, yang selalu tampak ceria dibalik tekanan yang ia hadapi. 


Overall, Indie Game: The Movie memberikan tontonan yang berada diluar ekspektasi awal saya. Ini bukan film documenter dengan cerita yang berat. Anda akan diajak untuk masuk kedalam dunia developer game, dan merasakan sebuah tur yang disajikan oleh Lisanne Pajot dan James Swirsky, dari ketika mereka membangun game, hingga game itu sukses dipasaran. Film yang menyenangkan, dimana suka dan duka berpadu dengan baik, dan saya ikut merasakan yang mereka rasakan. Tujuan utama dari film ini tersampaikan dengan baik, yang terkadang tidak disadari oleh beberapa penikmat game. Yap, membangun sebuah game itu susah, dan memerlukan durasi yang tidak singkat, karena mereka sebuah grup yang kecil dengan label independen, mereka berkarya sesuai dengan visi yang mereka miliki, dan tentu saja sesuai dengan yang mereka inginkan.

Score: 8/10

0 komentar :

Post a Comment