22 March 2012

Movie Review: The Hunger Games (2012)


The HUnger Games
Seperti yang telah saya bahas di The Hunger Games trilogy, film ini bercerita tentang games yang diadakan di Panem, negeri yang terbentuk sisa-sisa dari Amerika Utara, beribu kota di Capitol dan dikelilingi 12 distrik. Dua belas anak, usia 12-18 tahun, masing-masing 2 dari tiap distrik, pria dan wanita, dikumpulkan disatu arena, untuk saling bunuh, dan peserta terakhir yang hidup menjadi pemenang. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengingatkan semua distrik bahwa mereka di bawah kekuasaan Capitol. Namun diluar perkiraan, The Hunger Games ke 74 ini justru menjadi pemicu terjadinya pemberontakan di seluruh negeri!!

Yap, keren!! Itu yang pertama kali terlintas di pikiran saya ketika film berakhir. Mungkin ada pihak yang beranggapan penilaian saya terlalu berlebihan. Saya hargai itu, karena setiap orang mempunyai pendapat dan selera yang berbeda. Bagi saya, film ini keren. Apa yang saya baca, berhasil divisualisasikan oleh Gary Ross dengan tepat. Suzanne Collins juga memiliki peran dalam keberhasilan ini. Dia ikut ambil bagian dalam menyusun naskah film ini. Ini yang menurut saya menjadikan cerita tidak banyak yang hilang, dan alur tetap di jalur yang benar, sehingga menurut saya terasa tepat.



Memang ada beberapa bagian yang berubah, seperti pin Mockingjay, yang di film ternyata diberikan oleh Prim. Namun penambahan dan pengurangan yang dilakukan justru menjadikan film ini menjadi satu kemasan yang pas, dan sangat memudahkan bagi yang tidak membaca novelnya memahami maksud dan tujuan dari The Hunger Games. Gary Ross beruntung, mendapatkan pemeran yang bermain apik, dan tepat dengan karakter yang mereka mainkan. Saya bisa melihat, Katniss didalam Jennifer Lawrence, Peeta di Josh, bahkan Caesar di dalam Mr Stanley Tucci. Dan, bagi saya ini adalah show untuk Jennifer. Sekalipun ada nama-nama besar seperti Woody Harrelson, Stanley Tucci, Elizabeth Banks, Donald Sutherland, film ini ditentukan oleh Jennifer. Dan, sekali lagi Jennifer berhasil membuktikan bahwa kesuksesannya di Winter's Bone bukan hanya kebetulan semata. Satu lagi, design kostum juga keren. 


Tetapi, ada beberapa bagian yang kurang, dan jujur saja saya kecewa. Seperti adegan kekerasan ketika pertarungan yang kurang terekspos dengan baik, menjadikan film ini mendapatkan rate PG-13, sehingga layak ditonton kaum remaja. Pertarungan terkesan sangat sangat datar, tidak "WOW". Sejak awal saya sudah siap untuk sedikit kecewa, ketika melihat rate yang diberikan bukan R. Kemudian, ada bagian yang terasa lambat dan terasa terlalu cepat terutama di 30 menit terakhir. Kisah cinta Katniss dan Peeta juga seolah dipotong untuk mempersingkat durasi. Padahal, kisah asmara mereka berdua yang menyebabkan terciptanya permasalahan  di Catching Fire dan Mockingjay. Dan, di beberapa bagian, kamera tampak sering goyang. Ada yang mengatakan itu untuk menambah tensi. Mengingat film ini memiliki unsur olahraga, mungkin saja. Tapi, itu mengganggu saya. :)


Overall, saya puas. Penantian saya terbayar. Saya akan sangat kecewa jika Lionsgate tidak membuat Catching Fire. Memang, beberapa cast telah diikat kontrak. Tapi itu semua tergantung dari respon publik. Ya, you know what I mean. Tapi saya yakin, film ini akan sukses, baik dari menarik penonton dari segi cerita, dan juga pendapatan. Dan saya optimis, Catching Fire dan Mockingjay akan menyusul kesuksesan The Hunger Games (movie). Dengan segala hormat, saya rasa Catching Fire akan lebih bagus jika tidak di sutradarai oleh Gary Ross.

May the odds be ever in your favour! Ciao. :) 


Score: 8/10

0 komentar :

Post a Comment