03 July 2012

Movie Review: The Amazing Spider-Man (2012)


Reboot,adalah kata kunci dari film ini. Ibarat ketika anda mematikan (reboot) computer yang sudah anda gunakan sebelumnya, anda secara otomatis harus menghentikan semua aplikasi yang sudah anda nyalakan, kemudian memulai kembali dari awal. Begitupula dengan The Amazing Spider-Man. Ini bukan Spider-Man 4 dengan nama yang berbeda. Yang pertama kali anda lakukan adalah mencoba menghapus sejenak semua memori yang telah diciptakan oleh Sony Pictures sejak kemunculan manusia laba-laba ini sepuluh tahun  yang lalu, dan memulai kisah baru.

Film ini bercerita tentang Peter Parker (Andrew Garfield), kembali ke bangku sekolah, digigit oleh seekor laba-laba, dan bertemu Gwen Stacy (Emma Stone). Peter secara tidak sengaja menemukan satu dokumen yang berisikan fakta tentang proyek yang pernah diciptakan oleh ayahnya. Fakta itu menuntun Peter kepada sahabat lama ayahnya, Dr. Curt Connors (Rhys Ifans), yang sedang dalam kondisi dibawah tekanan oleh atasannya Dr. Ratha, untuk menciptakan ramuan obat bagi Norman Osborn, pemimipin Obscorp. Peter bersama algoritma yang berhasil ia temukan, justru menjadi puzzle pelengkap bagi eksperimen yang sedang Dr. Connors lakukan.



Perkiraan awal saya adalah film akan dimulai ketika Peter telah menjadi Spider-Man, dan mengulas ulang masa lalunya. Namun, dibagian awal anda justru akan diajak untuk mulai menyusun ulang perjalanan hidup seorang Peter Parker, satu per satu. Dibagian ini terasa sedikit membosankan. Mungkin karena saya sudah tahu jalan ceritanya, digigit serangga, bangun pagi dengan kekuatan baru, dan mulai mengekplorasi kekuatan yang ia dapatkan tersebut. Yang sedikit berbeda adalah wanita pendamping Peter. Tidak ada Mary Jane, melainkan Gwen Stacy, anak perempuan Captain Stacy (Denis Leary), seorang kepala polisi New York. Gwen merupakan cinta pertama Peter, sebelum bertemu Mary Jane. Dan dikarenakan ketidak hadiran The Green Goblin/Norman Osborn, maka Gwen belum tewas di film ini. (Ups, spoiler!!! Sorry :P)

Sepuluh tahun yang lalu, Sony Pictures berhasil mengadaptasi salah satu super hero paling terkenal ke dunia visual. Dan sekarang, mereka justru memutuskan untuk melakukan reboot pada superhero andalannya ini. Apa karena ide cerita yang sudah mentok? Atau karena ingin mencoba peruntungan seperti yang pernah Warner Bros. lakukan pada Batman karya Tim Burton. Batman muncul pada tahun 1989, dan di reboot tujuh tahun yang lalu. Dan saya akui, Batman Begins sukses menciptakan sosok Batman yang lebih berwibawa dan kuat. Tapi itu Warner Bros. lakukan delapan tahun setelah Batman & Robin, film keempat Batman yang bisa dikategorikan gagal total.


Di tiga film awal, Spider-Man berada dibawah kendali Sam Raimi, dan kali ini kendali berada ditangan Marc Webb, yang sukses menjadikan (500) Days of Summer menjadi film drama-romantis yang sangat memorable, dan kembali terulang di film ini. CGI halus yang diberikan, menjadikan efek 3D yang disajikan tidak menyiksa mata anda. Ini disertai efek pop out yang berhasil membuat saya tersenyum. Namun, ketika menonton 3D, satu hal yang selalu dan wajib saya lakukan adalah melepas kacamata di beberapa bagian. Ini dikarenakan rasa ingin tahu saya apakah semua scene menggunakan 3D, dengan faktor penentu adalah tingkat blur yang saya rasakan. Dan hebatnya, blur hanya saya rasakan di adegan action. 

Kemudian cast. Andrew Garfield, pendiri Facebook yang memutuskan banting stir menjadi superhero, memberikan performa yang cukup baik, selevel dengan yang Tobey Maguire berikan. Berikutnya yang saya rasa juga bermain baik adalah Rhys Ifans, meskipun imo Dr. Connor adalah karakter yang nanggung, tidak baik namun juga tidak terlalu kejam. Ini juga menjadikan The Lizard terkesan nanggung, kurang berhasil memberikan sisi gelap kedalam New York, tidak seperti Green Goblin, bahkan Doctor Octopus. Emma Stone? Cukup baik, karena memang Gwen hanyalah karakter pendukung yang tidak memiliki "power" seperti Mary Jane.



Overall, The Amazing Spider-Man adalah film yang baik. Dari sutradara hingga cast berhasil menjalankan tugasnya. Dibantu dengan sentuhan John Schwartzman (Armageddon, Pearl Harbor)  di cinematography, serta musik oleh James Horner (Titanic, Avatar), Spider-Man rasa baru ini menyuguhkan tontonan yang menghibur, walaupun punya kelemahan pada script yang payah. Memasukkan beberapa cerita baru kedalam cerita berhasil dieksekusi dengan baik, namun sering menjadikan beberapa bagian terasa berputar-putar, terutama part romantis antara Peter dan Gwen, sedikit terlalu lama, menurunkan tensi film, dan hampir membosankan, meskipun humor yang diberikan memang berhasil memberikan sedikit nafas tambahan. Spider-Man versi Garfield sama saja dengan sebelumnya, belum mampu menaikkan posisi Spider-Man. 

Score: 7,25/10

0 komentar :

Post a Comment