28 September 2016

Review: Storks (2016)


"This is crazy, we’re delivering a baby!"

Setelah berhasil menyajikan sebuah kehebohan yang menyenangkan lewat ‘The Lego Movie’ dua setengah tahun yang lalu kini Warner Bros. Animation kembali dengan sebuah kehebohan lainnya. Tidak bermain dengan mainan berbentuk kubus itu yang sekuelnya baru akan muncul di awal tahun 2019 mendatang, kali ini dengan sebuah cerita rakyat asal Eropa di mana dahulu kala para burung bangau bertugas untuk membawa bayi ke orang tua baru mereka. Ditulis oleh penulis cerita The Muppets, The Five-Year Engagement, dan Neighbors 2: Sorority Rising bagaimana hasil akhir dari 'Storks', animasi dengan rasa buddy comedy? One thing for sure this is a playful and quite cute animation.

Di Stork Island para bangau memiliki tugas untuk menciptakan dan kemudian mengantarkan bayi lewat door-to-door service kepada para orangtua yang mengirimkan permintaan tertulis agar dapat memiliki anak. Bisnis dengan model serupa warehouse Amazon bernama Cornerstore itu suatu ketika akan berganti pemimpin dari Hunter (Kelsey Grammer) ke Junior (Andy Samberg), celakanya tugas pertama bagi Junior adalah memecat manusia bernama Tulip (Katie Crown). Tulip sendiri suatu ketika secara tidak sengaja merespon sebuah permintaan bayi dari Nate (Anton Starkman), anak pasangan Henry Gardner (Ty Burrell) dan Sarah Gardner (Jennifer Aniston). Namun ketika hendak mengantar bayi bernama Diamond Destiny itu Tulip mengalami apa yang 18 tahun lalu para bangau rasakan padanya, she’s falling in love with Diamond Destiny. 


Storks mencoba tampil seperti angin topan, duet sutradara Nicholas Stoller dan Doug Sweetland paham bahwa materi yang mereka miliki punya peluang untuk tampil heboh sejak lepas dari sinopsis dengan menciptakan kombinasi antara sweet dan bitterness. Pada dasarnya ini kisah tentang membesarkan seorang anak tapi ketimbang digali lebih jauh mereka hanya jadi sebuah jalan untuk menampilkan berbagai hal konyol yang mencoba tampak energik. Konyol bukan berarti buruk dan uniknya justru berhasil membuat kualitas hiburan dari pondasi cerita yang sebenarnya tidak begitu kuat itu terasa cukup oke. Nicholas Stoller dan Doug Sweetland berusaha menampilkan atau mengeksplorasi berbagai gags dan juga goofiness yang dimiliki cerita dan karakter dengan cukup oke, hal terbaiknya adalah komposisinya terasa cukup oke. Meskipun konflik dan narasi dibangun dengan tidak begitu halus tapi tapi at least pencampuran pesona bagi penonton muda dan penonton dewasa terasa cukup oke.  


Bukan berarti ini sangat menarik dari sudut pandang penonton dewasa, di awal tidak mudah untuk klik dengan karakter dan cerita tapi ketika mereka telah menemukan ritme yang pas kualitas petualangan dengan rasa buddy comedy dan road movie itu naik satu tingkat menjadi lebih baik. Yang cukup mengejutkan adalah tampil dengan semangat seperti 'The Lego Movie' bersama karakter yang imut ‘Storks’ akan dengan mudah mencuri perhatian penonton muda, tapi di sisi lain tone cerita tidak semuanya terasa ringan. Terdapat beberapa usaha untuk menyampaikan isu klasik bagi penonton dewasa, dari tentang anak, keluarga, dan orangtua seperti selalu berusaha bermain dengan anak di tengah kesibukan kerja. Meskipun dampaknya tidak megah karena memang tidak berusaha mengaduk-aduk emosi penonton tapi setidaknya berhasil menyentil. Tapi hasilnya meskipun terus memborbardir penonton dengan berbagai hal konyol ‘Storks’ tidak punya irama naik dan turun yang memikat. 


Di situ hal yang membuat ‘Storks’ tidak terlalu bersinar, sejak ketika ia menemukan ritme hingga berakhir ia stabil berada di level yang normal. Hal tersebut bagus karena berarti ia bukan film animasi yang buruk tapi dengan durasi 89 menit itu don’t know why saya merasa kualitas film ini seharusnya berada di posisi yang lebih baik lagi dari yang berhasil ia capai. Minus yang cukup menonjol adalah karena pesona karakter dan cerita berada di grafik yang datar cerita jadi terasa repetitif tidak peduli seberapa kuat usaha karakter yang lucu dan imut itu tetap menjaga atensi penonton dengan aksi lunatic mereka. Kekurangan lainnya adalah Nicholas Stoller dan Doug Sweetland tidak berusaha menangkap dua kelinci dengan satu anak panah, mereka gunakan dua anak panah di sini dan hasilnya cerita ‘Storks’ terasa canggung karena mencoba tampil “aneh” dengan aksi konyol dia juga mencoba menjadi sebuah kisah yang heartwarming. 


Humor yang jadi salah satu hal paling menarik film ini sebenarnya juga tidak special, klise bukan masalah tapi terasa sedikit terlalu routine sehingga meskipun terasa cukup oke tapi punch yang dihasilkan juga tidak ada yang benar-benar kuat. Satu hal yang pasti adalah ‘Storks’ akan mengingatkan kamu pada salah satu film animasi lain yang rilis tahun ini, yaitu The Secret Life of Pets yang dirangkum dengan manis di sini sebagai sebuah film animasi yang good for kids, cute, but a bit charmless meskipun dari segi kualitas visual The Secret Life of Pets sedikit lebih unggul dari ‘Storks’. Juga masih sama seperti ‘The Secret Life of Pets’ salah satu faktor yang membuat film ini terasa menarik adalah performa dari para pengisi suara karakter. Andy Samberg adalah bintang utamanya, dia menciptakan semacam “magic” buat karakter Junior sehingga terdapat udara segar yang terasa menyenangkan di dalam script yang ketat itu walaupun ketika cerita mulai terasa repetitif mereka mulai terasa sedikit melelahkan di paruh kedua. 


Jika melihat filmography yang ia punya cukup mengejutkan mendapati eksekusi yang Nicholas Stoller lakukan di sini bersama dengan Doug Sweetland, mereka cukup berhasil menampilkan sebuah dongeng yang tampil penuh energi dengan gaya comical dan menciptakan kesan “unik”. Semua elemen film ini tidak special, dari script, visual yang colorful, mischief characters, pengisi suara, hingga konten di dalam cerita baik itu yang mencoba tampil lucu dan yang mencoba tampak heartwarming, namun dengan segala kelebihan dan kekurangan tersebut ‘Storks’ berhasil menjadi sebuah animasi rasa buddy comedy energik yang odd, wild, manic, playful, noisy, but cute and pretty enjoyable. Ibarat tugas para bangau itu ‘Storks’ berhasil menghantarkan para bayi dengan selamat sampai tujuan meskipun di dalam perjalanan tidak dipenuhi dengan thrill dan excitement yang terasa spesial.


                         








0 komentar :

Post a Comment